44

295 19 0
                                    


"Mencari kabar."



Putri mengaruk tekuk belakangnya selagi tersenyum kikuk. "Gue di tembak  Ali."

Mata Siska membulat sempurna. "Di tembak?" 

Putri mengangguk sembari mengigit bibir bawahnya. "Tapi, gue tolak," rengeknya selagi kakinya ia hentak-hentakkan ke tanah.

"What, kenapa lo tolak dia?" Siska bertanya. Putri kembali menunduk lalu terkekeh. "Karena dia nembak gue di waktu yang engga tepat, Ah, gue mau nangis!"

Putri kembali merengek pada Siska. "Waktunya kurang tepat atau lonya  yang engga siap?"

"Gue sih siap-siap aja tapi engga sekarang kali Sis, suasana lagi gini gue jadian gitu? bersenang-senang di atas penderitaan orang? ya, enggalah. Gue masih waras sahabat lagi kacau eh gue jadian, gila!"

Siska mengangkat jempolnya keatas. "Sumpah lo sahabat gue banget."

"Iya dong siapa lagi, Putri."

"Terus hubungan lo sama dia gimana?" tanya Siska. Putri seolah tampak berpikir lalu mengangkat bahunya acuh. "Engga tau tapi gue suruh dia nunggu aja."

"Terus gimana sama dia?" tanya Siska sembari menekan kata 'Dia'

Putri mengerutkan keningnya. "Dia siapa?"

"Yang deket sama lo itu."

Putri berpikir kembali siapa laki-laki yang dekat dengannya sekarang.

"Eran?

"Vino?"

"Simon?"

"Dion?"

"Aldi?"

Siska mengeleng. "Bukan."

"Terus siapa?" tanya Putri. Siska mengangkat bahunya acuh, dia tidak hapal namanya tapi sedikit ingat bentuk wajahnya.

"Yang suka sama Zino!" seru Siska.

"Bimo?"

Siska mengangguk antusias. "Gue sama dia cuma temen baik aja. Engga lebih, gue anggap dia kayak Abang gue."

Siska mengangguk. "Bagus, satu laki-laki lebih baik. Balik yok dingin gue udah malam lagi. Siapa tau besok kita balik."

Putri mengangguk. "Ayolah, sama gue dingin banget ini."

__

Febrian  tampak gelisah mencari sesuatu dari ponsel baru yang tadi dia beli. Matanya terus saja menatap layar ponselnya, helaan napas membuat laki-laki merasa lega. Kontak Tante Sari ternyata masih ada di kartu yang dia pasangkan ke ponsel barunya.

"Untung sama ada."

Laki-laki mengirimkan pesan terlebih dahulu kepada Tante Sari. Tidak mungkin dia langsung menelponnya, pasti Tante Sari tidak akan mengangkatnya karena nomor yang tidak dia di kenali.

|Assalamu'alaikum Tante ini nomor Febrian yang baru.|

Febrian menghela napas gusar, menunggu jawaban dari Sari. Ingin sekali mengetahui keadaan Acha saat ini, baik-baik saja atau tidak.

|Walaikumsalam, ada yang bisa Tante bantu, Nak?|


Laki-laki menghela napas lega, dia menggurungkan  niatnya untuk menghubungi Tante Sari. Karena, laki-laki itu takut akan menganggu, Febrian tidak tau beliau sedang apa sekarang?

|Maaf Tan ganggu waktunya. Rian mau nanya Acha udah pulang belum? gimana keadaannya? Soalnya tadi Acha engga pamit sama kita²|

"Semoga dibales," gumamnya sembari menatap layar ponselnya.  Ponsel yang berada tangannya bergetar, laki-laki itu sigap membuka ponselnya untuk mengecek siapa dari siapa pesan itu berasal.

Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang