Pergi, hilang dan lupakan.
-"Cha, tunggu!"
"Gue bisa jelasin semuanya!" Febrian berlari mengejar gadis yang lumayan jauh darinya.
Acha membalikkan tubuhnya. "Mau jelasin apa lagi, gue benci sama lo, gue benci sama pembohong kayak lo!" Ia berusaha berlari menjauh mungkin dari Febrian, dia kecewa. Takdir begitu mempermainkannya saat ini. Dia benci orang-orang yang berbohong sekarang laki-laki itu.
"Gue minta maaf karena udah ngebohongin lo, Cha. Gue punya alasan yang jelas ngapain gue bohong."
Acha mengelengkan kepalanya. "Gue udah engga percaya sama lo lagi, Lo udah bohong sama gue. Bi, gue engga pernah bohong sama gue, lo bukan Bi gue sampai kapanpun. Lo penipu, gue benci sama lo!"
Febrian menarik tangan gadis itu, menggenggamnya erat. "Cha, gue minta maaf beri gue waktu buat jelasin sama lo."
Acha menepis tangan Febrian dengan kasar. "Gue engga butuh penjelasan lo, gue udah tau semua. Gue benci sama lo, gue benci!"
"Gue nyesel pernah harepin Bi masih hidup dan apa yang gue harepin engga seperti yang gue bayangin."
Acha tersenyum miring, harusnya dia tak mengharapkan Bi-nya masih hidup bila kenyataanya seperti ini. Seperti kita dibuat bahagia olehnya kemudian di hempaskan ke jurang kesedihan yang begitu dalam.
"Lo bisa pukul gue sepuasnya, lo bisa maki-maki gue. Tapi, tolong jangan benci sama gue. Gue sayang sama lo, gue engga mau kehilangan lo lagi. Ketika lo tau kebenaran bahwa gue masih hidup," jelas Febrian seraya mengusap wajahnya kasar.
"Harusnya lo jujur dari awal pasti endingnya engga kayak gini. Gue engga akan kecewa banget sama lo tapi lo malah diam. Lo tau 'kan gue engga bisa di bohongin!"
"Gue minta maaf!"
"Maaf lo engga berguna lagi buat gue. Sekarang lo pergi, menjauh dari gue karena saat ini juga Bi gue udah mati, engga akan hidup lagi. Dan, satu lagi, lo jangan pernah muncul lagi di hidup gue!"
Laki-laki menegang kala mendengar ucapan dari Acha, yang ia takut-takuti akhirnya terjadi saat ini. Gadis itu menjauh hingga tak bisa dia genggam lagi dengan erat.
"Cha, Gue minta maaf. Gue sayang sama lo!"
"Pergi, gue muak liat lo!"
Febrian menghela napas, mengangguk pasrah. "Oke, Fine. Gue pergi, tapi lo janji setelah ini lo harus maafin gue."
Acha menggeleng. "Pergi!"
Laki-laki itu mundur beberapa langkah. "Lo buat gue hancur lagi, Bi. Hancur sehancur-hancurnya."
____
Gadis itu memutuskan untuk pergi daru sini, baju-baju yang kemarin dia bawa dari rumah laki-laki sudah ada di dalam koper miliknya. Andrean mendekat, duduknya di samping anak perempuannya. "Kamu yakin mau pergi?"
Ia menoleh, mengangguk sembari terkekeh. "Iya."
Andrean bertanya, karena semua ini ulahnya di masa lalu. "Kamu marah sama Ayah?"
Acha menggeleng, menatap wajah laki-laki parubaya itu sendu. "Acha engga marah sama Ayah tapi Acha cuma kecewa sama keadaan saja."
Andrean mengangguk selagi tangannya menepuk pundak Acha tiga kali. "Ayah tau maksud kamu, tapi kamu engga boleh begitu. Dulu kamu menginginkan dia hidupkan? tapi saat semua dijawab oleh Allah, kenapa Acha malah nyia-nyiain dia, sayang."
Acha menundukkan kepalanya, apa yang Ayah-nya katakan bener. Mengapa dia merasa seolah menolak dia hidup kembali dengan sosok yang sama seperti yang Acha inginkan beberapa hari lalu. Hati Acha memang sudah berlabuh kepadanya tapi rasa kecewanya begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha
Teen Fiction|Tamat| Tidak ada yang tak kenal dengan Salsabila Azzahra atau yang sering disebut dengan Acha. Gadis yang selalu mengajak Febrian untuk bertengkar, siapa yang menyangka masalah berputar terus menerus. Kenyataan begitu menyakitkan dari masa lalu...