01

7.6K 861 12
                                    

Saat itu siang hari, sinar mentari melingkupi separuh permukaan bumi. Ellysha tengah duduk santai di pinggir danau artifisial yang berada di belakang rumahnya. Itu danau yang dibuat Elrick untuk hadiah ulang tahun Ellysha yang kesepuluh.

Gadis berponi itu sudah setengah jam lebih duduk di bawah dedaunan rimbun pohon Angsana. Matanya tak lepas dari kalung berbandul batu menyerupai mutiara hitam yang ia temukan di dunia Arsga.

"Namun, mereka keliru, karena apa yang mereka lihat bukanlah yang sebenarnya."

Akhir-akhir ini, kalimat yang pernah diucapkan Leo di pinggir sungai merah itu selalu menghantui pikirannya. Ellysha yang memang menyukai sesuatu yang berbau fantasi tentu saja sangat tertarik akan hal itu. Apalagi setelah tahu jika petualangan yang pernah ia lalui belum selesai sepenuhnya.

Ah, Ellysha jadi semakin penasaran. Ellysha menghela napas berat sebelum bangkit dari duduknya. Begitu berdiri, Ellysha menarik napas dalam lalu menghembuskannya, kemudian berbalik.

"Astaga!" Ellysha berseru. Terkejut saat mendapati seorang lelaki jangkung berdiri setengah meter di belakangnya. "Ada apa?" tanya Ellysha dengan wajah kesal.

"Kalung yang kau pegang tadi ... apakah itu kalung kegelapan?" Luke menatap penuh selidik Ellysha. Matanya tertuju pada kalung yang kini sudah melingkar di leher putih Ellysha.

Ellysha terkesiap. Namun, tak sedikitpun mungubah ekspresi kesalanya. Karena, hey, Ellysha itu sangat pandai mengendalikan ekspresi. Gadis berkulit pucat itu mulai mengernyit seolah tak mengerti. "Kalung kegelapan?" Ellysha membeo.

Entahlah, Ellysha sendiri bingung kenapa ia harus melakukan drama merepotkan itu. Tapi yang jelas, perasaannya ragu untuk memberitahu Luke yang sebenarnya.

Luke diam sejenak menatap serius Ellysha, seakan tengah mencari kebohongan dalam mimik muka penuh drama Ellysha. Namun sayangnya, kemampuan menyelidik Luke tak sebanding dengan kemampuan drama Ellysha. "Ah tidak, bukan apa-apa," ujar Luke sedikit kikuk. "Ayo kita masuk, sebentar lagi kita akan pergi bukan?" Luke berjalan lebih dulu.

Ellysha masih berdiri diam di tempat semula, menatap Luke dengan ekspresi dingin. Sekali lagi, Ellysha tak tahu kenapa dia jadi tidak menyukai Luke. Sejak kembali ke dunianya, Ellysha merasa ada yang aneh dengan Luke. Tidak, bukan hanya Luke, tapi semua makhluk dari dunia Arsga. Ia merasa jika semua makhluk itu tengah menyembunyikan sesuatu darinya, atau mungkin satu sama lain menyembunyikan sesuatu.

***

"Kau yakin, Iriana?" Untuk kesekian kalinya Luke kembali bertanya pada Iriana, memastikan kebenaran akan informasi yang didapatkan gadis mermaid itu.

"Tentu saja, walaupun samar, aku yakin dia memiliki aura penyihir!" Iriana menjawab mantap.

Empat makhluk dunia Arsga yakni, Luke, Iriana, Louise, Leo dan ditambah Ellysha dengan sopir pribadinya, enam orang itu kini tengah menuju Perpustakaan Argagor. Perpustakaan terbesar di kota tempat Ellysha tinggal.

"Baiklah, kalau begitu, ayo turun!" seru Ellysha yang hendak turun, setelah sopir pribadinya membukakan pintu untuknya. Tanpa banyak protes, empat makhluk dunia Arsga langsung turun dari mobil Lexus LM hitam milik Ellysha.

