Helaan napas tergesa kedengaran sangat jelas, bersamaan dengan langkah kaki berlari yang terburu-buru. Bahkan Ryujin nggak berhenti teriak heboh menyerukan para siswa untuk minggir, sementara Asahi harus malu sepanjang koridor. Nggak lagi-lagi, deh, turutin Ryujin, kapok.
Lagi pula, sebenarnya mereka sudah aman dari Winter. Tapi, urusan mereka sekarang sama guru BK yang tahu-tahu muncul berpatroli, kayak jelangkung. Secara reflek, Ryujin tentu menuruti instingnya untuk berlari sejauh mungkin. Menarik lengan Asahi yang masih bertengger di lipatan sikunya.
"Lapor, jarak dan kondisi aman, Komandan!" seru Ryujin saat keduanya sudah berlari menuntasi koridor sekolah dan berakhir di dekat taman belakang sekolah. Jarak yang cukup dekat dengan kelas mereka berdua.
"Aman kepala lo bulet! Napas gue yang nggak aman, nih!" gerutu Asahi dengan posisi tubuh yang membungkuk, memegangi bagian ulu hati.
"Hehehe, ampun. Gue spontan aja narik lo kesini." Ryujin nyengir, terdiam sebentar sebelum sadar akan sesuatu. "Ngomong-ngomong, ini tangan nggak mau dilepas? Nyaman, ya?"
Seolah sadar apa yang dimaksud Ryujin, Asahi buru-buru menghempaskan tangannya yang masih setia tersimpan di lipatan siku cewek itu. Cowok keturunan Jepang itu cuma mendengus malas dan merotasikan matanya waktu melihat raut wajah menggoda Ryujin yang malah kelihatan tengil.
"Nggak usah senyum-senyum, ge-er banget jadi cewek." ketusnya, sebelum mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Hehehe, iya Kanjeng. Gue duluan," ucap Ryujin, dan tanpa menunggu jawaban lagi, dirinya lari dengan senyum terkembang.
Tapi, kayaknya dia lupa, kalau hari ini ada pelajaran Pak Sehun, si guru matematika yang sudah terkenal karena pembawaannya yang tegas. Kalau nggak bisa disebut galak. Dan sekarang ini sudah sepuluh menit sejak bel masuk berbunyi, jangan lupakan kalau Pak Sehun benar-benar nggak ada toleransi tentang kedisiplinan. Setelah ini, ucapkan selamat tinggal pada Ryujin yang bisa dipastikan bakal menyusut.
Tok! Tok! Tok!
"Tiada kusangka, sejak detik itu, kau membuka pintu~" Ryujin sempat-sempatnya bersenandung di depan pintu, mencoba masa bodoh dengan kenyataan nyawanya yang terancam beberapa detik lagi.
"Udah berapa lama kamu telat?!" Tuh, 'kan, baru juga dibilang. Ryujin yang mendengar itu cuma nyengir, tapi nggak lama kemudian cengirannya luntur begitu melihat raut datar Pak Sehun.
"Sepuluh menit, Pak. Saya boleh masuk, ya?"
Rahang Pak Sehun langsung kelihatan mengeras dengan tatapan tajamnya yang semakin menukik, bikin Ryujin yang awalnya cengengesan langsung menciut. Serem juga ini bapak-bapak, sekiranya itu isi pikirannya sekarang setelah dari tadi cuma keisi sama Asahi.
"Kamu bersihin toilet dari lantai satu sampai lantai dua, sekarang!" perintahnya yang terdengar menggelegar sampai menggema di lorong kelas, bikin beberapa siswa yang kelasnya sedang kosong ikut melongokkan kepala.
"Itu aja, Pak? Ada yang lain, nggak?" tanya Ryujin dengan nada polos, yang mana membuat Pak Sehun semakin kesal.
"RYANA FAKHRUJIN!"
Sementara di dalam kelas, Yeji diam-diam berbisik ke arah Somi yang duduk di belakangnya. "Ryana ngapain lagi, sih? Udah gila itu bocah?"
Somi mengedikkan bahu dengan gelengan kepala yang seolah menunjukkan kalau dia juga nggak paham. "Nggak tahu. Barang kali abis buang hajat akalnya ikut kebuang bareng ampas."
***
"Ehey, senangnya dalam hati, bila dapat suami~" Itu Ryujin, yang nyanyi dengan gagang pel yang ia gunakan seolah sebagai pengeras suara. "Eh, gimana mau dapet suami kalo deketin Argas aja masih terhambat?"
"Nggak, deh. Udah ada banyak kemajuan, kayaknya dikit lagi bakal sukses." monolognya, meralat ucapan sebelumnya buru-buru.
Ryujin masih cengengesan, bahkan dengan gagang pel yang dia tenteng dan ember yang masih dijinjing, keluar dari toilet cewek setelah selesai menjalankan hukuman. Memang sih, biasanya dia juga begitu setiap hari. Mau lagi salting, tawuran, atau bahkan lagi dihukum kayak gini juga tetap bakal cengengesan. Kayak yang nggak punya beban hidup aja, padahal masalah numpuk kayak dosa. Nggak tahu gimana, untung aja nggak dikira orang gila lepas.
"Mak, anakmu berhasil, Mak. Mak, anakmu digandeng Argas, Mak. Mak, anakmu dapet cowok, Mak." cerocosnya masih dengan cengiran, nggak tahu aja kalau objek mengkhayalnya ada di depan mata.
"Sinting beneran ternyata, gue kira cuma akting." sinisnya.
Ryujin menoleh, mendapati Asahi yang berdiri dengan keadaan nggak jauh beda dengannya, dalam artian; kucel. Persis gelandangan dengan kedua tangan yang memegang kemoceng dan sapu. Kayaknya habis dihukum juga, bikin Ryujin makin lebar nyengir.
"Lo dihukum juga?" tanya Ryujin, menghentikan langkah Asahi.
"Ya lo pikir aja? Ini juga gara-gara lo, kalo lo nggak ngajak gue lari juga gue nggak bakal telat ke kelas." sewot Asahi.
"Gue juga dihukum nih, sama Pak Sehun. Wah, jangan-jangan kita jo–"
"–mblo." sela Asahi cepat-cepat sebelum Ryujin sempat meneruskan ucapan yang menurutnya nggak ada faedahnya itu. Tapi ternyata, cewek itu malah makin menjadi.
"Nah, makanya. Mumpung sama-sama jomblo, ayo jadian! Hehehe," Ryujin memainkan sebelah alisnya, bermaksud menggoda yang malah jadi kelihatan songong. Nggak tahu gimana, tapi kayaknya Ryujin nggak ada bakat dalam hal begini. "Gue bukan cewek penggoda jadi nggak tahu caranya ngegodain cowok, jadi ya anggep aja begini, ya?"
Melihat Ryujin yang terus-terusan nyengir lama-lama bikin Asahi ngeri juga. Cowok itu takut aja kalau tiba-tiba Ryujin ketempelan, soalnya habis dari toilet yang notabene sarang berkumpulnya makhluk begitu. Tapi sesaat setelahnya Asahi mikir, nggak mungkin juga Ryujin ketempelan. Yang ada, mungkin aja setannya malah diajak nongkrong sama itu cewek semisal ketemu.
"Nggak usah nyengir mulu, itu gigi lo kering repot ntar." celetuk Asahi.
"Perhatian banget sih sama aku. Duh, jimayu Eneng!" Dahlah, Asahi nggak bakal mau banyak omong lagi.
***
Moy's Note : Bosen ngga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Support System ; AsaRyu ✔
RomanceAsahi X Ryujin Fanfiction | Romantis | School Life | Non-Baku | Lokal | AU Tentang Asahi, yang tanpa disadari membutuhkan seseorang. Dan Ryujin, dengan tanpa syarat mengajukan diri demi menjadi support system untuk pemuda itu. Tapi, nggak ada yang m...