24
18+
"Terimakasih sayangku yang seindah musim gugur. Kau pemijat yang baik." Alexei memejamkan mata dan merasakan jemari Helena menyentuhnya pelan. Alexei sedang memejamkan mata, jadi tentu saja dia tidak bisa melihat ekspresi istrinya, tetapi dari beberapa waktu menyenangkan yang mereka lalui bersama, Alexei tahu bahwa istrinya tipe yang serius dan berusaha melakukan semuanya sepenuh hati. Oleh karena itu, Alexei bisa membayangkan ekspresi wajah serius yang sekarang mungkin sedang dipasang oleh istrinya.
"Haha," Alexei tertawa ketika merasakan tekanan yang diberikan Helena agak terlalu lembut untuknya. "Kau perlu menekannya lebih keras, rasanya geli seperti diusap biasa, peri-ku dengan bibir merah seperti mawar."
Helena memukul pelan bahu Alexei.
"Yah, betul, pas sekali di sana."
"Bukan, bukan... aku bermaksud menegurmu barusan, dan memintamu berhenti melayangkan pujian kosong itu..." protes Helena terdengar dengan lemah, seperti isakan kecil.
Alexei tertawa, "Kukira kau memijatku tadi. Kurasa kau boleh agak marah padaku, tenaganya terasa lebih pas, cahayaku."
Helena menghela nafas, pasrah, membuat Alexei tergelak lagi. "Kenapa, apa lagi yang salah dari pujianku? Bukankah itu benar arti dari namamu, Helena artinya cahaya, bukan?"
"Benar, tetapi memalukan kalau kau mengungkitnya terus menerus..." protes Helena terdengar lagi.
Alexei mengulum senyum dan memutar tubuhnya untuk membuat posisi mereka berhadapan. Air bergerak di sekitar mereka, seperti terciduk pelan karena gerakan tubuh Alexei. "Tetapi tadi kau bilang pujian adalah salah satu hal yang tidak pernah kau terima. Jadi aku berjanji akan membuatmu menerimanya sesering mungkin, bukan?"
Helena membuang wajah dan memeluk dirinya, merasa malu karena posisi mereka berdua berhadapan. Mendadak, ketika Alexei menatapnya langsung seperti itu, dengan tubuh kokoh dan terbentuk sempurna, Helena merasa terintimidasi.
Pria itu seperti ukiran patung dewa, dengan otot-otot kuat dan tebal, kadang tersembunyi ketika Alexei mengenakan pakaian kebesarannya sebagai Raja, tetapi pria itu tahu akan keindahan dirinya sendiri. Tak jarang, Alexei berkuda tanpa mengenakan atasan, hanya celana panjang semata, memamerkan keindahan tubuhnya yang terlatih dengan baik.
"Kau terlalu menyadari ketampanan dirimu sendiri, aku tidak biasa dengan semua ini." Helena menutup wajahnya malu. "Lagipula, kalau pujiannya diucapkan begitu saja, semuanya terasa kosong dan tidak berarti. Apalagi aku tahu bahwa kau mengucapkannya sambil lalu, jadi aku tidak bisa mencegah diriku merasa malu mendengarnya."
"Kenapa kau mengira aku mengucapkannya sambil lalu?" Alexei bertanya sambil menaikkan sebelah alis.
"Kau mengucapkannya begitu mudah, tentu saja tidak terasa kesungguhannya. Lagipula, aku tahu itu tidak benar."
"Apanya yang tidak benar?" Alexei tersenyum dan bergerak ke arah Helena. Pelan, Alexei menyentuh dagu Helena dan menariknya agar pandangan Helena terangkat ke wajah Alexei. Sesaat mereka saling menatap dan Helena menahan nafas, merasakan lidahnya kelu.
"Yang Mulia, tolong hentikan. Anda membuat situasi saya sulit, apalagi kita punya perjanjian seperti itu..." Helena kalah, ia tidak bisa dibuat adu tatap mata seperti ini terus menerus. Alexei sungguh tidak baik untuk jantungnya. Cara pria itu menatapnya dengan tatapan malas seperti singa yang berpura-pura mendengkur sebelum memangsa lawannya selalu membuat perutnya mulas seperti diaduk.
"Tentu saja, aku tidak lupa dengan perjanjian kita," Alexei mengerjap dan tersenyum, seolah apa yang dikatakan Helena selalu terpatri di benaknya. "Kau adalah sanderaku, istriku, penyegel perjanjian politik yang indah. Sayang sekali, kau agak buta soal kecantikanmu sendiri."
"Apa..." Helena terkejut karena mendadak Alexei memujinya lagi. Tetapi kali ini tangan pria itu bergerak ke tengkuknya, dan bibir Alexei turun ke bibirnya, menciuminya, menjilatinya, membujuknya membuka dan mereka saling membelai satu sama lain.
"Kau sungguh cantik," bisik Alexei, bibir mereka masih berada begitu dekat, tidak terpisahkan.
Helena menatap ke kedalaman mata Alexei, berusaha mencari-cari kebohongan manis yang pria itu selipkan di sana. Sayangnya, ia masih tidak bisa membaca suaminya.
"BIbirmu memang merah seperti mawar," Alexei tersenyum dan menyentuh bibir Helena dengan jemarinya. Perlahan, tangannya meraih sejumput rambut Helena dan sambil terus menatap istrinya, pria itu menjatuhkan ciuman ke rambut Helena yang digenggamnya. "Dan rambutmu memang seindah musim gugur, pirang kemerahan, seperti warna daun maple. Warna pepohonan yang mulai merontokkan daunnya ketika musim gugur tiba."
"Oh..." Helena menahan nafas, tidak tahu harus berbuat apa ketika Alexei masih menjatuhkan pujian demi pujian yang membuatnya merasa jengah.
"Kalau kau dipuji, kau bisa berterima kasih," Alexei tersenyum dan meraih Helena lagi. "Ke depannya, akan lebih banyak yang memujimu, terutama setelah posisimu naik menjadi Ratu Avar. Saat itulah, kau harus bisa membedakan mana yang merupakan pujian kosong dan mana yang sungguh-sungguh..."
"Apakah pujian darimu termasuk di antara pujian yang harus bisa kubedakan?"
Alexei tersenyum dan mendengkus. "Kau cepat belajar," pujinya. "Wanita yang pintar membuatku jadi bergairah," tawa Alexei sambil meraih istrinya dan menciumnya lagi.
Air berkecipak di antara mereka dan Helena menggigil. "Airnya sudah mulai dingin," Alexei melirik istrinya dan menggendong Helena dengan menyelipkan tangan di tungkai istrinya.
"Tunggu, nanti... kamar mandinya basah..."
"Pelayanku yang baik akan membantuku membersihkannya, sementara itu..." Alexei meraih handuk dan menyeka tubuh istrinya. "Suamimu yang baik dan tampan ini membantumu mengeringkan tubuh..."
Helena merasakan belaian Alexei dan bergidik pelan. Alexei sering kali bertindak aneh, pria yang sukar ditebak. Tetapi, sama seperti malam pertama mereka, Alexei tidak pernah bertindak kasar. Helena menebak bahwa sebenarnya Alexei pengamat yang baik. Pria itu tidak terlihat perhatian, namun diam-diam mengamati reaksi Helena. Seperti sekarang ini, saat Helena kedinginan, pria itu yang lebih dulu menyadarinya.
Tangan Helena menyentuh Alexei yang masih berusaha mengeringkan rambutnya. Pria itu menghentikan gerakannya dan tersenyum. "Ada apa?"
"Kalau aku memintanya, apakah kau mau mengabulkannya?"
"Apa itu?"
"K-kurasa kalau kita meneruskannya nanti, kita harus kembali membersihkan diri, jadi..."
Helena bahkan tidak perlu menyelesaikan kalimatnya. Dengan baik hati, Alexei memanggil pelayan, meminta bak mandi mereka diisi kembali dengan air hangat. Mereka melanjutkan sentuhan-sentuhan nakal mereka di bak mandi. Lalu, seperti biasa, Alexei melakukan tindakan penyegelan yang disukainya.
Helena mendesah, tangannya mencengkram pinggiran bak mandi kuat-kuat. Alexei meletakkan tangannya di pinggang Helena, setengah menggeram ketika memasuki istrinya dari belakang. Air bergoyang di bawah mereka, suara pertemuan kulit dengan kulit terdengar jelas, keras, dan membuat Helena merasa melakukan hal yang nakal.
Tangan Alexei memainkan payudaranya, meremas, memijatnya lembut, mengitari puncaknya, membuat Helena bergidik penuh antisipasi. Pria itu membisikkan pujian sambil menciumi bahu Helena yang putih.
Sesuai dugaan Helena, Alexei tidak pernah mengasarinya. Pria itu malah cenderung berlaku lembut. Helena menatap wajah Alexei ketika pria itu membopongnya ke kamar tidur seusai mereka bercinta semalaman.
"Istirahatlah, kita akan semakin sibuk besok. Selain itu, ada perjalanan yang harus kita lakukan ke Lombards."
Mereka sudah menyetujui untuk melakukan pertemuan di Lombards sesegera mungkin, setelah Byron membalas surat Alexei. Helena menarik jubah kamar Alexei ketika pria itu hendak bergegas pergi. "Tidak bisakah kau menemaniku malam ini?"
"Godaan yang menarik, tetapi ada hal yang harus kuurus dengan Fyodor."
Ketika pintu kamar mereka bergerak menutup, Helena menghela nafas dan menutup matanya. Alexei memang berusaha bersikap baik, tetapi pria itu tidak memberikan hatinya. Kalau Helena memberikan hatinya lebih dulu, bukankah itu artinya ia kalah? Lagipula, perjanjian di antara mereka dibuat untuk menguntungkan kedua belah pihak. Sungguh, ia tidak boleh berharap lebih.
>>TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Fiksi SejarahPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...