Mana ada hiatus secepet ini??? Dahlah emang ngga kuat lama.
Ryujin jadi lebih banyak diam, dan teman-temannya nggak sebodoh itu untuk nggak sadar hal sejelas ini. Cewek dengan potongan rambut pendek itu bukan cuma diam, tapi dia jadi nggak cengengesan kayak biasanya. Menurut pengalaman Somi sebagai teman dari zaman zigot-nya Ryujin, tentu hal semacam ini adalah pertanda kalau Ryujin punya beban pikiran. Atau singkatnya, rahasia yang nggak bisa seenaknya dia ceritakan.
"Lo kenapa? Diapain lagi sama Wina?" tanya Yeji setelah dirinya menerima sinyal dari Somi, terselip nada sebal begitu tahu kalau Ryujin murung karena cewek yang satu itu. "Dia nggak kapok lo hajar, ya?"
Ryujin menggeleng, dengan ekspresi yang sama sekali nggak bisa ditebak. "Gue nggak kenapa-kenapa, dia juga nggak ngapa-ngapain. Selow aja."
"Bohong lo, kampret! Paham banget gue kalo lo ada masalah. Buruan cerita atau gue tendang lo biar nggak bisa masuk kelas." potong Somi dengan mata melotot kesal.
Ryujin mengalihkan pandangannya, menatap bangku kosong tepat di depannya, tempat Asahi duduk waktu itu. "Tendang aja, nggak ada Argas gue nggak semangat lagi." jawab cewek itu cuek.
"Yeu, monyong. Bucin boleh, goblok jangan. Gegayaan nggak semangat, galau mulu kerjaan lo kapan mau maju, hah?!" pekik Yeji dengan tangan terulur menjitak kepala Ryujin.
Jam pelajaran kosong, karena Pak Suga yang berhalangan hadir. Makanya keadaan penghuni kelas sekarang kayak cacing ketumpahan air garam, petakilan nggak karuan. Dan karena itu pula, Yeji, Somi, juga Ryujin jadi bebas mau bergosip. Tapi nggak jadi waktu lihat Ryujin lemas banget kayak orang belum makan dua minggu.
"Tapi serius, gue nggak ada masalah apa-apa. Jadi, stop ngelihatin gue kayak gitu, serem tau nggak?" sergah Ryujin yang jengah juga ditatap intens sama kedua sohibnya itu. "Wina cuma peringatin gue, buat jauhin Argas dan nyerah aja, karena dia bilang gue nggak pantes saingan sama dia."
Somi mendengus. "Terus? Lo mau gitu aja?"
Kali ini, Ryujin yang mendelik. "Nggaklah, ya kali. Gue masih mau perjuangin ayang bebep tercinta, nggak semudah itu gue nyerah."
"Terus, abis itu gimana?"
Lalu setelahnya, sesi curhat–gosip–dimulai. Dengan Somi sebagai pelopor nomor satu dan Ryujin yang jadi bahan gosip, membuat Yeji cuma jadi tim nyimak. Ryujin cerita semua yang dia alami tadi, tapi nggak sampai cerita tentang ancaman Winter. Pikirnya, teman-temannya nggak perlu sampai tahu. Biar aja ini jadi rahasia pribadinya.
***
"Argas, pulang bareng, yuk!"
Asahi yang merasa dipanggil cuma menghela napas berat dan sama sekali nggak ada niat mau menoleh. Sementara yang memanggil secara spontan cemberut, tapi nggak lama karena setelahnya, dia kembali menyunggingkan senyuman selebar matahari. Mencoba menyamakan langkahnya sampai bersisian dengan Asahi, yang tentu diacuhkan.
"Argas, pulang bareng, yuk?" ulangnya, dengan nada yang sedikit lebih lembut, nggak seberisik sebelumnya. "Gue anter, deh, lo pasti naik angkot, 'kan? Gue bawa motor hari ini, lo nebeng aja."
