Tiga Puluh Tiga

4.7K 443 10
                                    


33


Ibunda Ratu Alexandria dipindahkan ke Menara Utama tempat Alexei dan Helena tinggal. Alexei, tentu saja, memakai Helena sebagai alasan mengapa ia memutuskan untuk mengembalikan Ibunya ke tempat yang lebih dekat dan berada dalam jangkauan pengawasannya.

"Helena, istriku yang baik dan lembut hatinya itu, mengkhawatirkan Ibuku. Karena itu, ia sering pergi ke Menara Barat yang jauh itu untuk mengunjungi Ibuku. Helena kadang lupa bahwa dirinya sedang hamil, membayangkan dirinya sering menaiki tangga yang berliku itu membuat hatiku tidak tenang, apakah kau tahu, Fyodor?"

Fyodor hanya mengangguk.

"Kau tahu perasaanku kan, Fyodor? Kau kan seorang suami dan Ayah..." Yang ditanya tidak kunjung menjawab, jadi Alexei menggeser duduknya dan menatap pria yang berdiri di sampingnya. "Hei apakah kau mendengar pertanyaanku?" Alexei menusuk pinggang Fyodor dengan pena bulu yang diambilnya dari meja.

"Hamba paham, Yang Mulia..." Fyodor menghela nafas dan menjawab dengan suara diseret-seret. "Bagaimana kalau Yang Mulia memakai penanya untuk mulai memeriksa dokumen daripada menusuk Hamba seperti itu..."

Alexei pura-pura tidak mendengarkan keluhan Fyodor. "Nah, karena membayangkan Helena menaiki tangga mengerikan seperti itu setiap hari, kurasa aku tidak punya pilihan selain memindahkan tempat Ibuku dan membuat mereka berdua lebih mudah bertemu..."

"Hamba tidak ada komentar Yang Mulia..." jawab Fyodor, mendesah. "Keputusan Yang Mulia tepat." Fyodor menutup mata dan menghela nafas lelah. Alexei terus mengulangi kalimatnya, seolah membuat pembenaran dirinya sendiri untuk tindakannya, seolah tidak ingin dicap sebagai pria yang menyerah pada perasaannya dan mengubah keputusannya sendiri.

"Hamba yakin, Ibunda Ratu Alexandria juga akan merasa lebih nyaman di Istana Utama."

"Begitu?" Alexei mengangguk menyanggupi, seolah perkataan Fyodor tidak penting. Tetapi, pria tua itu tahu bahwa Alexei sebenarnya senang mendengarnya.

Terdengar ketukan di pintu. Tanpa meminta pengawal mengumumkan tamunya, Alexei mengangkat tangan dan mempersilakan Alisia masuk. "Masuklah Alisia." Ia mengibaskan tangannya kecil, mengusir Fyodor keluar.

"Tuan Putri, kumohon bujuklah Yang Mulia untuk bekerja..." Fyodor berbisik dengan raut wajah meringis meminta tolong ketika berpapasan dengan Alisia yang berdiri di depan pintu.

Alisia tertawa dan hanya mengangguk untuk menjawab. Ia akan mencoba, tetapi sulit untuk berjanji kalau berkaitan dengan Alexei. Saudaranya ini memang sulit ditebak.

"Kau datang," Alexei tersenyum dan menautkan tangan. "Apakah kau datang untuk bilang bahwa kau akan segera kembali ke Duchy Hancock?"

Alisia mengangguk. "Tebakanmu memang seringkali tepat. Kau benar, salah satunya itu, aku ingin mengabari bahwa besok aku akan berangkat Kembali ke Lombards, ke Duchy Hancock. Lagipula Byron mulai kerepotan dan membutuhkan bantuan dari Ambrose. Jadi mungkin aku akan berangkat lagi ke Frankish setelahnya."

"Kau Wanita hamil yang sibuk," Alexei mendecak sambil mengamati perut Alisia. "Mungkin mereka lupa kau hamil karena kau belum terlihat buncit."

Alisia tersenyum sambil bicara sarkas bahwa Alexei selalu pintar memuji Wanita. "Rumahku adalah di mana suamiku berada."

"Di manapun dan kapanpun, Avar juga akan selalu menerimamu. Kau masih keluargaku, sis..."

Alisia memberikan senyuman miring. "Kau bersikap manis hari ini." Pandangan Alisia tertumbuk ke jendela, ke halaman luar di mana ia bisa melihat Countess Antakova sedang membawa Ibu mereka berjalan-jalan di sekitar taman. "Dan kau tidak lagi memperlakukan ibumu sebagai aib, aku senang melihatnya."

My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang