25

292 18 0
                                    


"Bagaimana menghapus luka?"



Mereka berjalan menuju kantin, biasanya mereka membahas semua ini di ruang Osis tapi karena usulan dari Ali membuat mereka berpindah posisi. Alasannya karena laki-laki itu butuh tenaga, supaya semangat untuk mengerjakan tugasnya.

Diskusi saat ini hanya melibatkan Tita, Febrian dan Ali. Sisanya mereka akan di beritahu oleh mereka bagaimana alur persiapan dan juga lainnya. Setiap tahun berganti pasti selalu saja di adakan pergantian ketua Osis dan wakil ketua Osis untuk menggantikan mereka semua.  Kegiatan tahunan tersebut akan di laksanakan sebelum libur panjang dan semester depan mereka siap dengan ulangan-ulangan akhir dan kenaikan kelas.

"Kita duluan?" Tita mengangguk. "Ali lama."

Febrian menghela napas, menunggu Ali bukan hanya satu menit tapi lebih dari sepuluh menit.  Sesampainya di kantin, matanya tidak sengaja melihat gadis yang sedang berbincang dengan sahabatnya tidak jauh dari tempat dia duduk. Gadis itu tampak tidak perduli dengan keadaan sekitar hanya sibuk dengan ponsel di tangannya yang sedang ia mainkan.

Meja mereka selisih tiga meja dengan gadis itu. Febrian menarik kursi, duduk dan mulai bertanya pada gadis yang sedang ada di depannya.

"Mau makan apa?"

Tita menggelengkan kepalanya. "Nanti aja nungguin Ali."

Febrian mengangguk. "Semua udah bereskan?"

Tita menggeleng. "Belum, masih ada yang kurang apalagi nanti saat pemilihan. Masih banyak yang harus kita lakuin supaya acara itu terlaksana dengan lancar dan yang gue takut itu komputer eror engga bisa di pake."

"Untuk itu, kita ambil lagi buat cadangan gue juga khawatir itu. Karena tahun ini kita pemilihan via online jadi harus sempurna."

Tita mengangguk, tangannya menulis sesuatu di atas kertas yang dia robek sebelum datang ke sini.

"Kandidatnya udah lo pilih semua?"

Tita menjawab. "Kalau tentang kandidat beberapa hari yang lalu juga udah beres. Gue ambil sistem voting sama guru biar adil, gue minta pendapat mereka tentang siapa saja yang mencalonkan dan mereka memilih yang tepat."

"Bagus, gue percaya pilihan mereka bagus tapi gue masih kurang srek sama misi dan visi mereka. Apalagi, sekarang sekolah kita marak bullying antar siswa. Gue engga mau saat  gue lengser  sama Ali kejadian itu makin banyak dan gue mau yang gantiin gue sama Ali harus tegas melebihin gue sebagai wakil ketua OSIS yang suka ngerasa jadi ketua OSIS."

Febrian memang wakil ketua Osis, sering menjabat juga sebagai ketua. Menggantikan Ali saat sahabatnya ada perlu mendesak dan tidak bisa hadir. Sifat semua bisa di bilang sempurna, Febrian tepas dan Ali bijaksana.

"Gue harap gue begitu, menurut gue semua kandidat oke. Karena mereka di pilih sama guru, kalau tegas engga ada yang bisa ngalahin lo. Kita engga bisa bicarain ini berdua kurang satu Ali, dia sebagai ketua."

Febrian mengangguk. "Betul, nanti gue omongin sama dia dan lo harus selalu stay sama kita."

Tita mengangkat jempolnya ke atas lalu  beberapa menit dirinya berseru. "Ali ke mana sih, lama banget katanya mau ngobrolin ini kok malah berdua gini."

"Gue juga engga tau itu bocah ke mana. Tadi izinnya sebentar ke toilet eh, ini, malah setengah abad engga muncul."

Tita menghela napas gusar. "Yaudahlah, kita berdua aja nanti gue sama lo kasih tau dia. Dan, gue harap semua yang kita rencanain semuanya berjalan dengan lancar tanpa kesalahan sedikitpun." Tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan tangan laki-laki itu.

Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang