"Lalu, apa yang terjadi selanjutnya Mama?"
Xia memandang Helena dengan mata bulat besarnya. Sekalipun sudah berusia enam tahun, Xia selalu menanti-nanti saat malam tiba dan waktu mendongeng dimulai. Salah satu kisah favoritnya yang sudah didengarkannya berulang kali adalah kisah mengenai percintaan orang tuanya, Ratu Helena dan Raja Alexei, serta kisah mengenai Paman dan Bibinya, Alisia dan Paman Ambrose.
Langit tampak terang ditemani cahaya bulan. Helena memandang sekilas ke langit malam dan tersenyum lalu menepuk selimut yang menutupi tubuh Xia sampai ke dagu. "Kau harus segera tidur, bukannya mengantuk kau malah tampak bersemangat. Lex pasti sudah tidur sekarang." Helena pura-pura menguap.
"Lex mengantuk karena seharian bermain dengan Amias." Xia memanyunkan bibir.
Helena tersenyum saat membayangkan kenakalan Lex, putra sulungnya yang sifatnya persis dengan ayahnya, Alexei. "Kau harus bersabar dengan Lex, walaupun jahil dia sayang padamu."
Xia memasang wajah tidak suka. "Lex tidak lucu. Dia bercerita lalu tertawa sendiri dengan Amias. Aku tanya apa yang lucu dan kata Lex kalau tidak paham ya tidak apa-apa karena dia malas menjelaskannya."
Helena meringis karena tampaknya sifat Lex persis sama dengan suaminya. Benar-benar turunan yang sempurna.
"Untung Kak Amias mau menjelaskannya. Tetapi karena dijelaskan, Lex pergi meninggalkan kami begitu saja. Aku jadi tidak enak pada kak Amias."
Helena tertawa kecil karena Amias punya sifat persis sama dengan ayahnya, yaitu Ambrose. Amias dan Lex cukup dekat karena kelahiran mereka hanya berbeda bulan, sehingga mereka merasa akrab satu sama lain.
"Ma, ceritakan lagi tentang Paman Byron, sudah lama sekali sejak aku dan Lex bertemu dengan Paman..."
Karena Xia meminta dengan manis, Helena tidak bisa menolaknya. "Paman Byron-mu itu agak pemalu," Helena berpikir dan tersenyum kecil, berusaha mengingat kenangan lamanya. Hari itu, seingatnya adalah pelayaran sebulan setelah kelahiran putranya, karena itu Helena dan Alisia diundang untuk datang ke Frankish.
===
Alisia dan Helena bertepuk tangan sesaat setelah Byron membuka topengnya. Sebenarnya bukan hal besar bagi Alisia, karena sepertinya semasa kecil ia pernah melihat Byron, sepupu jauhnya beberapa kali, sebelum akhirnya pria itu dipaksa Ibunya mengenakan topengnya kemana-mana.
"Tidak kusangka Sang Raja sangat tampan," Helena tersenyum sambil mengamati pasangan Raja dan Ratu Frankish yang melempar senyuman malu-malu sambil menggendong buah hati mereka.
"Aku lebih tampan," Alexei berbisik pelan di telinga istrinya, membuat Helena menyikut Alexei pelan supaya tidak bertingkah memalukan.
"Kau tidak boleh merusak suasana," tegur Helena.
"Kau hanya terkejut karena tidak pernah melihatnya, makanya menurutmu dia tampan."
Helena mengangguk asal-asalan, hanya supaya Alexei diam. Hanya saja, melihat reaksi istrinya tidak sesuai keinginannya, Alexei merasa tidak puas.
"Lagipula kami mirip, jadi kalau menurutmu dia tampan, aku juga tampan."
"Astaga," Helena menghela nafas. "Diamlah..."
"Kau tidak mengiyakan kata-kataku. Mana istriku yang memelukku dengan semangat setiap kali diriku memadu kasih dengannya? Kurasa semalam kau tampak lebih penurut saat berada di atas ran..."
Helena menutup mulut Alexei buru-buru.
Alisia memberikan pandangan kasihan ke arah Helena, nyaris paham. Ketika Ambrose memeluk pinggangnya pelan dan menawarkan untuk duduk, perhatian Alisia terpecah dan berpindah ke suaminya. Pasangan manis dan bahagia itupun pergi dari sebelah Helena dan Alexei.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...