21 - Monopoli Persuasif

643 165 25
                                    

Asahi harusnya bisa santai di perpustakaan. Kalau aja nggak kedatangan makhluk cerewet nan rempong bernama Jaehyuk. Anak Bapak Yukana yang satu itu benar-benar nggak ngasih Asahi ruang buat baca dengan tenang. Padahal, 'kan, Asahi cuma mau baca buat ulangan kimia nanti.

Asahi be like : biasalah!

Contoh kecilnya, kayak sekarang ini. Jaehyuk di sampingnya terus aja cuap-cuap kayak nggak ada kerjaan lain yang lebih berguna. Sementara Asahi diam aja, masih berfokus pada bacaannya. Tapi biarpun begitu, Asahi masih menyimak apa yang Jaehyuk bilang, kok.

"Argas, lo beneran serius mau percaya Wina dan gosip itu? Segampang itu lo bikin persepsi?"

Jaehyuk, dengan cepat tanpa ba bi bu langsung memonopoli Asahi sebelum pikiran cowok itu kedoktrin lebih lanjut. Lagi pula, Asahi juga nggak tahu apa-apa, nggak seharusnya main hakim sendiri. Jangankan Asahi, Jaehyuk dan yang lain aja nggak ada yang tahu kalau Ryujin kerja sambilan.

Nggak nyangka juga kalau Ryujin ternyata bisa se-tertutup itu. Jaehyuk jadi merasa gagal.

Asahi mengedikkan bahu acuh, lalu kembali fokus membaca buku. Mereka ada di perpus omong-omong, dan Jaehyuk dengan entengnya ngajak ngobrol disini karena memang sepi. Biar bisa lebih menghayati, katanya.

"Jihan sama Soraya yang udah jelas deket sama Ryana aja bisa sampe percaya. Berarti ini bukan perkara gampang," tukas Asahi cepat.

Jaehyuk menjentikkan jari sebelum menyentil keras-keras dahi Asahi. Membuat si empunya dahi langsung misuh.

"Sakit, anjing!"

"Kalem, bro. Ini perpus, jangan berisik. Mau ditimpuk kamus?" Jaehyuk nyengir. "Lagian, lo bisa-bisanya kehasut. Kayak nggak tahu cewek aja. Mereka tuh kadang labil, nggak punya pendirian emang, heran gue juga."

Asahi mengernyit, sumpah ini Jaehyuk annoying pisan. Ini jadinya mau mengadakan 'kampanye percaya Ryana' atau pindah haluan jadi ngegosip? Memang nggak bisa dipercaya manusia satu ini.

"Eh, kok ngawur?!" cowok itu menepuk dahinya sendiri, kemudian nyengir. LAGI. "Setahu gue, dulu lo nggak kayak gini deh."

Sekarang giliran Asahi yang memusatkan penuh perhatiannya. "Hah? Maksud lo? Berubah gimana? Gue bukan ultraman yang bisa berubah."

"Monyong, bercanda aja lo ah." sergah Jaehyuk sebal sambil mendelik. "Lo serius mau menjauh gitu aja? Belom terbukti apa-apa, 'kan? Ayolah, itu cuma gosip dari orang nggak ada kerjaan! Bisa-bisanya lo terpengaruh."

"Ya justru karena belom ada bukti, gue masih sah-sah aja buat percaya, 'kan? Malah, disini lo yang kelihatan naif. Langsung pro ke Ryana bahkan disaat lo nggak paham banyak tentang dia." tukas Asahi.

Jaehyuk tertohok. "Duh, Gas. Sumpah, tapi lo juga harus tahu." rautnya berubah serius. "Ryana nggak serendah itu."

Kembali melanjutkan, "Dan setelah apa yang lo tahu selama ini tentang dia? Sebaik apa dia sama lo yang bahkan nggak pernah sekalipun sudi ngelirik? Lo tega?"

Jaehyuk bangkit dari duduknya, berniat keluar perpustakaan sebelum kembali menyuarakan suara. "Kalopun seandainya bener terbukti dia ngelakuin hal yang ada dalam gosip, meskipun nggak mungkin dia begitu, gue tetep nggak masalah. Dia pasti punya alasan.

