11 - Sakit

907 197 41
                                    

Warning : adegan kekerasan, komedinya libur bentar. And thanks for 1k reads! Ga nyangkaaaa

"Itu kalo punya luka coba diobatin, bukan diumpetin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu kalo punya luka coba diobatin, bukan diumpetin. Kalo cuma ditutup doang nggak bakal bikin sembuh."

Asahi lagi-lagi dibuat tertegun dengan ucapan terakhir Ryujin sebelum cewek itu meninggalkan kawasan depan gerbang rumah Asahi. Sedikit kaget karena nggak pernah memperhitungkan kadar tingkat kepekaan cewek itu. Tangannya secara reflek menyentuh luka sebab semalam, yang memang sengaja dia tutup pakai poni rambutnya yang mulai menjuntai. Untung hari ini nggak ada razia kedisiplinan.

Asahi memutar balik tubuhnya setelah sadar dirinya masih termangu di depan gerbang, persis kayak Haruto yang waktu itu menunggunya. Daripada dicap pengemis nyasar, Asahi lebih pilih masuk. Lagi pula, ia juga mau tahu keadaan adiknya, karena selama ayahnya masih ada, mereka berdua nggak bakal bisa sepenuhnya aman.

"Assalamu'alaikum," salamnya, tapi kemudian mengernyit saat nggak ada sahutan.

Asahi melangkah masuk ke rumahnya yang sepi. Nggak ada tanda-tanda kehidupan, dan dia tambah cemas waktu nggak lihat Haruto. Seluruh ruangan di lantai bawah sudah Asahi periksa satu-satu, dan eksistensi Haruto nihil. Satu-satunya yang belum dia cek cuma kamarnya sendiri dan gudang di lantai atas. Untuk memastikan dugaannya salah, Asahi melangkah buru-buru ke kamarnya.

"Harto--eh?" ucapannya nggak jadi terucap waktu maniknya nggak sengaja menangkap sticky note dengan tulisan mirip ceker ayam yang tersemat di meja belajarnya.

- Bang, ini Hartono. Gue mau nginep di rumah temen sementara, maaf tapi gue nggak kuat ngadepin Papa. Lo juga sebisa mungkin cari tempat dulu, Papa bakal di rumah sampe seminggu kedepan. Maaf, Bang.-

Asahi maklum, cowok itu sama sekali nggak marah, justru mendukung keputusan adik semata wayangnya itu. Disaat kayak gini, kabur mungkin jalan terbaik. Setidaknya untuk saat ini, Asahi nggak perlu risau tentang Haruto, adiknya aman.

Tapi, rasa leganya nggak berlangsung lama. Baru saja dirinya berniat mengganti baju, Asahi harus merasa menyesal kenapa dia nggak waspada atau setidaknya mengunci pintu kamar dan langsung kabur lewat jendela. Cowok itu baru sadar bahaya waktu telinganya mendengar jelas langkah kaki mendekat.

"Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang, kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya?!" hardik seseorang, bisa dipastikan itu adalah ayah dari Asahi.

"Sekolah, Pa." jawab Asahi, berusaha kalem walau jantungnya sudah seras mencelos sampai lambung.

"Yakin sekolah? Saya malah lebih percaya kalo kamu bilang abis pulang dari club." sergah sang ayah, sebut saja Hanbin, meninggalkan kerutan di dahi sang anak.

Support System ; AsaRyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang