Malamnya, giliran Ryujin yang harus pasrah sekaligus pusing disaat bersamaan. Pasalnya, setelah Asahi menangis sepanjang sore sampai jatuh tertidur di sofa, cowok itu jadi sangat manja setelah bangun tidur. Benar-benar selalu ingin menempel pada Ryujin, persis kayak cicak nemplok di dinding. Seratus persen berbeda dengan Asahi yang biasanya galak dan selalu melempari Ryujin dengan tatapan sinisnya yang khas.
Ryujin jelas aja senang, tapi lama-lama ngeri juga. Takut nggak kuat, soalnya Asahi bikin gemas mulu. Contohnya, kayak sekarang ini, Ryujin harus atur napas biar nggak pingsan duluan.
"Heh, lo bukan Argas, 'kan? Ngaku, saha ieu?" ucap Ryujin setengah menggertak.
Asahi memiringkan kepala bak anak kecil yang polos, mengerjap beberapa kali dengan mata yang berkaca-kaca karena efek demam. "Aing maung, rawr!"
"Maung apanya? Ini mah meong!" gerutu Ryujin. "Tapi serius, Gas. Kemana Argas yang gue kenal, yang kalo gue deketin langsung pasang sikap siaga satu kayak kucing bunting?"
Jujur aja, Ryujin masih takut. Pasalnya, Asahi benar-benar kelihatan lemas, sakitnya setelah sepulang sekolah tadi ternyata masih berlanjut dan makin parah. Untungnya, setelah dirawat Ryujin, cowok itu sedikit membaik, meski masih sesekali mengeluh pusing di kepalanya.
Asahi mendengus. "Ih, gue galak salah, begini juga salah! Maunya apa, sih?"
Ryujin membatin sebelum reflek menepuk kepala, merasa pusing sendiri. "Kalo boleh sih, gue maunya lo."
"Ya nggak salah, sih. Tapi, apa lo nggak kasian sama jantung gue? Berisik banget nih, dari tadi, kayak mau demo aja rasanya." ucap cewek itu, masih berusaha mengatur napas.
Setelahnya, Asahi nggak kasih respon apa-apa, dan lebih memilih kembali merebahkan diri di kasur angin yang Ryujin siapkan. Lagaknya orang ngambek. Ryujin yang melihat itu mendengus sebal sekaligus gemas, dan memutuskan keluar. Mumpung Asahi sedang nggak fokus padanya, dan nggak berpotensi menempel lagi.
Tangan Ryujin dengan cekatan mengambil ponsel yang sudah ia letakkan di nakas sebelumnya. Mendial nomor yang sedari tadi ingin dihubunginya. Menanyakan sebab-pasal kenapa Asahi berbanding terbalik dengan biasanya.
"Halo? Kenapa Kak Ry?" Terdengar dari seberang, suara berat menyapa percakapan pertama mereka.
"Lo dimana, To? Gue bilang ini, tapi lo jangan panik, ya?" Ryujin buru-buru menyambung kalimatnya setelah merasa Haruto berdeham menyahuti. "Argas sakit. Udah mendingan, tadi ngeluh pusing gara-gara kebanyakan nangis. Lo kalo mau kesini, masuk aja nggak apa-apa."
"Gue kesana, Kak. Abang udah makan, 'kan?"
Ryujin meringis mendengar nada cemas yang tersirat dari suara berat tetangganya itu. "Udah, kok, sekarang lagi siap-siap mau tidur. Oh, iya, To. Abang lo kalo sakit emang jadi agak beda, ya? Atau gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Support System ; AsaRyu ✔
RomanceAsahi X Ryujin Fanfiction | Romantis | School Life | Non-Baku | Lokal | AU Tentang Asahi, yang tanpa disadari membutuhkan seseorang. Dan Ryujin, dengan tanpa syarat mengajukan diri demi menjadi support system untuk pemuda itu. Tapi, nggak ada yang m...