Asahi melirik sekilas, menempatkan atensinya pada Ryujin sejenak. Sesaat tertegun waktu dengan polosnya senyuman lugu itu tersungging lucu di wajahnya. Sama sekali nggak kelihatan kalau itu Ryujin yang petakilan, dan Asahi rasa kayak ada yang aneh, meski pemikiran itu langsung ia buang jauh-jauh.
"Nggak usah," tolak Asahi, suaranya kedengaran serak.
Raut wajah Ryujin berubah khawatir. "Lho, kok suaranya begitu? Lo sakit, ya? Ayo, cepetan gue anter aja dari pada pingsan di jalan, nggak bakal ada yang mau gotong!" cerocosnya, membuat Asahi tertegun lagi karena sifat asli Ryujin kembali. Semakin memperkuat dugaan Asahi kalau sebenarnya cewek itu bipolar.
"Ck, apaan, sih?! Nggak usah sok baik lo!" tukas Asahi dengan alis mengerut kesal.
Ryujin nggak banyak omong lagi, karena cewek itu justru langsung menarik tangan Asahi menuju parkiran. Asahi sendiri nggak melawan sama sekali, karena dia juga merasa badannya lemas. Mungkin efek semalam.
"Tuh, 'kan, kalo sakit nggak usah maksain masuk sekolah. Pake acara sok-sokan nolak lagi, lemes begitu udah kayak orang ayan. Ayo cepet naik, perlu dibantuin?" omel Ryujin lagi setelah memastikan dirinya sendiri naik dengan nyaman di motor matic-nya.
"Nih, helm lo. Mau gue bantu pakein?" ucap Ryujin sedikit melunak waktu dia lihat Asahi semakin diam dan sadar kulitnya bertambah pucat.
Asahi menggeleng pelan, tangannya menerima helm yang disodorkan Ryujin dan langsung memakainya. Nggak lama setelahnya, cowok itu naik ke jok belakang, sedikit memberi jarak agar tubuhnya nggak menempel di punggung Ryujin. Kepalanya pusing, dan rasanya pengin banget bersandar di bahu Ryujin yang kelihatan kokoh itu, tapi gengsi.
"Kalo nggak kuat, pegangan aja dari pada oleng." ucap Ryujin, sesaat sebelum cewek itu menancapkan gas. Asahi nggak kasih tanggapan apa-apa, membiarkan Ryujin mengendara dengan tenang. Nggak tahu aja kalau Ryujin diam-diam cemas karena takut Asahi tiba-tiba pingsan.
Perjalanan mereka hening, benar-benar cuma diam nggak bersuara. Antara Asahi yang memang diam ditambah menahan pusing, juga Ryujin yang nggak mau fokusnya terbagi. Ryujin nggak modus, kok, niatnya benar-benar murni mau bantu karena nggak tega lihat Asahi sepucat vampir dan selemas zombie. Cewek itu juga sadar kalau beberapa bagian wajah Asahi penuh luka gores dan lebam. Tapi dia nggak berani tanya-tanya, takut mengusik privasi Asahi.
"Argas, kalo lo butuh tempat buat pulang, cari aja gue, gue bakal selalu ada." ucap Ryujin, berhasil membuat Asahi diam nggak berkutik.
"Maksud lo?" tanyanya dengan suara serak yang semakin lama terdengar semakin lemah. Membuat Ryujin yang mendengar jadi merinding, meringis karena kayaknya Asahi sakitnya memang nggak bercanda.
"Gue bakal selalu ada buat lo, meski lo nggak anggep gue ada." Ryujin menjeda saat merasa mulutnya terbawa angin motor. "Soalnya, gue juga mau dengan sukarela, jadi support system pribadi lo. Hehehe."
Moy's Note : kangen update-an kan? Pastilah.
Btw, kalian suka romantis yang puitis ngga? Suka baku atau semibaku?? Responnya hayuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Support System ; AsaRyu ✔
RomanceAsahi X Ryujin Fanfiction | Romantis | School Life | Non-Baku | Lokal | AU Tentang Asahi, yang tanpa disadari membutuhkan seseorang. Dan Ryujin, dengan tanpa syarat mengajukan diri demi menjadi support system untuk pemuda itu. Tapi, nggak ada yang m...