"Dia butuh penyemangat, bukan seorang penghujat. Gue harap lo nggak gegabah atau mungkin lo bakal nyesel. Dah ah gue balik, perut gue nggak bisa diajak kompromi."

Jaehyuk benar-benar pergi setelahnya. Meninggalkan Asahi yang sama sekali sudah nggak fokus ke bukunya. Tangannya mengepal diam-diam, dahinya mengernyit bahkan sampai berkeringat.

"Duh, anjim kenapa jadi ribet banget?! Dan kenapa gue kepikiran? Plis banget ini mah gue nggak mau suka sama itu bocah petakilan!"

"Gue juga mau berpikir postif kayak Jamal barusan. Tapi kok ya susah banget?!"

***

"Gimana, Bro?"

Itu Hyunjin, yang memang ditugaskan untuk berdiam di depan pintu perpustakaan sesuai instruksi Jaehyuk selama cowok itu beraksi. Nggak tahu juga gunanya apa, Hyunjin ya nurut aja. Dia, 'kan, tim pengikut.

Lagi pula, Hyunjin punya motto mutlak. "Apapun untuk Bang Ry."

Harusnya, mereka bisa jadi lebih kompak setelah kejadian kemarin. Hyunjin juga masih menyesali kenapa nggak bisa memonopoli Yeji kayak yang lagi Jaehyuk usahakan pada Asahi. Semuanya rumit, dan mereka nggak ada persiapan antisipasi sama sekali buat masalah runyam kayak begini.

Jaehyuk menaik-turunkan alis. "Woles. Bisa gue pengaruhi, yah meskipun bakal butuh waktu. Tapi seenggaknya mendingan dari pada nggak sama sekali. Ya nggak?"

Hyunjin mengangguk. "Ya udah. Sekarang apa lagi?"

"Sebentar. Gue cek list-nya dulu." Jaehyuk merogoh saku, kemudian mengeluarkan notes kecil, heran juga kenapa bisa sampai seniat itu. "Mencabut poster-poster hoax yang beredar, udah. Persuasi terselubung ke para siswa, udah. Memonopoli Argas, udah. Langkah selanjutnya, periksa keadaan Ryana. Ayo buruan!"

Lengan Hyunjin ditarik, digusur paksa sama Jaehyuk yang rusuhnya minta ditampol. Hyunjin ya nurut aja, kalau buat Ryujin mah nggak apa-apa. Padahal dia dari tadi jengah banget sama Jaehyuk yang ribet ngegiring dia kemana-mana.

"Gue ngerasa jadi kayak lagi mengusung propaganda. Riweuhnya lebih dari pas gue tawuran. Heran juga kenapa gue bisa bertahan lama sama lo, Mal." cerocos Hyunjin.

Jaehyuk memicing. "Oh jadi selama ini, lo nggak ikhlas temenan sama gue? Oh gitu. Oke, cukstaw aja sih."

"Jangan drama dulu, plis. Ini masalah satu belom kelar. Jangan bikin gue tambah pusing gara-gara kebodohan lo yang nggak ada selesai-selesainya."

"Hehehe. Ya udah ay--"

"Gais. Gue putar haluan. Gue dukung Ryana."

"Lho, Nathan!?"

"Iya, ini gue. Masalah?" Oke, kalau ngegas berarti benar Yeonjun. Yang herannya, kenapa bisa tiba-tiba berubah pikiran? Nggak jadi menjunjung prinsip 'tim netral'nya, nih?

Jaehyuk dan Hyunjin saling pandang. Keduanya kemudian nyengir, bikin Yeonjun bergidik. Geli juga kalau tiba-tiba cengengesan kayak dapat jackpot, padahal nggak ada alasan yang spesifik. Serem.

"Ngapain, sih?" tanya Yeonjun akhirnya.

Jaehyuk masih nyengir. "Hehehe. Akhirnya gue bisa mengamalkan pelajaran bahasa. Aksi persuasi gue sama Hafizhan lancar!"

"Hah?" Yeonjun makin bingung, jelas.

"Aduh, baru kali ini gue dikasih lapak buat praktek teks persuasif." timpal Hyunjin.

"Naon, sih?"

Serius, capek. Yeonjun capek, pengin resign aja rasanya.

***

Moy's Note : ... Ngga taulah. Byebye

Support System ; AsaRyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang