"Mau ngapain lo?"
.
.
"Ikut gue." Febrian pada gadis di belakangnya keliatan ketakutan luar biasa. Dia hanya tersenyum saat ini karena bisa membawa gadis ini ke gubuk yang tak berpenghuni.
"Lo apa-apaan sih, bawa gue ke sini." Gadis itu berusaha menarik lengannya dari genggaman laki-laki di depannya.
laki-laki itu tak menjawab sedikitpun hanya senyum, yang terlihat menakutkan yang pernah dia tunjukan. Tangannya mengelus pucuk rambut Acha dengan lembut.
"Jangan memberontak atau gue buat lo menderita." Suara tawa terdengar nyaring di setiap sudut pekarangan gubuk yang sudah hampir rubuh itu.
Acha meringis nyeri dengan ucapan laki-laki dihadapannya. Tubuhnya kembali gemetaran, peluh kembali berjatuhan di keningnya dan mulutnya kembali tak bisa berkutik sedikitpun.
laki-laki itu kembali menarik tangannya setelah dia berbicara dan membawanya mendekat ke pintu gubuk yang terbuat dari kayu, yang sudah rusak dan banyak sekali lumut yang menempel di sana. Pertanda tidak ada orang yang pernah datang ke sini sebelumnya.
Acha melirik tangannya di genggam oleh laki-laki itu, netranya menangkap jam pukul 20:30 WIB. laki-laki itu mengetuk pintu gubuk membuat sang gadis mengernyitkan keningnya bingung.
Laki-laki itu kembali mengetuk pintu akan tetapi tidak ada sautan dari dalam pertanda rumah ini memang kosong tak berpenghuni. Dia mendorong pintu cukup keras kemudian menarik Acha masuk ke dalam gubuk yang gelap, tidak ada penerangan sama sekali.
"Diem!" perintahnya, dia meletakkan tasnya di meja yang sedikit usang sekali di duduki pasti roboh.
Acha hanya menatap lekat laki-laki di depannya yang tengah berdiri sembari memiring tubuhnya seperti mencari sesuatu di dalam gubuk. Netranya menangkap sebuah pisau yang cukup tajam dan sedikit karat menempel di bagian logamnya.
Mata gadis itu membelalak kaget. Pikiran melayang entah ke mana, semua objek berpusat padanya dan pada laki-laki yang sedang memegang pisau yang mendekat ke arahnya dengan tersenyum. Tidak ada sosok lugu di dalamnya hanya terdapat sosok nan angkuh dan beringas.
"Gue mau ... lo!" Laki-laki itu mendekat ke arahnya.
Acha hanya menggelengkan kepalanya seraya menangis. Dia berniat meninggalkan gubuk ini, akan tetapi nihil. Dia tak bisa keluar, laki-laki itu benar-benar mengurungnya di tempat yang kumuh dan banyak sekali nyamuk berterbangan ke sana ke mari mencari darah manusia.
Laki-laki itu berjalan ke arah tas miliknya, mengambil sesuatu di dalam. Tapi apa? Dia mengeluarkan sebuah apel merah yang saat mengoda. Mengingatkan dia pada film kartu snow white yang memakan apel kemudian tertidur selamanya, untung saja pangeran datang tepat waktu. Pangeran segera mencium kening sang putri membuat sang putri membuka mata.
Kemudian, laki-laki itu membuka botol mineral dan membasuh pisau itu dengan air hingga bersih akan tetapi karatnya tidak hilang. Lalu, memotongnya menjadi dua bagian membuat gadis itu mengernyitkan keningnya.
Febrian berjalan kearah Acha. "Makan!"
Acha menggelengkan kepalanya, dia menolak halus pemberian darinya. Gadis itu curiga kalau di dalam buah tersebut mengandung racun yang membuatnya tidak sadarkan diri.
Tiba-tiba suara pintu terbuka dengan lebar, menampakan seorang bocah laki-laki dengan baju yang sedikit lusuh. Bekas tambalan di mana-mana, wajahnya kusut nan hitam tak terurus, tidak memakai alas kaki hanya mengandalkan kaki munggil penuh luka bakar akibat panas aspal di jalan raya serta plastik hitam di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha
Teen Fiction|Tamat| Tidak ada yang tak kenal dengan Salsabila Azzahra atau yang sering disebut dengan Acha. Gadis yang selalu mengajak Febrian untuk bertengkar, siapa yang menyangka masalah berputar terus menerus. Kenyataan begitu menyakitkan dari masa lalu...