17
"Apa yang kau pikirkan?" Ambrose menghampiri Alisia yang duduk di depan meja rias dan merangkul pundaknya dari belakang.
Alisia menghela nafas. "Siapa lagi selain saudaraku yang terkasih?"
"Yang Mulia Alexei bisa mengurus dirinya sendiri, dia sudah dewasa." Jemari Ambrose berpindah ke rambut Alisia, menyusuri rambut pirang indahnya dengan belaian sayang.
"Apa yang kau katakan kepada para pelayan?"
"Cukup untuk sekadar memastikan bahwa tidak ada skandal yang sampai membuat Bea tidak bisa menikah."
Alisia mengangguk. "Ambrose, aku ingin bertanya, tentang Bea..."
Ambrose tersenyum. "Kurasa aku tahu apa yang ingin kau tanyakan. Belum, Beatrice belum punya kekasih." Wajah Alisia berangsur lega. "Sayangnya, sepengetahuanku, dia sudah menaruh hati pada seorang pria."
"Benarkah?" Hilang sudah keinginan Alisia untuk menjodohkan Lady Beatrice dengan saudaranya yang bandel. "Padahal kukira gadis yang baik seperti Bea bisa menundukkan Alexei."
Ambrose tertawa. "Kau tidak bisa memaksa seseorang berubah, tidak akan berhasil kecuali dirinya sendiri ingin berubah."
"Apakah kau tahu siapa pria yang disukai Bea?"
"Kau juga mengenalnya," Ambrose tersenyum dan mengambil sisir di atas meja lalu mulai menyisiri rambut indah Alisia.
"Siapa?"
"Luca Finnegan."
"Ah," Alisia tahu. Tangan Alisia bergerak untuk memanggil pelayan, tetapi Ambrose menghentikannya.
"Aku saja," bujuknya. "Aku sedang mau memanjakanmu." Wajah Alisia memerah.
Lucas Finnegan. Nama yang tentu saja tidak asing. Dalam kunjungannya ke Frankish, sosok Luca Finnegan selalu ada dengan setia, mengawal Celsia kemanapun.
Pria itu adalah pengawal kepercayaan Celsia, semenjak Celsia bahkan belum dinobatkan menjadi seorang Ratu Frankish. Pria itu memang menarik perhatian. Berpenampilan tegap layaknya ksatria, pandangan matanya lurus dan teguh.
Rumornya, cinta pertamanya adalah Celsia, dan cinta keduanya adalah pekerjaannya. Tidak pernah ada skandal, kehidupannya bersih. Seingat Alisia, penampilan Luca Finnegan memang cukup lumayan.
"Apakah mereka berdua telah saling dikenalkan?"
Ambrose mengedikkan bahu. "Kurasa aku pernah sekali atau dua kali menyinggungnya. Mungkin Luca yang belum bertindak, makanya mereka belum sama-sama diperkenalkan secara resmi."
Alisia terdiam dan menarik nafas. "Kalau begitu, tidak adil kalau aku berusaha menjodohkan Bea dengan Alexei. Aku hanya ingin saudaraku itu belajar caranya membangun hubungan dengan benar dan berhenti bermain-main."
Ambrose tersenyum dengan sabar dan mencium puncak kepala Alisia. "Ketika waktunya tiba dan dia bertemu dengan orang yang benar-benar untuknya, dia pasti akan berubah dengan sendirinya."
Alisia tersenyum dan membalik badan lalu balas memeluk calon suaminya. Sambil terkikik geli, Alisia berbisik: "Apakah tidak akan ada pergunjingan para pelayan kalau kita berdua terus menerus menghabiskan malam di satu kamar yang sama, padahal tanggal pernikahan belum ditetapkan?"
"Aku bisa menyuap para pelayan dan pengawal," jawab Ambrose sambil tersenyum.
Alisia tergelak lagi. "Sejak kapan Ambrose Hancock yang taat pada peraturan berubah jadi senakal ini? Aku jadi sedikit merindukan dirimu yang kaku seperti bunga kering."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...