Empat

7.3K 694 10
                                    


PS: 18+ please be a wise reader

Alisia benar, pikir Ambrose ketika keesokan harinya ia terbangun setelah tidur pulas. Ambrose tidak tahu dari mana gadis dengan status social seperti Alisia mempelajari hal semacam itu, tetapi ia tidak perlu tahu. Alisia punya privasi juga.

"Kau sudah bangun?"

Ambrose menoleh, hanya untuk mendapati sepasang mata biru indah milik Alisia menatapnya balik. Gadis itu tersenyum, sepenuhnya nyaman dengan tubuhnya yang mulus, telanjang, dan tampak indah terkena berkas cahaya yang menyelinap dari sela-sela gorden.

Pandangan Ambrose tidak sengaja tertuju ke bibir Alisia, dan wajahnya memanas mengingat bagaimana cara gadis itu mengulum kejantanannya semalam. Memberikan belaian dengan lidahnya, terkadang diselingi dengan kecupan kecil, dan hal-hal lain yang membuat gairah Ambrose terasa meledak-ledak.

Alisia memandang Ambrose, lalu menarik selimut yang menutupi tubuh pria itu. "Oh," tawa Alisia pecah lagi. Alisia pasti sudah melihat keadaan junior Ambrose yang menegang, hanya karena teringat apa yang terjadi di antara mereka berdua semalam. "Aku senang karena pagi-pagi kau sudah terlihat bersemangat, My Lord," senyum Alisia sambil membiarkan matanya berlama-lama menatap Ambrose dari pinggang ke bawah.

Ambrose buru-buru menarik selimutnya kembali, dan mengetatkannya di sekeliling pinggang. "Seorang gadis... seharusnya tidak melakukan itu kepada sembarang pria."

Alisia tertawa lagi sampai kedua bahunya berguncang. "Lucu, karena kau bukan orang asing." ujarnya sambil merangkak maju. Momen yang membuat Ambrose menahan nafas, karena tidak tahu bagaimana dan ke mana ia harus mengalihkan arah pandangnya. Di hadapannya, Alisia yang telanjang, merangkak maju mendekatinya, kedua payudaranya terpampang sempurna dan indah. Menggoda untuk disentuh, dan Ambrose hanyalah seorang lelaki biasa yang tidak terbiasa dengan wanita.

"Biar bagaimana pun, My Lord, kita berdua sudah menghabiskan dua malam bersama. Agak kejam bukan kalau kau masih menganggapku orang asing?"

Ambrose tersedak, lalu bergerak mundur. Ia terjatuh dari tempat tidur dengan suara berdebam kencang, mendaratkan bokongnya di atas karpet kamar tidurnya, sementara Alisia menatapnya dari atas tempat tidur.

Alisia tersenyum sampai matanya menyipit, "Aku tidak tidur dengan sembarang pria, kalau kau mau tahu," bisik Alisia sambil mengulurkan tangan dan menyentuh pipi Ambrose."

Ambrose hanya diam, dan Alisia menaikkan alisnya yang indah. "Kenapa kau hanya diam?"

Alisia menunduk, mengikuti arah pandang Ambrose, lalu tertawa lagi. "Ha! Apakah kau mengamati payudaraku?"

Wajah Ambrose memerah saat pria itu memalingkan wajah malu. "I-itu karena sepasang milikmu ada di depan wajahku, kau praktis membuatku melihatanya."

Luar biasa, Alisia berpikir sambil tergelak lagi. "Kau hanya akan melihatnya sepagian ini?"

"Apakah aku boleh menyentuhnya?"

Senyum Alisia menghilang, "Tidak, pertanyaanmu membuatku kehilangan minat. Ayo turun sarapan denganku..."

Ambrose melamun saat Putri Alisia memunguti gaunnya dan mulai berpakaian. "Apakah aku seharusnya tidak bertanya?"

"Kau kan pria," gerutu Alisia. "Tidakkah kau punya insting?"

"Aku harus meminta ijinmu. Kau mungkin tidak menyukainya kalau tiba-tiba seorang pria menyentuh sepasang milikmu."

Alisia mau marah, tetapi melihat wajah lugu Ambrose ia kehilangan kata-kata. Demi segala sesuatu yang suci, memang Ambrose selugu itu. Pria yang semalam mengerang ketika mulut dan lidah Alisia menggodanya.

My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang