"Kudengar kau baru saja melakukan hal nakal lagi." Pagi menjelang dan Alexei sarapan bersama dengan Ambrose dan Alisia di ruang makan tengah. Ia sama sekali tidak menduga bahwa begitu melihat wajahnya, Alisia tanpa ragu langsung menodongnya dengan pertanyaan.
Alexei memasang wajah tidak suka ketika melihat Alisia bertanya tanpa basa-basi. Ambrose Hancock duduk di sebelahnya, memotongkan ham menjadi ukuran sekali makan dan meletakkannya di depan Alisia.
Alexei memasang tampang merajuk. "Oho, bisa kulihat kau langsung memihak keluarga suamimu begitu ada kesempatan untuk melakukannya."
Wajah Alisia memerah. "Tidak begitu, aku hanya terkejut karena berita pertama yang kudengar pagi ini adalah mengenai kenakalanmu. Apakah benar bahwa kau melakukan hal cabul dengan dua orang gadis sekaligus tadi malam? Hebatnya lagi, dari semua tempat di kediaman ini, kau memilih perpustakaan. Mengagumkan sekali, saudaraku."
Alexei hampir menyemburkan jus yang baru saja diteguknya. "Sayangku, sekalipun aku bedebah binal, tetap saja aku tidak mungkin melakukannya dengan dua wanita sekaligus. Apalagi di tempat sesuci perpustakaan Hancock, bukan?"
Alisia mengangkat sebelah alis dan memandang wajah Alexei yang merenggut. "Sayangnya, kau memang sebrengsek itu. Begitu mendengar kau memilih perpustakaan untuk memadu cinta, aku sudah tahu bahwa itu khas dirimu."
"Ehm," Ambrose berdehem dan otomatis baik Alisia maupun Alexei menutup mulut mereka. "Bagaimana kalau kau menjelaskannya dulu, Yang Mulia?" Ambrose mengibaskan tangan dan membiarkan Beatrice masuk dan bergabung dengan mereka berdua di meja makan. "Kami butuh privasi, jadi kalian bisa meninggalkan kami berempat."
Para pelayan dan pengawal undur diri setelah diminta oleh Ambrose. Beatrice ragu lalu memilih untuk duduk di sebelah Alisia. Gadis itu tampak seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri biskuit di dapur. Alexei menatapnya tajam, dalam hati merutuk bagaimana mungkin ia bisa salah mengenali Beatrice sebagai Dariya semalam. Keduanya sungguh tampak berbeda.
Dariya tinggi, anggun, elegan, dan tampak kuat. Sementara Beatrice punya penampilan selugu anak rusa. Gadis itu mungil, lugu, dan tampak seperti perawan baik-baik yang pantas berjaga di kuil-kuil suci untuk memuja dewa.
"Karena reputasi Beatrice ada dalam pertaruhan, aku harus menilai situasinya dulu sebelum mengambil keputusan," Ambrose berujar dengan bijak. "Kalau terpaksa, kalian tahu bahwa tidak ada pilihan selain mengambil Bea sebagai istrimu, Yang Mulia."
Raut wajah Beatrice mengkeruh. "Aku tidak mau menjadi istri kesekian dan berbagi suami. Lagipula, aku...menyukai pria lain. Kuharap tidak ada yang salah paham di sini, tidak ada yang terjadi semalam. Yang Mulia hanya salah mengira diriku sebagai Lady yang lain. Di samping itu, Yang Mulia tidak melakukan apapun begitu aku bersuara dan Beliau mengenali suaraku serta merta.. Jadi tidak ada yang perlu dicemaskan, tidak ada yang perlu ditakutkan." Beatrice terus menunduk ketika mengutarakan cerita dari sisinya.
Alexei, di sisi lain, mengangguk setengah hati berusaha membenarkan. Walaupun ia tahu sendiri bahwa sesuatu yang lebih terjadi di antara mereka tadi malam. Misalnya, ciuman yang panas. Beruntung, tidak lama terdengar langkah kaki menuju perpustakaan, dan Alexei menyadari bahwa sosok yang didekapnya terlalu tidak berpengalaman dan sama sekali tidak membalas ciumannya, jadi dirinya pun sadar bahwa Lady yang di depannya bukanlah Dariya.
Alisia menendang tulang kering Alexei, dengan baik hati membuyarkan lamunan pria itu.
"Kau sungguh jahat,' Alexei bersungut-sungut tanpa suara, hanya berkomat-kamit dalam bahasa Prusia di depan Alisia tanpa suara. Alisia memasang senyum polos tanpa dosa.
"Bagaimana dari sisi ceritamu, Alexei, mungkin ada yang mau kau tambahkan atau kau sanggah?" Alisia tersenyum manis dengan peringatan terpampang jelas di matanya, meminta Alexei untuk berperilaku layaknya pria sejati.
"Aku setuju dengan pemaparan tepat dari Lady Beatrice. Tidak ada yang terjadi di antara kami yang sampai memaksa kami berdua untuk menikah. Lady Beatrice semata-mata berada di tempat yang salah, yaitu di perpustakaan, ketika diriku dan Dariya kebetulan sebelumnya berjanji untuk bertemu di sana."
