Gais, cek profilku dong. Hehe.
Dikarenakan kedua belah pihak sama-sama bingung harus apa, akhirnya nggak ada yang ngomong sama sekali setelah dua puluh menit saling tatap muka. Baik Ryujin maupun Asahi, keduanya mendadak kicep kayak orang cupu seolah nggak pernah saling kenal sebelum ini. Teman-temannya sepakat meninggalkan mereka berdua, awalnya berniat memberi ruang buat selesaikan masalah. Bikin Ryujin misuh-misuh karena nggak tahu harus apa, alias mereka berdua canggung banget!
"Gas."
"Ry."
Diam lagi. Begitu aja terus sampai ayam jantan bisa bertelur warna-warni.
"Gue mau ngomong nih, atau lo yang mau duluan?" sergah Ryujin, nggak tahan juga ternyata setelah saling diam dalam waktu yang cukup lama.
Asahi gelagapan, tapi sedetik setelahnya dia mengangguk yang artinya bahkan Ryujin nggak tahu. "Gue duluan. Gue mau minta maaf sama lo, tentang masalah yang waktu itu. Maaf karena nggak denger penjelasan dari lo, dan langsung bikin kesimpulan sendiri."
Ryujin mengangguk kaku mengiyakan. "Iya, gue maafin."
Setelahnya, nggak ada lagi yang mau buka suara. Sampai Jaehyuk yang mengawasi dari jarak beberapa meter jadi greget sendiri, 'gengsi aja teros!'
"Maaf juga, gue udah tutup mata sama semua sikap lo." ujar Asahi tiba-tiba, mencoba bikin kontak mata dengan Ryujin.
Ryujin mengangkat alisnya sebelum menaikkan bahunya nggak acuh. "Nggak apa-apa. Selama ini, 'kan, lo juga nggak pernah minta gue buat lakuin apa yang udah gue lakuin. Gue aja yang nggak tahu diri, terus-terusan deketin lo yang udah jelas-jelas menjauhkan diri. Maaf, ya, gue emang beneran annoying kayak yang waktu itu lo bilang." tuturnya panjang lebar, cewek itu mengatur napasnya yang serasa tercekat di tenggorokan sebelum mulai melanjutkan. "Abis ini, gue nggak bakal gangguin lo lagi, deh. Janji, hehehe."
Asahi mendelik nggak setuju, "Ketawa lo miris banget."
"Emang, hehehehehehe."
"Pake dilanjut lagi anjir." Asahi betulan nggak habis pikir sama ini orang satu. "Pokoknya gue nggak setuju sama kalimat lo yang terakhir."
Alis Ryujin mengerut, "Kalimat terakhir yang mana? 'Janji, hehehe'?"
"Bego ah, malesin." sergah Asahi. "Gue suka, kok, kalo lo gangguin gue. Cuma ya gitu, kemaren-kemaren kayaknya gue emang butuh waktu buat adaptasi. Jadi, tetep jadi Ry yang gue kenal."
"Caranya?" tanya Ryujin, tangannya memainkan kuku dengan kaki tersilang lengkap beserta mimik muka menantang.
"Maksudnya?" Asahi balik bertanya, karena betulan nggak paham apa yang dimaksud.
"Coba kasih tahu gue sekarang, gimana caranya bersikap biasa aja seolah nggak ada apa-apa setelah semua perlakuan nggak enak yang gue terima dari lo?"
Asahi gelagapan, lagi. Dari sekian banyak hal yang bisa Ryujin jadikan pertanyaan, kenapa harus kalimat sarkas yang dikeluarkan? Serius, kalau dirinya disuruh memilih, Asahi nggak pakai tedeng aling-aling langsung pilih Ryujin yang mencak-mencak mengomel dibanding harus dapat kalimat panjang yang tajam menusuk.
"Satu-satunya cara, lo harus jadi pacar gue."
Bukan, Asahi yakin betul apa yang barusan terucap bukan sebuah respon yang impulsif. Tapi memang benar-benar sudah direncanakan sebelumnya, meski cara pengucapannya diluar dugaan.
Ryujin melongo, nggak elit banget pokoknya. "Nggak asik banget nembaknya begitu."
"Ya asikin aja." sahut Asahi singkat, padat, tapi sama sekali nggak jelas.
Ryujin mencibir. "Idih, ogah. Maaf, ya, gue udah pacaran sama Haidar dari sekolah sebelah."
Nggak sadar, Asahi mangap sewaktu suara Ryujin dengan jelas terdengar. Sejelas suara hatinya yang kretek-kretek. Dia harus hadapi plot twist macam apa lagi, sih!? Ribet banget kayaknya.
"Lo serius?" gumam Asahi, tanpa sadar mukanya mulai memelas. "Gue pikir, lo masih mau nungguin gue. Gue pikir, masih ada celah buat gue. Hah, harusnya gue lebih dulu sadar sama perasaan gue, harusnya gue bisa nerima lo lebih cepet, harusnya gue nggak terus-terusan denial."
Diam-diam, Ryujin nahan ketawa. "Lo seriusan suka gue, nih?"
Asahi mengangguk cepat. "Iyalah! Udah sayang gue sama lo. Tapi, lo sekarang udah punya pacar ... Ya udah, nggak apa-apa. Harusnya gue bisa nebak kalo lo bakal nolak, apado gwenchanaaaaa..."
Ryujin ngakak nggak ketampung. "Lo ngapain, sih? Lagian, siapa juga yang mau nolak lo?"
Sedetik, dua detik. Masih tetap nggak ada respon. Otak encer Asahi mendadak buntu sampai empunya bengong kebingungan dengan wajah tablo. Ryujin ngakak lagi, nggak tahu, humor dia makin lama makin cetek aja rasanya.
"Jangan bilang, lo mau mendua?! Jangan gila anjir, kasian itu anak orang." pekik Asahi mendadak heboh, bikin beberapa pasang mata tertuju ke arah mereka berdua. Mengingat, mereka ini sedang ada di tempat umum.
"Berisik!" sentak Ryujin, reflek memukul lengan Asahi sampai cowok itu hampir aja teriak sakit kalau Ryujin nggak buru-buru bekap mulutnya. "Tadi lo ngatain gue bego, sendirinya sama aja."
"Lah? Bener, dong yang gue omongin? Kalo bukan mendua, apa lagi? Lo udah punya pacar, hei!" sanggah Asahi yang nggak terima dikatain.
"Gue emang udah punya pacar, tapi boong! Hahay, papale papale."
"Nggak usah deket-deket gue lo, gue punya alergi serius sama jamet pengkolan."
Ryujin ngakak lagi sampai pipinya pegal. Asahi beruntung sebenarnya, karena Ryujin bukan tipe cewek yang bakal nabok kalau lagi ketawa.
"Tapi gue emang bakal punya pacar, kalo tawaran lo yang tadi masih berlaku." ujar Ryujin, kali ini dengan mimik serius walau nada bicaranya kelewat santai. "Mau nggak?"
Asahi berubah sumringah. "Ya kalo yang itu sih, nggak usah ditanya! Sini, dong, deketan. Mau gue uyel-uyel pipi lo, sini-sini, mumumu .... "
"Eww, ada pedofil. Jauh-jauh lo, alergi gue sama pedofil."
"Dahlah anjir, emang gue ngarep apa? Lo emang susah dimanisin."
"Awokawok."
"Tuh, 'kan, jametnya nongol."
*END*
Catatan Moy: Akhirnya selesai juga😭 Tolong tulis kritik dan saran kalian disini.
Makasih yang udah mau nunggu, maaf juga kalo aku belom bisa menuhin ekspektasi kalian sama cerita ini. Kalian yang udah mau baca ini cerita abal-abal aja udah syukur banget hikd :')
Sampai jumpa di 'Something Unexpected' , kawan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Support System ; AsaRyu ✔
RomanceAsahi X Ryujin Fanfiction | Romantis | School Life | Non-Baku | Lokal | AU Tentang Asahi, yang tanpa disadari membutuhkan seseorang. Dan Ryujin, dengan tanpa syarat mengajukan diri demi menjadi support system untuk pemuda itu. Tapi, nggak ada yang m...