Tiga Puluh Satu

3.7K 448 31
                                    

31


Alexei sebenarnya sudah dua hari mengamati gerak-gerik Helena dari jauh. Ia selalu berusaha selangkah lebih cepat daripada siapapun. Tetapi layaknya orang tolol, ia hanya bisa mengamati istrinya dari jauh.

Alexei benci menunggu dalam ketidakpastian. Karenanya, sebelum para prajurit sewaan Ambrose datang membawa kabar, Alexei sudah lebih dahulu mendapatkan informasi mengenai Helena.

"Anda sungguh harus berhenti melakukan hal semacam ini, Yang Mulia,"

Pria tua yang duduk berjongkok itu menghisap pipanya dan menghembuskannya kasar. Asap putih mengepul dari bibirnya yang keriput sementara matanya nyalang menatap ke arah Alexei. "Para prajuritmu dan Penasehat Kerajaan akan memenggalku kalau tahu kau menemuiku dengan penyamaran dan tanpa pengawalan satupun."
"Kau yang terbaik dari semua pencari informasi itu." Alexei menarik tudungnya lebih erat agar wajahnya tertutupi. "Panggil aku Oleg saja," senyumnya, membayangkan wajah marah Byron karena nama Oleg diberikan oleh Alexei padanya saat menyamar untuk menyelamatkan Celsia dulu. Oh, bukankah ini yang namanya karma, pikir Alexei. Siapa sangka dirinya harus sampai repot-repot turun tangan sendiri, menyamar, dan mendatangi perkumpulan bawah tanah untuk bisa menelusuri jejak istrinya yang hilang?

Igor meludah, benci karena dirinya yang tidak berdaya untuk menolak permintaan Alexei. Sungguh, ia sayang nyawa. Tetapi lebih mengerikan untuk menolak ketika sebilah pedang ditodongkan ke lehermu. "Kau memaksaku, bukan memintaku dengan baik-baik untuk menolong mencari istrimu. Kau minta aku menghubungimu pertama kali saat menemukan sesuatu yang langka dijual."

Alexei mengulurkan tangan dan Igor menghela nafas lagi sebelum merogoh kantongnya dan memberikan sebuah kotak ke tangan Alexei. Ketika Alexei membuka kotak itu, ia segera mengenali isinya. Cincin berbatu rubi sederhana, nyaris tampak polos sekali lihat. Tetapi ketika ditelisik lebih dekat, kau bisa melihat ukiran ukiran halus pada tepian cincin.

"Ah, tulisan ini," Alexei tertegun.

"Benar, itu huruf-huruf yang digunakan oleh Kerajaan Byzantine." igor mengusap janggutnya lalu berusaha mengambil kembali cincin itu dari genggaman Alexei. "Anak buahku memberikan bayaran yang pantas atas perhiasan ini."

Bukannya mengembalikan cincinnya, Alexei malah menyembunyikan cincin itu dalam genggamannya. "Aku akan membayarmu dengan harga pantas, dua kali lipat dari harga yang anak buahmu bayarkan pada Helena. Jual cincin ini padaku dan beritahu padaku lokasinya."

Igor mendengkus lalu bertanya: "Kau akan membunuhku kalau aku diam?"

Alexei menatapnya tanpa bicara, dan Igor menoleh sambil menggumamkan kalimat bahwa ia sudah tahu dan bisa menebak bagaimana tabiat Alexei. Setelah mengucapkan kalimat sumpah serapah yang untungnya ditoleransi oleh Alexei, Igor mengungkapkan nama desa tempat anak buahnya membeli cincin tersebut dari seorang Lady bersama Lady Ellen.

Lady Ellen, pikir Alexei sambil menunggangi kudanya ke sana, adalah nama yang tepat untuk Helena. Alexei ingin menemui Helena secepat kilat. Namun anehnya, ketika dirinya tiba di desa itu, nyalinya mendadak ciut.

Helena ada di sana, di depannya, berbelanja di pasar dengan wajah gembira. Rambut istrinya disanggul santai ke atas, bajunya longgar dan tampak murahan. Kendati demikian, Helena tampak bebas dan bahagia, berbeda dengan saat ketika dirinya berada di istana.

"Sungguh kejam suami Lady Ellen, tega menyia-nyiakan wanita secantik dan seanggun itu."

Alexei yang sedang menyamar dan berpura-pura membeli buah di kios salah satu pedagang ikut mencuri dengar pembicaraan penduduk sekitar.

My Beloved Alisia [18+] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang