4

555 37 0
                                    

"Lo ganteng, baik, tapi sayang gue engga suka sama lo."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Acha melangkahkannya kaki pelan, semua tampak sepi hanya terdengar suara guru sedang mengajar. Gadis itu mendengus kesal, untung saja bisa berlari dari kejaran Febrian kalau tidak matilah dia.

Sesampainya di kelas, gadis itu menghela napas lega. Rupanya guru yang akan mengajar di kelasnya tampak tidak hadir dan membuatnya lepas dari hukuman. Hukuman yang sering diberikan tidak lain seperti membereskan buku di perpustakan yang begitu banyak, membersihkan kamar mandi yang super duper bau, menyapu halaman sekolah yang luasnya seperti lapangan bola dan banyak lagi membuat Acha malas untuk melakukan itu semua.

Acha masuk ke dalam keras dan duduk di tempat biasa dia duduk.  Ia  menyandarkan tubuhnya di kursi belakang, memejamkan kedua matanya. Putri menoleh, menatapnya keningnya mengerut.

"Telat, lo?"

Acha mengangguk. "Hem."

"Lah, kok bisa?" tanya Putri selagi merubah posisinya menghadap kearah gadis dihadapannya.  "Gue telat bangun dan ada pengganggu pas gue mau masuk."

Putri mengangguk, dia mengoyangkan tubuh Acha. "Cerita dong."

Acha menggelengkan seraya terkekeh. "Gak."

"Lo kepo banget, sih. Biasa s Bian nganggu gue!"

Putri mendengus. "Iya, iya, iya, galak amat sih."

____

"Acha!"

"Cha, bangun, Febrian nyariin lo."

"Acha, gue siram lo! Febrian di depan kelas nyariin lo!"

Putri menepuk keras pundak Acha yang tampak menyuruk ke atas meja, gadis itu merespon dengan gerakan tangan tapi mata tertutup rapat.

"Eugh." Dia membuka matanya perlahan-lahan matanya terbuka tetapi tidak sempurna. Karena, gadis itu masih merasakan ngantuk yang teramat dasyat. "Bangun tuh ada yang nyariin lo di depan!" Putri masih setia mengguncangkan pundak Acha dengan sangat keras.

"Eugh ... Siapa?" Dia mengucek-ngucek matanya dan berusaha mengumpulkan nyawa perlahan-lahan.

"Febrian, wakil ketus."

Acha berdehem, beberapa menit ia berseru. "Hah, siapa? Febrian!"

"Iya!"

"Sial! napa tuh orang nyariin gue."

Acha menatap lekat Putri. "Buat apa sih s Bian nyariin gue?" Putri mengangkat bahu acuh.  "Gak tau, samperin aja." Putri  menarik lengan tangan sahabatnya  supaya pergi menemui Febrian yang sudah menunggunya dari tadi.

"Gak, ah, males."

"Kasian tuh dia tungguin di depan dari tadi," kata Putri, sungguh, dia merasa sangat kasihan dengan Febrian yang rela menunggu Acha keluar hampir satu jam lamanya.

Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang