Setelah pertemuan kemarin, Mas Angga kembali mengunjungi Brata. Kini Mas Angga membawa beberapa makanan. Melihat kehadiran Mas Angga di depan pintu kamarnya, Brata segera melambaikan tangannya untuk tanda bahwa Mas Angga di persilahkan untuk masuk.
"Hai, how was your day?" tanya Mas Angga.
"Nothing special actually."
"By the way, I bought you food, don't forget to eat it." Mas Angga menjulurkan tangannya dan memberikan curry udon kesukaan Brata.
"Wow, thanks." Brata tersenyum dengan matanya yang bersinar melihat makanan yang baru saja dia dapat. Sudah lama sekali dia tidak memakan mie dengan ukuran besar ini dengan saus curry yang kental.
"Nothing problem. You still don't want to tell me about you now?"
Brata menundukkan kepalanya sesaat. Memikirkan jawabnnya. "Not now."
"It's okay. Lo gak mau buka topi lo. Belum keramas?"
"Ya emang kenapa sih, gue suka pake topi."
"Let me take off your hat."
Mas Angga hendak mengulurkan tangannya untuk melepas topi yang dikenakan Brata, namun Brata secepat mungkin menipisnya. "Eh jangan. Iya, gue belom keramas."
"Oh ngomong dong."
"Oh iya, gue mau minta sesuatu, bole gak?"
"Of course."
"Sebenernya agak out of topic sih tapi gue mau kenalin lo sama seseorang."
"Sama siapa?" tanya Mas Angga.
"Ada deh, lo mau gak?"
"Sure, kapan."
"Nanti, kalau gue udah mendingan."
Beberapa minggu setelahnya, Brata sudah kembali beraktivitas. Awalnya Dokter Dion tidak mengizinkan Brata untuk berpergian, karena imun Brata masih tidak stabil, tetapi Brata terus meyakinkan Dokter Dion bahwa dia baik-baik saja.
Tapi Dokter Dion meminta Brata untuk tetap beristirahat di rumah sakit, agar Dokter Dion bisa memantau Brata. Jadi setelah berpergian, Brata akan kembali ke rumah sakit untuk sekedar tidur dan beristirahat.
Kali ini tujuan pertama Brata adalah ke sekolah. Setelah sekian lama tidak masuk sekolah, Brata cukup merindukannya.
Baju seragamnya masih ada di Brata. Baju itu adalah baju yang dikirim Kak Rania.
Kini semua mata tertuju pada Brata, sebab sudah lama sekali dia tidak masuk sekolah. Kini Brata menjadi topik perbincangan murid sekolah.
Bukan hanya murid saja terkejut, tetapi guru-guru pun juga sama terkejutnya. Ketiga sahabatnya pun langsung mendatangi Brata.
"Ta, gue pikir lo di telen bumi, kemana aja?" tanya Daka.
"Iya, lo di cariin guru loh," ujar Tera.
"Hehe, gue ada urusan," jawab Brata.
"Kenapa lo, di chat gak pernah di jawab," ucap Radit.
"Iya sorry, gue bener-bener gak megang hp."
"Lo gak papa?" tanya Daka.
"Gue baik-baik aja kok, tenang aja."
Sebenarnya, saat ini Brata sedang menahan sakit kepalanya yang sangat luar biasa sakit. Karena sejujurnya Brata belum benar-benar pulih. Mati-matian Brata berusaha untuk mengatur ekspresinya agar teman-temannya tidak curiga.
Kalau kalian tau, saat ini keringat dingin sedang bercucuran, menahan sesak napas dan sakit kepala yang tiba-tiba datang padahal sama sekali tidak diundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...