Beberapa minggu yang lalu dia baru saja pulang dari rumah sakit. Seharusnya saat itu dia ke sekolah, tapi dia bolos dan diam-diam pergi ke rumah sakit.
Sesuai dengan anjuran Dokter Dion, Brata konsultasi ke Spesialis Hematologi dan Onkologi medik untuk mengambil sampel sumsum tulangnya.
Kata doter hasil dari pemeriksaan akan keluar dalam beberapa hari sampai 1 minggu.
Dan hari ini Brata kembali datang ke rumah sakit untuk melihat hasil yang sudah keluar.
"Dari hasilnya yang sudah keluar, terdapat kelainan darah di tubuh kamu atau bisa kita sebut penyakit Leukimia. Sesuai yang kamu ketahui, hasil yang yang keluar dari sampel sumsum tulang itu akurat. Mungkin kemarin Dokter Dion sudah menjelaskannya. Untuk selanjutnya kamu bisa kembali ke Dokter Dion dengan membawa hasil sampelnya. Mungkin untuk perawatan seterusnya kamu akan ditangani oleh Dokter Dion. Kamu jangan patah semangat ya."
Brata hanya bisa terdiam mematung di kursi. Tidak tau harus mengatakan apa. Dia hanya mengatakan "Terimakasih dok, saya pamit," lalu dia pergi.
Brata pergi ke rumah sakit tempat Dokter Dion bekerja. Dia membuka pintu ruangan kerja Dokter Dion dan langsung memberikan hasil sampel sumsum tulangnya.
Dokter Dion melihat hasilnya hanya menghela napas panjang dan menyuruh Brata untuk duduk.
"Udah jangan sedih, kan ada saya. Nanti kamu bakal sama saya terus. Saya bersedia kok gantiin tugas keluarga kamu. Kalau kamu gak mau curhat ke kakak kamu, kamu bisa curhat ke saya. Kalau kamu mau nangis, kamu bisa langsung cari saya. Pokoknya jangan sungkan sama saya."
"Dok, makasih banyak ya."
"Iya sama-sama, oh iya, ini obatnya kamu minum ya," Dokter Dion langsung memberikan obatnya, sangat banyak.
Brata yang melihat banyaknya obat tersebut hanya bisa meneguk air liurnya.
"Saya tau kamu kerja, saran saya kanu berhenti dulu."
"Jangan dok, sumber uang saya dari situ. Lagi pula saya gak masalah kok."
"Yasudah, asal kamu rajin kemo sama minum obat ya. Soalnya dulu dokter juga punya pasien yang sama kayak kamu. Cuman dia bandel, minum obat jarang, kemonya bolos mulu. Habis itu ya kamu tau lah gimana kelanjutannya."
"Iya dok, saya usahain saya rajin. Tapi kalau ada kakak atau temen saya, gimana saya kemo, minum obat?"
"Ya itu konsekuensi kamu, salah sendiri pakai acara main rahasia-rahasian. Oh iya, lusa kamu udah mulai kemo ya."
"Iya dok, saya usahain dateng."
"Gak ada usahain, harus!"
"Iya dok, iya. Yaudah saya pulang ya dok."
"Hm, hati-hati."
Brata meninggalkan ruangan dan pergi. Belakang ini dia sudah jarang sekali mengunjungi kafe. Dia merasa tidak enak dengan manajernya, tetapi manajernya selalu bisa mengerti keadaan Brata, dia orangnya sangat baik.
Karena tidak enak hati, hari ini dia memutuskan untuk bekerja di kafe lagi.
Iya masuk dan disambut dengan teman kerjanya. Brata mengambil celemek dan langsung melayani pengunjung yang datang.
Pak Manajer yang melihat kehadiran Brata pun menghampirinya dan mengajak Brata untuk duduk bersama.
"Gimana, kamu udah sehat."
"Alhamdulillah sudah pak, maaf ya pak saya jadi bolos kerja."
"Gak papa, saya mengerti. Maka dari itu saya mengajak kamu untuk berdiskusi tentang gaji. Untuk sekarang gaji kamu cukup atau kurang."
"Untuk sekarang gaji saya cukup pak, karena untuk tempat tinggal, saya tinggal sama mama saya. Untuk gaji, saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari saya."
"Makan selama ini siapa yang tanggung?"
"Kadang dari temen saya, kadang dari sisa makanan di rumah, kadang gak makan. Tapi itu bukan masalah besar kok pak."
"Kalau begitu, saya mau menambah amal ibadah saya, karena saya telah diangkat menjadi bos di kafe ini, dengan cara menaikan gaji kamu."
"Yang lain juga pak?"
"Tidak hanya kamu saja, yang lain tentu juga, namun mungkin ada perbedaan nominal diantara kalian. Saya akan tambahkan lagi gaji kamu."
"Terimakasih pak, tapi sepertinya tidak usah pak, saya sudah cukup dengan gaji yang sekarang, apalagi saya sering gak masuk."
"Dengar saya, saya pasti akan selalu mencoba untuk mengerti karyawan saya, agar mereka nyaman bekerja disini, termasuk kamu, apalagi dengan kondisi kamu yang seperti ini. Jadi jangan menolak ya?"
"Aduh, gimana ya pak..."
"Sudah, saya anggap kamu setuju. Mungkin saya akan tambah 2-3 juta."
"Pak, itu terlalu banyak."
"Sudah ya, saya tinggal dulu." Setelah mengatakan itu, manajernya yang sekarang menjadi bosnya langsung meninggalkan Brata.
Brata hanya bisa bersyukur dan senang. Setidaknya dengan ini, dia bisa menambah biaya perawatan rumah sakitnya. Karena selama ini, dia membayar semua uang rumah sakit dengan tabungannya sejak kecil. Tapi sekarang Brata tidak terlalu khawatir karena gajinya akan dia manfaatkan untuk kesehatannya.
Brata kembali bekerja membuat kopi pesanan pelanggannya. Lagi dan lagi, pelanggan hari ini sangat banyak.
Kafe ini sekarang dipenuhi oleh manusia-manusia yang sedang meminum kopi sambil menumpang Wi-Fi. Biasanya orang-orang tersebut adalah mahasiswa.
Namun suatu hal mengejutkan terjadi. Ketiga temannya datang dengan seragam lengkap mencari dan menghampiri Brata.
"Eh kalian dateng? Mau minum apa? Biar gue buatin."
"Gue sih apa aja ya, yang penting gratis, " ucap Daka tak tau diri.
"Yaudah kalian duduk dulu nanti gue anterin minumannya."
Mereka bertiga duduk dan minuman mereka diantar oleh Brata sendiri. Brata ikut duduk diantara mereka.
"Apa kabar?" tanya Daka untuk Brata.
"Baik."
"Muka lu pucet amat," cetus Tera.
Brata hanya tersenyum, "Iya, dingin soalnya, jadi pucet gitu."
"Kok lo belakangan ini sering gak masuk sekolah, bolos? Guru-guru pada nyariin lo. Lo udah sering gak masuk sekolah."
Brata terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Radit, tapi dia berusaha menutup kepanikannya. "Iya, nyokap kan masuk rs, makanya gue gak masuk soalnya ngurusin dia."
"Lo.... beneran gak papa?"
Helow
Kenalan dulu nih sama pak bos
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...