11

351 23 0
                                    

"Lo tuh cebol tapi gue suka, apa lagi foto lo."












Febrian menarik tangan Acha, perempuan itu kembali mendengus pelan sembari mengikuti langkah kaki di depannya.

"Mau ke mana sih."

Laki-laki itu menoleh menatap gadis yang menatapnya tidak suka. "Beli martabak buat  nyokap tadi nyokap gue nitip."

"Oh."

Febrian menarik kursi, menyerahkan kursi itu kepada Acha. Menyuruh untuk gadis itu duduk, Acha mengangguk duduk di depan laki-laki itu berdiri.

"Mang biasa!"

Penjual martabak itu mengangkat jempolnya. "Siap, Den."

Setelah lima menit, martabak itu sudah ada di tangan. Lagi-lagi tangan gadis itu di tarik oleh Febrian, gadis itu menepisnya.

"Sakit tau, lo pikir gue domba apa?"

Febrian menggelengkan kepalanya, sedikit melonggarkan cekalanya. "Masuk!"

Acha masuk ke dalam di ikuti oleh Febrian dari bekalang. "Ke rumah gue dulu."

Gadis itu membulatkan matanya, dia memukul lengan Febrian dan berseru. "Ish, lo, ya."

Febrian menyengir polos, selagi tangannya mengusap bekas pukulan gadis itu. "Kali-kali gue ajak lo ke rumah, itung-itung kenalan  sama nyokap, bokap gue."

Acha menggelengkan kepalanya. "Engga mau, anterin gue balik."

Febrian mendengus kesal, mematikan mobilnya di pinggir jalan lalu menatap gadis itu. "Cuma nganterin ini doang." Febrian mengangkat martabak yang ada di sebelahnya.

Acha menghela napas gusar, mengangguk menyetujui ucapan dari Febrian. "Sebentar, ya? awas kalau lama."

"Iya."

_


Febrian menepuk pelan pipi gadis yang tertidur di sampingnya. Laki-laki itu tersenyum kecil, gadis di depannya sangat cantik. Wajahnya bersih tanpa make up, gadis itu membuka matanya perlahan.

"Bangun, udah sampe rumah gue."

Acha mengangguk, turun dari mobil selagi berusaha membawa nyawanya kembali. Febrian menyodorkan sebotol air mineral padanya, Acha menerimanya. "Basuh muka lo dulu."

Tangannya mengusap wajah dengan air, setengah lagi dia minum. "Usap pake jaket gue."

Ia mengusap wajahnya yang basah dengan jaket hitam yang di pakainya. Febrian menarik tangan Acha kembali, tapi tidak sekeras tadi pelan. "Ayo!"

Febrian membawanya masuk, gadis itu menundukkan kepalanya saat melihat seorang wanita parubaya yang mirip dengan Febrian sedang duduk. Laki-laki itu melepaskan cekalannya, berjalan mendekat  mencium pipi kanan dan kiri Bundanya.

"Assalamualaikum, Bunda."

"Walaikumsalam, anak ganteng."

Wanita parubaya bernama Nada itu menoleh, tersenyum kepada gadis yang berdiri kaku di samping sofa. Acha tersenyum canggung membalas senyuman manis Bunda Febrian. Febrian kembali menarik gadis itu, menyuruhnya duduk di samping sang Bunda.

Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang