⚠ W A R N I N G ! ⚠
Dalam cerita ini, ada beberapa bagian kalimat yang mengandung unsur harsh word, violence, abusive family, and blood.
Saya memohon untuk para pembaca lebih pintar dalam memilih bacaan.
Terimakasih and Happy Reading🙏♡♡♡♡♡♡♡
"Brataaa. Sini lo.""Eh, mama sama Mas Angga udah pulang. Gimana liburannya?" tanya Brata.
"Aduh udah deh, nih lo tolong bawain barang kita, masukin ke tempatnya. Mama sama abang capek," tegas mamanya sambil memberikan semua barang bawaan milik mama dan Mas Angga ke Brata.
Mama dan Angga duduk di sofa. Angga meletakkan kakinya di meja kecil yang ada di depan sofa tersebut.
Dengan spontan Brata langsung memengang kaki Angga. "Abang kakinya mau aku pijitin?"
Angga langsung menepis tangan Brata dengan kakinya. "Jangan sentuh kaki gue. Tangan lo itu tangan pembantu tau gak."
Tendangannya cukup kuat hingga Brata yang awalnya posisi bersimpuh di lantai menjadi terjatuh ke belakang. Kaki Angga mengenai tepat di dada Brata.
Dadanya seketika menjadi merah akibat tendangan dari sang kakak. Brata menahan sakit, sudah seringkali dia deperlakukan seperti ini.
"Udah deh, lo jangan banyak drama. Mending lo sajiin kue kek. Gak ada sopan-sopannya banget. Lama-lama gue usir juga ni orang," cetus mamanya dengan tatapan tak suka yang dilemparkan untuk Brata.
"I-iya mah, tapi kue yang waktu itu udah habis." Jelas Brata yang kini masih berada di lantai sambil memegang dadanya.
"HEH, LO INI BABI ATAU MANUSIA SIH. RAKUS BANGET JADI ORANG. KEMAREN KAN ADA ADA BANYAK KUE-KUE. MASA SEMUA LO TELEN," murka sang mama yang kini terlihat emosi.
Padahal yang Brata tau, kemarin saat mamanya meninggalkan dia di rumah, kue yang ada di rumah tinggal sedikit. Itu pun dia makan hanya sedikit dan Brata sering makan makanan yang diberikan dari ketiga sahabatnya.
"Tapi ma–"
"Udah deh, gue mau pusing ngomong sama anak kurang ajar," potong mamanya.
"Heh, udah tau salah, tanggung jawab. Mending lo beli makanan kek, atau apa kek," kali ini Mas Angga ikut bicara.
"Tapi Brata gak punya uang, gimana kalau Brata masakin aja?"
"Najis. Gak sudi gue makan makanan dari lo. Gak usah sok baik deh," sindir mamanya yang sama sekali tidak memikirkan perasaan Brata.
"Udah deh mah, kita makan di luar aja. Biar kakak yang bayar," ajak Mas Angga yang di jawab anggukan setuju oleh mama.
Mama dan Mas Angga meninggalkan Brata sendiri lagi. Brata berjalan ke kamarnya lalu melihat langit cerah.
Dia baru ingat kalau hari ini adalah hari pertama kerja. Brata langsung bergegas untuk mandi dan memakai kaos putih dan celana jeans.
Dia melewati pohon-pohon yang rindang menggunakan motornya. Brata menyanyi ringan di jalanan karena sepi.
Dia masuk ke dalam kafe dan memakai celemek. Kafenya sudah cukup ramai, jadi dia langsung bekerja membuat kopi.
Pak Manager menghampiri Brata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...