7

484 30 0
                                    

"Tak perlu bersedih dengan apa yang terjadi karena kita tidak pernah tau rahasia Tuhan memang sangatlah indah di hari esok."

-


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Acha menatap langit-langit sembari memeluk guling begitu erat. Dia menggelengkan kepalanya saat kejadian tadi sore  melintas kembali di otaknya, saat dirinya benar-benar ingin melupakan kejadian memalukan itu.

Netranya melihat kearah jam dinding, waktu menunjukkan pukul sebelas malam itu artinya dirinya harus segera tidur tapi sayang tidak ada rasa mengantuk sama sekali.

Gadis memukul kepalanya pelan, mengumpat pada dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya sendiri karena bodoh tidur di pelukan orang  yang tak lain adalah Febrian. Dia ingin sekali menenggelamkan tubuhnya tadi, malu terciduk memeluk pinggang kekar milik Febrian.

Dia tidak sadar sudah sampai rumah tadi, kalau saja Febrian tidak berusaha melepas tangannya dari pinggangnya. Pasti dirinya akan asik memeluk laki-laki itu, Acha menggelengkan kepalanya.

"Sial, plis ... ilang!"

"Mau turun gak."

Laki-laki itu berusaha melihat ke belakang, nampak gadis cantik sedang melamun dan memeluk pinggangnya dari belakang dengan erat tanpa berniat untuk melepaskannya sama sekali.

"Woy!" teriak Febrian sembari menggoyangkan tubuhnya supaya gadis itu sadar dari lamunannya.

Tangan kanannya berusaha melepaskan pelukan gadis itu. Acha malah berteriak

"Ih, tangan lo diem napa! Ganggu mulu."

Febrian mendengus kesal, dia geram mencubit pergelangan tangan Acha. "Ah, sakit bego!"

Acha melepaskan pelukannya, Febrian menghela napas lega. Dia menoleh ke belakang, berniat menggoda gadis di belakangnya. "Asik peluk gue tadi sampai lupa udah sampai rumah? Bol?"

Acha menyengir polos, dia turun dari motor milik Febrian. Tangannya mengusap belakang kepalanya tidak gatal, Febrian mendengus pelan. Menjitak kening Acha, gadis itu meringis tangannya memukul lengan Febrian.

"Ishh ... Lo, ya."

Febrian berteriak saat Acha mulai menjauh darinya. "Cebol!" Acha menoleh, tampak Febrian tengah berjalan kearahnya.

"Kenapa?"

Febrian menepuk helm yang berada di kepala Acha, gadis itu kembali menyengir. Melepaskan helmnya dan menyerahkan lalu pergi.

Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang