12 - Ketemu

822 199 23
                                    

Aku ngakak sm komenan kalian di chap kemaren, wkwk. Update bikos lagi mood. Bay

Ryujin menyipitkan matanya waktu pandangannya menangkap sesuatu, nggak tahu kenapa matanya suka tiba-tiba rabun tanpa sebab, padahal dia yakin nggak punya minus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ryujin menyipitkan matanya waktu pandangannya menangkap sesuatu, nggak tahu kenapa matanya suka tiba-tiba rabun tanpa sebab, padahal dia yakin nggak punya minus. Mencoba fokus pada satu titik yang terletak nggak jauh dari jendela kamarnya, tepat di samping rumahnya. Seonggok gumpalan hitam-entah-apa yang tergeletak begitu aja, nggak tahu dari mana asal-usulnya.

Daripada rasa penasarannya semakin berlanjut, Ryujin memutuskan keluar. Menyusuri ruang tengah sampai menemukan ibunya yang sudah rapi dengan setelan kantor. Cewek itu mengernyit, karena seingatnya, Sandara nggak ada tugas hari ini.

"Mami mau kemana? Kayaknya hari ini Mami dikasih cuti, 'kan?" tanyanya, mengalihkan fokus si ibu yang tengah sibuk mengancingkan kerah pergelangan.

Sandara menoleh, menampilkan raut wajah bersalahnya yang tertutup ekspresi khawatir. "Maaf, Ry. Tapi Mami ada panggilan dinas ke luar kota. Sekitar seminggu dan ini dadakan banget. Kamu nggak apa-apa, 'kan, Mami tinggal dulu?"

Ryujin mengibaskan tangannya, tersenyum ringan. "Yaelah, Mi. Kayak nggak pernah aja, Ry baik-baik aja, santai dong santai."

Sandara mengangguk singkat. Berjalan cepat menghampiri anak gadisnya sebelum kemudian mengecup singkat pucuk kepala Ryujin. Setelahnya, wanita dengan umur hampir separuh abad itu pergi meninggalkan rumah tak lupa salam. Ninggalin Ryujin yang sekarang malah bengong kayak orang bego. Seketika merasa amnesia akan tujuannya keluar kamar. Cewek itu menggeplak kepalanya sendiri demi mengingat apa yang seharusnya menjadi niat awalnya.

"Oh iya! Itu yang gue lihat barusan apaan tadi, ya?" monolognya setelah berhasil mengingat. Dalam pikirannya, sudah terbayang isi yang bakal dia lihat. Diam-diam cewek itu berharap siapa tahu ada orang yang iseng buang segepok emas. SIAPA TAHU.

Pelan-pelan, cewek itu ambil selang yang tergantung dipaku dinding samping rumah. Biasanya dipakai buat siram tanaman sama ibunda tercinta, dan sekarang beralih fungsi begitu sampai di tangan Ryujin. Tujuannya buat slepet apapun yang ada dibalik kain, kalau dirasa membahayakan jiwa raga. Mau gimanapun, dia harus tetap waspada, terlebih dia sendirian di rumah sekarang.

"Lho? ARGAS?! Ai sia téh kunaon, hah?" pekik Ryujin yang nggak pakai pikir panjang langsung membuang selang di tangannya. "Tong paéh heula atuh, lo belom rasain bahagia sama gue!"

Cewek itu berjongkok, sesegera mungkin mengecek hela napas Asahi. Masih napas, oke tenang. Lanjut mengecek leher dan pergelangan tangan. Kemudian panik lagi sewaktu tahu nadinya cowok berkulit pucat itu sangat lemah. Memang keadaannya sangat jauh dari kata baik. Saking lemasnya Asahi sampai cowok itu nggak sadarkan diri.

Support System ; AsaRyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang