3 - Pindah Kelas

1.1K 228 12
                                    

"Hai, Gas!" Ryujin menyapa, sementara yang disapa cuma terus lanjut jalan dan sama sekali nggak kasih respon apa-apa selain lirikan setajam silet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Gas!" Ryujin menyapa, sementara yang disapa cuma terus lanjut jalan dan sama sekali nggak kasih respon apa-apa selain lirikan setajam silet. Cewek itu nyengir canggung setelah sadar ada yang ambigu dengan kalimatnya barusan, dan buru-buru meralat.

"Maksud gue Argas, bukan gas elpiji. Hehehe..., selow aja atuh mukanya heh! Jutek amat pagi-pagi, sawan lo?" Ryujin menggertak, tapi nggak berefek apa-apa bagi Asahi.

Padahal, muka Asahi datar-datar saja kayak biasa, tapi mungkin memang dasarnya Ryujin yang terlalu perasa. Minim ekspresi, sekalinya ngeluarin ekspresi malah makin jutek. Gimana Ryujin nggak langsung ciut?

"Ganteng doang disapa melengos." sindir Ryujin saat dirinya berhasil menyamakan langkah dengan cowok galak itu. "Eh, nggak deh, gue salah. Lo mah ganteng banget, hahaha."

"Cantik doang tapi kerjaannya ngejar mulu kayak anjing." sahut Asahi cepat, sewot banget dan lagi-lagi kontras dengan ekspresi datarnya.

Ryujin yang mendengar mendadak sumringah. "Apa? Berarti lo secara nggak langsung ngakuin kalo gue cantik, dong? Ahay, senangnya dalam hati~"

Asahi diam, diam-diam merutuki mulutnya yang asal bicara. Tapi, cowok itu lebih milih nggak bereaksi lagi, responnya benar-benar minimalis bagi untuk Ryujin yang maksimalis sampai jingkrak-jingkrak. Asahi cuma mendengus sinis dan justru mempercepat langkahnya meninggalkan Ryujin. Cowok itu mulai berpikir, kalau Ryujin sebenarnya punya penyakit bipolar, karena mood-nya yang gampang banget berubah.

Ryujin sendiri nggak berniat mengejar ataupun kembali mendekat, cewek itu berniat berjalan santai. Tentunya sambil meratapi nasib, dan senyum miris yang setia jadi ornamen penghias wajahnya, bikin orang yang lihat sempat berpikir dia gila. Cewek itu bahkan masih tetap berusaha sesantai mungkin meski tahu dengan jelas kalau dirinya sengaja ditinggal.

"Nggak apa-apa, deh. Pelan-pelan juga ntar bakal luluh."

"Woi, bodat! Ngapain lo masih santai-santai aja disini? Lemes banget jalannya, tipes lo?"

Ryujin nggak kaget lagi waktu dengan sengaja diteriaki dari belakang, disusul dengan suara klakson motor yang sudah sangat dia hafal. Tanpa noleh sedikitpun dia juga sudah bisa menebak siapa yang punya suara melengking nyaring begitu. Jelas-jelas itu Yeji, dengan Hafizhan Yvan Jinandra atau Hyunjin yang nangkring anteng di jok belakang motor sambil berpayungan.

"Naon, sih, maneh? Ini masih pagi, lo udah nyerocos aja. PMS, hah?" semprot Ryujin, lalu dirinya mengalihkan perhatian pada Hyunjin yang masih setia nyengir nggak jelas. "Ini juga cowok satu. Nggak ada angin nggak ada hujan malah payungan. Laki bukan, sih?"

Masih nyengir, Hyunjin menyahut dengan dua jari teracung bermaksud menyimbolkan damai. "Ampun, Bang Ry. Gue baru selesai pake sunblock, ntar kalo kena matahari luntur lagi."

Jangan heran, Hyunjin memang anaknya rada sengklek. Cowok itu bahkan nggak jarang manggil Ryujin dengan sebutan 'Abang' dengan alasan Ryujin terlalu ganteng untuk ukuran cewek. Ryujin sendiri nggak keberatan, asal dirinya nggak dituduh wanita jadi-jadian atau waria aja.

Support System ; AsaRyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang