Sebelas

6K 617 17
                                    


Setelah percintaan panas semalaman, Alisia terbangun dengan perasaan bahagia. Ambrose memperlakukannya seperti biasa, membuat Alisia bersyukur karena perlakuan itu tidak membuatnya terasa terbebani.

Alexei yang menyinggungnya terlebih dahulu ketika mereka hanya duduk berdua untuk sarapan. Ambrose masih tertidur di kamar.

"Kulihat kau terlihat lebih cerah dibandingkan kemarin."

Alisia menyentuh kedua pipinya, matanya membelalak. "Sungguh?"

"Kukira kau akan terlihat sedih karena si Hancock itu akan pulang hari ini?"

"Ah," Alisia mengangguk. "Ya, aku akan merindukan Ambrose."

Alexei mendelik lalu tersenyum samping. "Saudariku tersayang, kuberi tahu sesuatu," Alexei memutari kursi Alisia lalu mengambil sebuah strawberry lalu meletakkannya di atas piring Alisia. "Kau selalu diam dan menahan diri kalau menginginkan sesuatu. Tidak selamanya harus seperti itu, kau tahu? Ketika kau menginginkan sesuatu, kau harus mengambilnya."

"Sesuatu yang kau maksud itu apa? Siapa maksudmu?"

Alexei tergelak. "Teruslah berusaha mengelak dan membohongi dirimu, Alisia. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau pikir sudah berapa lama aku hidup sebagai saudaramu?"

Alisia mau tertawa. Ia mengambil strawberry di piringnya dan memakannya. "Dia tidak boleh lebih terlibat daripada ini."

"Terserah," Alexei mengedikkan bahu, cuek. "Yang pasti, aku tidak ingin melihatmu menyesal ketika akhirnya dia pergi meninggalkanmu. Sekali-kali, ketika menginginkan sesuatu untuk dirimu sendiri, kau harus maju dan mengambilnya. Jangan bilang aku tidak memberitahumu."

Alisia mengangguk kecil dan mengambil sepotong roti lagi. "Terimakasih sudah mencemaskanku, tetapi hubunganku dan Ambrose tidak seserius itu."

"Tidak seperti apa yang kulihat. Tetapi, bukankah kau menyukai si Hancock itu?"

Alisia menggigit rotinya dan menghela nafas. "Ya, aku menyukainya. Tetapi, menyukai bukan berarti harus memiliki."

-000-

Setiap ada awal, selalu ada akhir. Ambrose Hancock harus pulang, kembali menjadi dirinya si penasehat utama Kerajaan Frankish.

Alisia tidak tahan dengan perpisahan yang membuatnya terlihat cengeng, jadi ia hanya mengantar pria itu sampai ke gerbang depan.

Ambrose tersenyum dan menyisipkan anak rambut Alisia ke balik telinganya. "Aku akan merindukanmu," pria itu memasang wajah canggung.

Sudut hatinya terasa sakit. Seperti ada yang meremasnya. Alisia merasakan keinginan kuat untuk memeluk Ambrose, menciumnya sampai kehabisan nafas, meminta pria itu untuk tidak meninggalkannya. Alisia ingin bersikap egois, bermanja di depan Ambrose. Tetapi oh, sungguh, itu sama sekali tidak seperti dirinya. Ambrose mungkin akan menarik langkah mundur kalau Alisia mendadak bertingkah seperti gadis cengeng.

Karena memang tidak ada apapun di antara mereka selain pelampiasan nafsu belaka.

Jadi, Alisia mengesampingkan semua pikiran anehnya dan menarik nafas lalu tersenyum dengan dagu terangkat naik. "Kau boleh datang kemari kapanpun."

Ambrose tersenyum karena sikap Alisia sungguh khas Alisia. "Kalau aku menulis surat, maukah kau membalasnya?"

Alisia merasakan desakan lain untuk memeluk Ambrose, tetapi gadis itu lagi-lagi menelannya dalam-dalam. "Tentu saja, Aku akan berusaha untuk membalasnya."


-000-


"Kau terlihat seperti orang putus cinta," gurau Alexei.

My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang