25
Perjalanan ke Lombards ditempuh lebih cepat dari rencana mereka semula, dan dilakukan dengan tergesa-gesa. Terompet penyambutan dibunyikan dan gerbang dibuka. Para pelayan tergopoh-gopoh berlari ke gerbang untuk berdiri menyambut kedatangan tuan rumah mereka, AMbrose Hancock beserta para tamu agungnya. Semua tampak tidak siap karena kedatangan rombongan ini lebih cepat sehari daripada jadwal semula.
Beatrice berlari keluar dengan ditemani oleh Luca Finnegan di sisinya. Ketika Beatrice akhirnya berdiri di depan pintu dan menekuk lutut menyambut para tamunya, ia merasa kasihan melihat wajah mereka semua tampak kelelahan dan kurang tidur.
"Aku sudah menyiapkan kamarmu," senyumnya ke kakak tirinya, Ambrose. "Dan kamar tamu terbesar untuk Raja Alexei dan Yang Mulia Ratu."
Alisia tersenyum berterima kasih lalu maju untuk memeluk Beatrice. "Terima kasih atas kerja kerasmu selama ini."
"Apakah itu kamar yang kutempati sebelumnya?" Alexei menyeringai. Alisia melirik ke arah Alexei, tetapi pria itu tetap meneruskan kejahilannya, seolah Alisia adalah makhluk tak kasat mata.
Beatrice mengernyit, "Kurasa demikian, mohon maaf karena Hamba tidak mengingat sampai sedetil itu..."
Luca yang berdiri di sebelah Bea mengamati wajah Beatrice dan Alexei bergantian. Apa yang dilakukannya hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Helena. Sesuatu dalam cara keduanya berbalas sapaan seperti menyiratkan maksud lain.
Begitu Alexei berjalan pergi, Luca bertanya dengan suara berbisik. "Apakah kau sudah berkenalan dengan Raja Alexei sebelumnya?"
"Yah, sedikit..." Beatrice meringis. Ia menahan diri untuk tidak melakukan tindakan kekanakan seperti mencibir dan meleletkan lidah ke arah Alexei yang masih saja jahil dan kurang ajar. Kalau sampai ia melakukannya, bisa-bisa Luca memandangnya seperti anak kecil yang kurang terdidik.
"Kalian terlihat akrab?"
Beatrice menoleh ke arah Luca dengan mata terbelalak kaget. "Akrab? Sama sekali tidak!" serunya buru-buru.
Luca terkejut karena ini pertama kalinya Beatrice memprotes dengan reaksi keras. Berbeda dari biasanya, di mana gadis itu selalu bertingkah laku terkendali dan cenderung pendiam.
"Kurasa aku salah."
Beatrice buru-buru menggerakkan tangannya dengan gerakan serba-salah. "Maafkan aku, kalau membuatmu terkejut. Tetapi kami sungguh tidak akrab. Raja Alexei bersikap seperti itu ke semua orang. Kau bisa melihat dan mengamatinya sendiri."
Luca mengangguk, walaupun ia sebenarnya tidak sepenuhnya mempercayai penjelasan Beatrice.
-000-
"Bagaimana?" Alexei menggoyang gelas winenya lalu meminum isinya dalam sekali teguk. Matanya mengamati sosok Ambrose yang tengah berdiri di dekat perapian, surat balasan dari Kerajaan Frankish berada di tangannya.
Mereka tengah berada di dalam ruang kerja Duke of Hancock. Tanpa membuang waktu, mereka langsung melakukan diskusi setelah membersihkan diri dan menikmati makan malam.
Ambrose tampak masih sibuk membaca isi suratnya dengan raut wajah serius. Nyala api perapian berpendar ke seluruh ruangan. Punggung Ambrose yang menghadap ke arah perapian tampak ikut berpijar oleh nyala api, sementara wajahnya yang tidak terkena cahaya tampak lebih muram, lebih tidak terbaca.
"Apakah isinya kabar baik?" tanya Alexei lagi sambil menuang isi botol ke dalam gelasnya.
"Yah, Byron setuju untuk meminjamkan pasukan. Dengan beberapa syarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...