Alisia memicingkan mata tidak percaya. Tetapi apa yang dituturkan saudaranya yang bandel kebetulan sejalan dengan apa yang diceritakan Lady Beatrice, jadi apa yang bisa ia keluhkan?
"Kalau tidak ada hal lain, aku kebetulan ingin meneruskan sarapanku karena lapar." Alexei tersenyum semanis malaikat dan mengambil sebilah roti. "Lagipula, aku tertarik pada hal lain, misalnya apa yang kalian berdua lakukan semalam setelah pertunangan diumumkan?" Alexei melemparkan pertanyaan sambil tersenyum tanpa dosa. Kemudian, seolah baru teringat bahwa Beatrice juga ada di sana, ia berpura-pura memasang wajah terkejut dan meminta maaf. "Uh-oh, maafkan karena mungkin pembicaraan ini agak kurang pantas di telinga Lady Bea yang manis."
Beatrice memasang wajah memprotes dan mata membelalak ke arah Alexei, tidak percaya bahwa pria ini baru saja menghinanya seolah dirinya masih seorang anak kecil lugu. "Kalian bebas bercerita, Yang Mulia. Walaupun penampilanku tidak menunjukkannya, aku sudah cukup umur."
Alexei berpura-pura terkejut dan memasang senyuman manis lainnya. "Maafkan aku, My Lady, tentu saja Anda pasti sudah cukup dewasa untuk diikutsertakan dalam pembicaraan berbobot. Sayangnya, pembicaraan yang kusukai mungkin melibatkan kata-kata vulgar yang tidak pantas diucapkan di depan gadis yang belum menikah seperti dirimu."
"Putri Alisia juga belum menikah," balas Bea bingung.
"Ah, tetapi saudariku tentu saja tidak selugu itu, mengingat topik pembicaraan pagi ini menyinggung dirinya. Sementara dirimu, mungkin memang selugu itu," tukas Alexei santai.
Pipi Bea memerah. Sudah jelas Alexei menghina dirinya karena semalam Bea sekaku patung saat mendadak dicium olehnya. Bea memutuskan untuk tidak lagi berusaha membalas. Alexei sungguh keterlaluan karena berusaha mencari perkara dengannya ketika mereka berdua sudah sepakat untuk sama-sama menutupi kejadian semalam.
"Tolong jangan hiraukan ucapannya, Lady Bea." Alisia tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Beatrice lembut. "Kau akan terbiasa dengan dirinya setelah beberapa kali bertemu, kurasa. Pikirkan seperti mendengarkan celotehan bayi yang baru belajar bicara, atau burung-burung kecil yang ribut. Dengan begitu, tidak akan ada rasa sakit hati yang perlu kau tanggung."
Beatrice tersenyum sekaligus merasa bingung. Ia juga mendadak ingin tertawa karena Sang Putri dengan berani menyamakan Raja seperti seorang bayi atau seekor burung berkicau.
"Hamba tidak berani, Tuan Putri," Bea menunduk lalu menyembunyikan sudut bibirnya yang gemetar.
"Ya, kau tidak boleh berlaku kurang ajar seperti itu padaku. Cukup Alisia yang seperti itu." Alexei menggeser duduknya dan memanggil para pelayan untuk kembali dan mengambilkannya secangkir teh panas.
Alisia menendang tulang keringnya lagi, kali ini cukup kuat sampai Ambrose pun menoleh dengan terkejut. "Brengsek," umpat Alexei. "Kakiku bisa cacat kalau kau sakiti terus menerus."
"Kau butuh diperingatkan, saudaraku sayang. Aku berharap ada seorang Lady yang bisa membuatmu bisa diatur, seperti diriku."
"Hah, seolah apa yang kau lakukan belum cukup menyiksaku? Aku sungguh berterimakasih, Ambrose, karena kau membantuku dengan menikahi dirinya. Bayangkan apa yang akan terjadi padaku kalau aku harus bertahan dengan perlakuan semacam ini setahun ke depan atau seterusnya?"
Ambrose tergelak. "Kau yang membantuku dengan membawanya kemari sehingga aku bisa menikah dengannya. Terimakasih, Yang mulia."
Alexei mencibir. Ia sungguh bergidik dengan tingkah laku pasangan yang jatuh cinta di depannya. "Kalian berdua membuatku diabetes dengan kelakuan kalian."
"Suatu hari kau akan mengerti, Yang Mulia, ketika kau jatuh cinta," ujar Ambrose sambil merangkul pundak Alisia mendekat.
TBC>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]
Historical FictionPutri Alisia Boryanovna Dragomirov, putri mahkota dari kerajaan Avar adalah cerminan wanita cantik namun tangguh yang membuat banyak pria gentar. Anehnya, sekalipun Alisia tampaknya sama sekali berbeda dengan tipikal wanita yang diinginkan seorang A...