8 - Pulang Bawa Luka

843 208 17
                                    

Moy's Note : Maaf ges, Moy emang labil. Tapi sebenernya gini, aku ada rencana mau hiatus. Jadi, mau double up atau triple up? Asalkan rame, oghey? Mau ngga?

 Jadi, mau double up atau triple up? Asalkan rame, oghey? Mau ngga?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, Papa mau kesini." ucap Haruto, saat mereka berdua telah pulang dari acara jalan-jalan dadakan tadi.

Asahi yang mendengar itu mengerutkan alis. "Kapan? Hari ini?"

Haruto mengangguk, kemudian mengecek ponselnya sekali lagi demi memastikan adanya pesan masuk. Bedanya, kali ini Asahi ikut melongokkan kepala, membaca setiap rajutan kata yang membuktikan adik satu-satunya itu nggak bohong. Cowok berkulit nyaris pucat itu mendengus, kemudian membanting diri sendiri ke kasur sampai Haruto yang melihatnya meringis sendiri.

"Ngapain lagi dia? Kalo cuma mau mukulin kita berdua mending nggak usah," sinis Asahi, menitik-beratkan fokusnya ke langit-langit kamar.

"Mana gue tahu? Gue, 'kan ikan." Haruto buru-buru meralat ucapannya saat melihat raut masam Asahi semakin menjadi. "Canda, Bang. Kali aja Papa kangen sama lo, udah lama nggak ketemu juga, 'kan?"

"Kangen? Kangen nyiksa maksud lo?" tukas Asahi cepat. "Gue kira, dia malah udah lupa kalo punya anak dua. Masih sama itu cewek, 'kan?"

Haruto mengangguk. "Terakhir denger sih, masih sama. Nggak tahu kenapa bisa betah banget, padahal busuk gitu."

Asahi mendengus. "Limbah sama sampah disatuin kelihatan cocok, 'kan?"

Haruto nggak jawab apa-apa, tapi sebaliknya, cowok itu menyeringai seolah setuju dengan apa yang dikatakan kakaknya itu. Asahi bangkit, bermaksud keluar kamar untuk mandi. Tapi nggak jadi waktu matanya nggak sengaja menangkap sosok Ryujin dari balik jendela. Awalnya, dia nggak peduli. Tapi nggak tahu kenapa, badannya masih mematung di tempat bahkan setelah cewek itu masuk pagar. Cowok itu cuma bisa mengernyit waktu sadar ada yang janggal. Ini matanya yang salah, atau memang baju Ryujin yang robek? Ditambah lagi, ada banyak luka di sekitaran lengan, dan goresan di pelipis kanan.

"Dia abis ngapain? Gelut sama kebo?"

Berusaha nggak ambil pusing, Asahi lebih memilih meneruskan niat awalnya. Karena dia yakin, malam nanti belum tentu bisa menikmati dinginnya air, Asahi juga yakin kalau ayahnya sudah pulang nanti, beliau nggak bakal biarin dia duduk diam dengan tenang.

***

"Ryana–KAMU KENAPA, HEH?"

Ryujin cuma bisa menghela napas lelah saat suara ibunya melengking tinggi memenuhi telinganya. Sudah ia duga bakal kayak gini jadinya, jadi sebenarnya nggak heran lagi. Tapi yang jadi masalah, teriakan ibunya itu kayaknya bakal ampuh bangunin semua warga saking naudzubillah gedenya.

"Santai, Ma. Cuma begini, kok." jawab Ryujin, as always santai.

Mata ibunya–Sandara–melebar. "Santai kepalamu sini Mami botakin. Bonyok begini gimana bisa Mami santai? Kamu tawuran apa gimana, sih? Heran, anak cewek kok hobi banget nantang maut. Punya nyawa sembilan kamu, hah?"

Support System ; AsaRyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang