Seisi Kerajaan Avar geger karena Ratu mereka menghilang setelah menitipkan pesan untuk tidak mencemaskan keadaannya, tepat satu hari setelah kabar kemenangan datang dari perbatasan.
"Hamba benar-benar tidak tahu, Your Grace," tangis Anya, salah satu dari dua pelayan pribadi Ratu.
"Hamba juga demikian. Semalam Ratu tampak biasa saja, Beliau bahkan tampak sangat senang dan lega mendengarkan kabar kemenangan dari perbatasan." Ivanka yang juga pelayan pribadi Ratu ikut berlutut ketakutan.
Di hadapan kedua pelayan muda itu, Fyodor sang penasehat kerajaan menghela nafas dan mengerutkan kening. Raja akan tiba dalam beberapa hari ke istananya, hanya untuk menemukan kenyataan bahwa Ratunya menghilang.
Fyodor bergidik takut membayangkan kemungkinan lehernya akan ditebas oleh Raja Alexei. Membayangkan Rajanya yang juga seorang pria dengan tindakan yang sukar ditebak oleh akal sehat, kerap kali melakukan hal-hal mengejutkan di luar nalar, membuat Fyodor sekali lagi menghela nafas dan memijit keningnya lelah.
Sungguh, ketika dulu dirinya memutuskan untuk menerima kehormatan dan dipercaya untuk menjadi seorang Penasehat Kerajaan, ia tidak pernah menduga tugasnya akan sesulit ini. Sungguh memusingkan.
Fyodor membayangkan masa-masa awal di mana dirinya masih penuh semangat menjalankan tugasnya, sepenuh hati memberikan nasihat pada Sang Raja muda agar dapat memerintah rakyatnya dengan benar. Sungguh, sudah begitu lamakah dirinya mengabdikan diri? Apakah ini saatnya ini pensiun?
Fyodor ingin menangis tetapi menahannya. Kenapa anak-anak muda ini membuat hidupnya begitu sengsara dan menyulitkan?
"Panggil kepala prajurit dan segera tutup perbatasan. Sebarkan foto Ratu dan ciri-cirinya sehingga begitu ada yang menemukannya mereka bisa segera melapor dan mendapatkan hadiah. Perintahkan bagi siapapun yang menemukannya untuk sedapat mungkin menahan keberadaannya dan memperlakukannya dengan sopan sampai istana menjemput."
"Baik, laksanakan!" seorang pengawal muda segera berlari keluar untuk mengabari Kepala Prajurit.
Ruangan Ratu terkunci, tidak ada tanda-tanda kerusakan yang terjadi. Apakah yang sebenarnya terjadi?
Fyodor terkesiap dan memandang pintu kecil penghubung kamar Ratu dan Raja. Fyodor bertanya-tanya dalam hati mengenai seberapa besar kemungkinan Raja Alexei memberitahukan kepada Ratu Helena mengenai jalan rahasia yang bisa digunakan oleh para penerus Kerajaan untuk menyelamatkan diri ketika keadaan bahaya terjadi.
"Panggil beberapa Prajurit kemari untuk menemaniku memeriksa sesuatu!" perintah Fyodor terburu-buru.
Di istana ini terdapat banyak jalan Rahasia, di mana semuanya mengarah ke tempat berbeda-beda. Satu-satunya jalan rahasia yang berujung ke perbatasan laut adalah yang terdapat di Kamar Alexei. Terowongannya begitu jauh membentuk labirin yang menyesatkan, selain itu ada beberapa jalan dengan anak tangga yang licin, dan gelap. Seseorang perlu menghapal dengan jeli labirinnya agar tidak tersesat.
Mengingat Ratu Helena tidak pernah menelusuri jalan itu sebelumnya, ada kemungkinan dirinya tidak bisa keluar dengan cepat dari sana.
Mungkin masih ada waktu, pikir Fyodor terburu-buru. Ia bergegas berlari ke arah gerbang bersama beberapa pengawal yang dipercaya olehnya, mencoba mencari jejak dari sang Ratu untuk membawanya pulang.
-000-
Alexei meremas surat dan melemparnya, lalu menggebrak meja dengan marah.
Bagaimana tidak? Ia sudah membayangkan semuanya dalam pikirannya sepanjang perjalanan pulang yang melelahkan. Dengan kemenangan mutlak melalui strategi infiltrasi yang sudah disusunnya dengan Ambrose, mereka berhasil meminimalisir jumlah korban jiwa.
Ketika musuh menyadari mereka sudah terkepung, tidak banyak yang bisa dilakukan selain mundur dan menyerah. Pochas sudah mundur, Heraclius sudah mendeklarasikan kemenangan dan diangkat sebagai Kaisar atas Kerajaan Byzantine, karena itulah Alexei pulang ke rumah. Untuk bertemu istrinya dan menghadiahkan kemenangan ke pangkuannya.
Tetapi ketika dirinya tiba di rumah, Fyodor terlihat pucat pasi dan ketakutan. Pria tua itu terbata-bata menyampaikan bahwa Sang Ratu menghilang tepat setelah kabar kemenangan diumumkan. Lalu sang Ratu juga menggunakan jalur rahasia yang mungkin pernah diberitahukan oleh Alexei kepadanya. Mereka sudah mencari dari dua arah, dari arah kedatangan maupun dari arah tempat jalan keluar berada, tetapi jejak sepatu sang Ratu berhenti sampai di depan pintu keluar jalan rahasia. Di semak-semak yang terletak tidak jauh dari jalan keluar, para prajurit menemukan sepasang sepatu yang dibuang, mungkin untuk menyembunyikan jejak.
Alisia datang segera setelah mendengarkan kabar bahwa Helena menghilang. Alexei melihat wajah Alisia begitu khawatir. Dan Ambrose yang berdiri di sebelahnya tidak banyak membantu.
Alexei ingin tertawa, karena baru menyadari bahwa Helena mirip dirinya, sungguh cerdas. Bagaimana mungkin wanita itu menelusuri labirin untuk pertama kalinya dan sama sekali tidak tersesat? Dan bagaimana mungkin wanita itu membuang sepatunya karena tahu dirinya perlu menghapus jejaknya?
Alexei menatap sepasang sepatu kotor yang diletakkan di atas mejanya dengan beralaskan kain. Ia menghela nafas. "Pelayan mengatakan bahwa sebelumnya Sang Ratu sempat mengunjungi Tabib untuk membeli obat herbal karena tidak bisa tidur. Katakan! Apa ada penyakit yang tidak kuketahui?!"
Sang Tabib yang berlutut ketakutan di hadapan Raja segera menciut dan menyentuhkan kepalanya ke tanah. "Ratu tidak memiliki penyakit yang tidak Anda ketahui Yang Mulia! Hamba berani bersumpah untuk itu!"
"Lalu kau mau aku percaya bahwa tidak ada yang kau sembunyikan dariku?! Apa kau mau merasakan pedangku di lehermu?!"
Alexei segera menarik pedangnya keluar, dan para pelayan maupun pengawal berjengit takut. Tabib malang di depannya kembali tersungkur ketakutan, sambil menangis memohon ampun dan mengantukkan kepalanya berulang kali ke lantai.
"Mohon ampun Yang Mulia, Hamba tidak berbohong, tetapi Hamba sudah bersumpah kepada Yang Mulia Ratu untuk menyimpan rahasia ini dengan nyawa Hamba."
Alexei mengernyit.
"Jadi memang ada rahasia," senyumnya sarkastis. "Apa kau sudah bosan dengan nyawamu?"
Tabib di depannya kembali menundukkan kepala.
"Kudengar kau punya seorang istri dan anak-anak yang manis."
"Mohon ampuni Hamba, Yang Mulia, Hamba sudah berjanji!"
Alisia memandang Alexei dengan wajah terkejut. "Kurasa kita bisa mencari cara lain, kau jangan bertindak gegabah."
Alexei menatap marah pada saudarinya lalu ke tabib yang tersungkur di depannya. "Dia istriku, dasar bedebah brengsek! Katakan atau nasib keluargamu berada di ujung pedangku!"
"Ratu hamil, Yang Mulia!" tangis sang Tabib tersedu-sedu. "Dan Ratu meminta Hamba merahasiakannya. Bahwa yang datang hari itu hanyalah seorang wanita biasa, bukan Ratu."
Alexei menutup matanya. Ia ingin berteriak marah tetapi bahkan ia tidak bertenaga untuk melakukannya. Ia bahkan merasa tidak bertenaga saat melihat wajah Alisia yang tampak terkejut. Tangan saudarinya menutup bibirnya kaget, dan kekagetan di wajahnya tidak bisa disembunyikan.
Oh, Helena sungguh kejam. Oh bukan, mungkinkah ini karena dirinya sendiri? Oleh karena itu Helena lari darinya?
"Selain hal itu, aku butuh sesuatu yang bisa menjadi jaminanku, semacam sandera."
Alexei tertawa, mengutuk dirinya sendiri ketika mengingat apa yang malam itu mereka bicarakan. Sebelum perjanjian itu disegel. Sekarang Helena menghilang dan ia tidak tahu sejak kapan lubang besar terbuka di hatinya.
>>TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...