"Ya, ya, itu semua menyebalkan."
Gadis itu tampak tersenyum lebar di sisinya sekarang ada sang Mamah yang menemaninya pergi ke sekolah. Hubungan mereka kembali membaik setelah perdebatan kemarin malam. Sekarang Mamah selalu menanyakan perkembangan dirinya, semua itu membuat dirinya gembira setengah mati.
"Udah sampe, Cha." Sari menyentuh pundak anaknya yang sedang melamun, gadis itu tersentak lalu menoleh menatap Mamahnya dengan tatapan bingung.
"Tadi Mamah bicara apa, Acha engga denger?"
Sari menggelengkan kepalanya. "Udah sampe sayang. Jangan ngelamun mulu, jadi gini deh engga konsen sama Mamah. Apalagi sekarang kamu mau ulangan, jangan suka ngelamun engga baik."
"Siap, Ibu, Bos!" seru Acha sembari hormat seperti saat upacara bendera merah putih.
"Yaudah sana Mamah doain yang terbaik buat kamu." Sari mengecup kepala anaknya bertubi-tubi.
"Iya, dah, Acha masuk dulu!" Sari mengangguk.
"Mas ... kalau kamu ada di sini. Kamu pasti akan bahagia bisa melihat Acha tumbuh dengan sehat tanpa depresi lagi dan semakin dewasa, aku takut dia akan meninggalkan aku sendiri seperti kamu, Mas."
__
"Lo ruangan mana?"
Putri menghentikan kunyahannya, mulutnya penuh dengan ciki yang berada di tangan kanannya. "Ruangan 3."
"Lo berdua seruangan?"
Mereka mengangguk bersorak, sedangkan Amel mendengus kesal. Sekarang kelasnya di campur dari berbagai kelas, mereka tidak tau siapa saja yang akan seruangan dengannya.
"Lo ruangan berapa?" tanya Acha lagi pada Amel. Gadis itu meraih ponsel di ponselnya untuk mengecek dia berada di ruangan mana dan dengan siapa.
"Ruangan 1 sama lo." Acha bersorak kecil. Dia merasakan lega di dalam hatinya, dia tak mau berada di satu ruangan tanpa salah satu sahabatnya.
"Yaudah, kita ke kelas dulu, Bye," pamit Putri dan juga Siska dan diikuti oleh Acha dan juga Amel bergegas pergi ke kelasnya.
Sesampainya, Acha dan Amel berkeliling mencari namanya di atas meja. Berkeliling dari ujung kanan hingga ujung kiri. Amel pertama kali menemukan namanya dan posisi duduknya dihadapan guru membuat gadis itu menghela napas berat.
Bagaimana bisa nyontek, pikirnya.
Acha menelusuri bagian kanan dan berhasil dia menemukannya. Meja kerdua di dekat jendela, dia tak tau siapa yang ada di sebelahnya tidak ada nama yang tertera di sana.
"Gue engga bisa nyontek," gumam Amel pada Acha. Gadis itu hanya bisa tertawa, menyontek adalah kebiasannya. Ia kembali tertawa saat mendengar ceritanya, gadis itu menertawakan Amel yang tidak sempat belajar karena membaca wattpad hingga tengah malam.
"Sabar." Hanya itu yang bisa Acha lontarkan saat ini. Dia tak bisa membantunya sama sekali jika dia memberikan bantuan, dia akan mendapatkan hukuman.
Bell sudah berdering tandanya, ulangan siap dilaksanakan. Semua kursi telah di isi kecuali kursi di sampingnya. Gadis itu hanya bisa berdoa supaya kursi ini tidak di tempati oleh siapapun. Tapi, nyatanya si pemilik kursi itu baru saja masuk ke dalam kelas.
"Assalamu'alaikum, maaf Pak. Saya telat ada sedikit kendala di ruang OSIS."
Pengawas itu mengangguk dan mempersilahkan dirinya untuk duduk di bangku yang kosong. Hari ini mengumum siapa yang akan menjadi ketua OSIS membuat para pengurus OSIS sedikit keteteran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha
Teen Fiction|Tamat| Tidak ada yang tak kenal dengan Salsabila Azzahra atau yang sering disebut dengan Acha. Gadis yang selalu mengajak Febrian untuk bertengkar, siapa yang menyangka masalah berputar terus menerus. Kenyataan begitu menyakitkan dari masa lalu...