"Salam kepada Raja Avar, Alexei Boryanovich Dragomirov. Kejayaan seluruh bangsa tunduk di bawah kaki Baginda."
"Aku tidak menyangka kau yang akan datang dari Frankish. Bukankah penasihat Kerajaan seharusnya tetap berada di Istana?"
Ambrose menundukkan kepalanya. "Hamba datang atas perintah khusus dari Yang Mulia Ratu."
Alexei mengibaskan tangan tidak peduli. "Aku sudah dengar desas-desus hubungan kalian, jadi kau tidak perlu repot-repot membuat alasan."
Ambrose menarik garis bibir. "Terima kasih banyak atas kebijaksanaan Yang Mulia Raja."
"Kurasa Alisia juga akan mengijinkanmu masuk." Alexei berpikir sejenak lalu mengibaskan tangan meminta Ambrose mengikutinya. "Yah, kalau dia tidak mau melihatmu, dia bisa menembakmu dengan panah atau memecutmu sesekali, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan itu."
Ambrose memutar bola matanya. Pria mana yang akan membiarkan dirinya dipecut sesekali? "Apakah Yang Mulia sudah menemukan siapa dalang dibalik ini semua?"
"Pelakunya langsung ditangkap saat itu juga. Penghianat itu dengan berani meracuni Putri Kerajaan Avar segera sesaat Alisia menolak tawaran pernikahan darinya."
Ambrose menoleh. Bingung. "Apa?"
Alexei paham dengan kebingungan Ambrose. "Kau pasti terkejut, tetapi benar itu yang terjadi."
"Tindakan tersebut terlalu gegabah."
"Menurutku juga begitu."
"Hamba tidak paham karena..." Ambrose memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Semuanya terlalu kebetulan."
"Tepat seperti itulah."
Ambrose mendadak terdiam. Nafasnya terasa keras di dadanya. "Apakah maksud Yang Mulia..."
Alexei tidak menjawab, hanya menatap dengan senyuman masam. Tetapi itu semua lebih dari cukup untuk menjawab pertanyaan Ambrose.
"Maksud Yang Mulia, Putri Alisia melakukan ini semua sendiri?"
Alexei berbalik sambil mengibaskan tangan. "Kau boleh bicara dengannya selama mungkin, tetapi ingat bahwa ia butuh istirahat. Aku akan minta pelayan menyiapkan kamar untukmu."
Ambrose tergagap. "T-tapi Yang Mulia, ini semua..."
"Aku tahu," jawab Alexei pendek. "Karena itu, aku butuh dirimu untuk menasehatinya. Karena apapun yang kukatakan tidak pernah dianggap olehnya."
Kedatangan Ambrose diumumkan oleh prajurit yang berdiri dan berjaga di depan pintu kamar Alisia. Terdengar sahutan lemah dari dalam, dan kedua prajurit menurunkan pedang yang disilangkan di depan pintu, mempersilakan Ambrose untuk berjalan masuk menghampiri sang Putri yang tengah beristirahat.
Alisia tampak pucat, tetapi masih tersenyum saat melihat Ambrose.
"Aku tidak menyangka kau jauh-jauh datang untuk menjengukku. Aku terharu, terima kasih."
Saat seperti ini, Ambrose seperti diingatkan oleh Alisia secara halus bahwa mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun selain teman.
"Kau tiba-tiba diracun. Cesia mendengarnya dan cemas setengah mati." Ambrose berjalan ke arah ranjang Alisia.
Gadis itu tersenyum menatapnya. "Bagaimana denganmu?"
Ambrose menyentuh tangan Celsia dan membawanya ke depan wajahnya, sebelum buku-buku jari gadis itu dengan lembut. "Aku juga mencemaskanmu. Cukup untuk membuatku pergi meninggalkan Frankish, kurasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...