"Luka mengajarkan kita apa itu hidup dan bahagia mengajarkan kita apa itu bersyukur.""
Lo tau?" Kening Siska mengerut, Acha mendengus kesal. Gara-gara laki-laki itu ia harus menjelaskan semuanya belum lagi nanti foto-fotonya yang ada di kamar laki-laki itu.
Putri mengoyangkan tubuh sahabatnya. "Ayolah, cerita sama kita."
Amel menimpali. "Lo kan bestie kita."
Gadis itu tak mendengarkan suara-suara sahabatnya itu, dia hanya pokus berjalan menaiki tangga. Ia memilih diam karena pastinya sesampainya di sana, dia harus penjelasan lagi tentang apa yang terjadi di sana.
"Jawab, Cha." Putri mendengus kesal karena Acha tidak menanggapi ucapan Siska maupun dirinya.
"Ayolah, Cha. Cerita!" Amel kembali menggoyangkan tangan Acha membuat sang gadis itu mendengus kesal dengan tingkah sahabatnya yang sudah kepo pasti ngebet ingin tau.
"Nanti!" decak Acha, mereka pun mengangguk paham. Harus sabar beberapa menit lagi.
"Ini kamarnya?" Acha pun mengangguk lalu membukanya lebar, bibirnya sedikit terangkat ketika dirinya berhasil membuka kamar ini.
"Masih sama." Dengan langkah kecil ia masuk ke dalam, duduk di tepi ranjang. Netranya masih melihat sekeliling, tampak tidak ada yang berbeda hanya foto miliknya bertambah banyak.
"Gila bagus banget, gue engga mau pulang!" Putri menghempaskan tubuhnya di atas ranjang berwarna hitam yang empuk dan juga nyaman tentunya.
"Eh, Cha. Kok banyak foto lo. Sih?" tanya Amel membuat yang lain mendekat ke arahnya.
Acha mengangkat bahu acuh, dia benar-benar tak tau apa yang di maksud laki-laki itu. Dan bagaimana dia bisa bercerita pada ke tiga sahabatnya itu?
"Iya, jir. Banyak bener ada yang sama kita lagi. Fiks, Ini dia masih cinta sama lo, Cha." Amel menangkup pundak Acha lalu sedikit mengguncangkan tubuhnya.
"Ngada-ngada, ya. enggalah!"
"Terus lo engga terkejut apa banyak foto itu di kamar dia?"
Acha merotasi bola matanya, dia sudah tau jika pertanyaan ini yang akan mereka lontarkan. "Gue tau dari dulu."
"Hah, Maksud lo?" tanya Siska, bingung.
Acha mendengus kesal. "Jadi gini, gue pernah nginep di sini dulu, ya, otomatis gue taulah."
Mereka tampak terkejut mendengar penaturan dari Acha. "Lo kok engga cerita sih?" rajuk Amel sedikit marah.
"Itu masa lalu jangan dibahas, sekarang kalian tidur udah malem. Kan, besok kita harus bangun pagi-pagi banget," ujar Acha mengalihkan pembicaraan, gadis itu tak mau lama-lama membahas tentang itu. Cukup Acha yang tau tentang semua itu.
Mereka mengangguk, mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Muat gitu, Cha?" tanya Amel polos setelah melihat ranjang yang lumayan agak sempit jika di pakai oleh empat orang remaja.
Acha pun mengangguk. "Cukup asalkan jangan banyak gerak aja. Gue di pinggir takut kalian jatuh kalau di pinggir."
Gadis itu memutuskan untuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang sudah lengket. Setelah selesai mandi, Acha berniat nurun ke bawah menghampiri Febrian berniat meminjam baju miliknya, karena baju yang dia pakai sudah tak enak. Dan sedikit ada bau-bau tak sedap, baju yang beli tadi akan dia pakai di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha
Teen Fiction|Tamat| Tidak ada yang tak kenal dengan Salsabila Azzahra atau yang sering disebut dengan Acha. Gadis yang selalu mengajak Febrian untuk bertengkar, siapa yang menyangka masalah berputar terus menerus. Kenyataan begitu menyakitkan dari masa lalu...