Malam hari telah tiba, bulan terlihat indah menerangi langit malam. Pesta telah lama usai dan para tamu telah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Hanya sosok Putri Alisia yang tampak berjalan cepat menyusuri lorong menuju kamar tidurnya tanpa ditemani pengawal. Alisia menggerutu sambil mengingat peristiwa yang baru terjadi, membuat suasana hatinya memburuk malam ini. Begitu melihat pintu kamarnya, Alisia tampak berjalan lebih cepat lalu mendorong pintu perlahan.
"Kau tidak seharusnya berkeliaran tengah malam."
Suara itu bernada menegur dan kelewat familiar. Alisia tidak jadi membuka pintu kamarnya. Alisia mengernyit sedikit tetapi ketika dengan segera mengatur ekspresi wajahnya. Ia pun berbalik dan tersenyum, sorot matanya bersinar jenaka sementara ekspresinya dibuat-buat agar terlihat terkejut. "Dan kau tidak seharusnya memata-mataiku."
Tentu saja, suara yang menegurnya adalah Ambrose Hancock, si penasihat Utama Kerajaan Frankish. Pria terpelajar, kaku, serius, dan luar biasa cerdas. Tidak semua orang bisa merebut hati Byron secepat dirinya, dalam hitungan minggu, dari seorang bangsawan Kerajaan sebelah menjadi tangan kanan nomor satu.
Alisia melihat bagaimana Ambrose menatapnya dengan tatapan menilai, dan Alisia tahu dengan jelas bagaimana pendapat pria itu tentang dirinya. Biar bagaimana pun, Alisia pasti tampak seperti sosok iblis atau wanita nakal dibandingkan dengan Celsia yang dipuja pria itu. Selain itu, bukankah sosok seperti Ambrose Hancock kelewat suci untuk bisa disandingkan dengannya? Alisia mendadak ingin tertawa lagi. Ia tidak paham bagaimana Celsia bisa terpikir untuk menjodohkannya dengan pria kaku dan serius seperti Ambrose Hancock.
"Pria terhormat tidak memata-matai gadis muda."
"Baiklah," Alisia tersenyum dan bersedekap. "Aku tidak menduga bahwa seorang Ambrose Hancock yang terhormat mengikutiku?" ia merevisi.
"Aku hanya kebetulan searah. Kau baru saja keluar dari kamar tamu pria lainnya. Kuharap seorang putri bisa berkelakuan pantas."
Genderang perang tampaknya sudah ditabuh, pikir Alisia geli.
Alisia menoleh ke sekeliling dan tertawa kecil. "Terakhir kali kudengar dari Celsia, bagian sayap timur khusus untuk kamar tamu?"
Ambrose mengedikkan bahu acuh. "Aku bukan rakyat Frankish. Rumahku berada di Lombards. Jadi, sekalipun bekerja di sini, aku tetap seorang tamu."
Alisia terkekeh, menertawakan ucapan Ambrose seolah pria itu bercanda dengannya. Ambrose melengos pergi, tetapi tangan Alisia menangkap lengannya.
"Sebentar," ujar gadis itu sebelum memasukkan jarinya ke balik kerah bajunya.
Ambrose tersedak lalu mundur. "Apa yang kau lakukan, hal semacam itu tidak pantas dilakukan seorang gadis."
Alisia tertawa lagi. Mahkluk yang menarik, manusia bernama Ambrose ini. Ia mengeluarkan sebuah kalung dan meletakkannya di atas tangan Ambrose. "Hari ini aku menerimanya dari Celsia. Kudengar benda ini darimu."
Ambrose tidak perlu dua kali melihatnya untuk bisa mengenalinya. Benda itu adalah sebuah kancing emas dengan lambang keluarga Ambrose yang berukirkan tanaman Shamrock dan dua bilah pedang. Ia sudah sejak lama melupakan kepemilikan Celsia atas kancing emasnya.
Dulu, saat pertama kali memberikannya, Ambrose berharap, sekali saja, supaya Celsia memanggilnya. Kalau sampai Celsia memanggilnya, ia akan datang, memastikan gadis itu aman, lalu mengajaknya kawin lari. Mereka akan lari sangat jauh, sampai tidak ada siapapun mengenal mereka, dan kemudian berbahagia selamanya. Tampaknya impian itu terlalu naif.
Sekarang, saat melihat Alisia memegang benda itu alih-alih Celsia, bahkan rasa sakit hati sama sekali tidak terbersit dalam pikiran Ambrose. Ia hanya terpikir sesekali. Seandainya. Seandainya saja ia sempat menyatakan perasaannya lebih dulu, jauh sebelum Celsia dilamar untuk menikah oleh Byron, apakah semuanya akan berbeda?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...