Sudah sekitar satu minggu para makhluk dunia Arsga mengungsi di dunia manusia, tapi sepertinya masih begitu banyak hal-hal yang mengejutkan yang tersimpan di dunia itu. Dunia makhluk tanpa kekuatan dan sihir. 

"Wuah! Bahkan tanpa kekuatan dan sihir pun kalian mampu membangun bangunan sebesar ini!" seru Iriana yang takjub melihat bangunan besar di depannya.

Bangunan itu dicat menggunakan warna krem. Ukiran-ukiran unik menghiasi setiap sisi bangun. Pilar-pilar tinggi nan besar berbaris, sejajar di depan bangunan dengan jarak masing-masing dua meter. Di depan pintunya yang amat besar, terdapat dua puluh lima anak tangga. Pintu perpustakaan terbuka, hingga orang-orang dari luar dapat melihat ke dalam sana. Melihat penampakan sebuah air mancur yang dikelilingi kursi-kursi.

"Tentu saja!" Ellysha berseru sombong. "Karena unsur yang paling kuat di seluruh alam semesta bukanlah kekuatan supranatural ataupun sihir."

Luke mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan kalimat yang baru saja dipaparkan oleh Ellysha. "Memangnya apa unsur yang bisa mengalahkan-"

"Tentu saja pikiran manusia," sela Leo yang mulai berjalan menuju perpustakaan. Meninggalkan tiga temannya yang menatap takjub akan jawaban yang baru saja ia lontarkan.

Sementara Ellysha, gadis itu mendengus kesal karena Leo sudah mengetahui jawabannya. Padahal ia ingin membuat para makhluk dunia Arsga takjub akan hal itu. "Ck, menyebalkan!" gerutu Ellysha kesal. Ia ikut melangkah menuju perpustakaan, diikuti Luke, Louise, dan Iriana di belakangnya.

Sopir pribadinya ia persilahkan berkeliling perpustakaan seraya menunggu mereka mencari seseorang atau mungkin sesuatu di dalam perpustakaan Argagor.

***

"Kalian merasakan sesuatu?" tanya Louise dengan pandangan waspada yang ia layangkan ke sekitar.

Luke yang semula melihat-lihat deretan buku yang sejajar rapih di rak, kini menoleh menatap penasaran Louise. "Merasakan apa?"

"Aku tak merasakan apapun," jawab Iriana acuh, seakan tak merasakan ancaman apapun.

"Ini aura penyihir," gumam Leo pelan, membuat empat temannya menghentikan langkah seketika.

"Kau merasakannya?" Louise menatap Leo tanya. Leo mengangguk mantap.

Ellysha yang tak mengerti dengan apa yang para makhluk dunia Arsga itu rasakan, hanya bisa menatap bingung. Memangnya sekuat apa aura penyihir itu, hingga Leo dan Louise bisa merasakannya?

"Arah sini!" seru Leo yang berjalan cepat ke arah selatan. Empat temannya, tanpa dikomando langsung mengikuti dari belakang.

"Auranya semakin jauh. Sepertinya dia menyadari keberadaan kita," ujar Louise pada Leo yang mulai berlari. Keempat temannya yang lain, mau tak mau ikut berlari.

"Hey kita mau kemana? Ini sudah terlalu jauh!" seru Ellysha yang mulai panik, karena mereka sudah terlalu jauh memasuki ruang yang tak seharusnya dimasuki oleh para pengunjung.

"Hey kalian mendengarku tid-"

Cting!

Suara gesekan pedang Leo yang menangkis pisau kecil yang melayang ke arah Ellysha dan teman-temannya. Kelima makhluk itu menghentikan langkahnya, begitu mendapatkan serangan tak terduga itu.

Semua makhluk dunia Arsga mulai awas, takut-takut akan ada serangan berikutnya yang muncul.

Cting!

Cting!

Cting!

Serangan beruntun muncul tiba-tiba dari berbagai arah, tapi beruntunglah Leo dan Louise berhasil menangkis serangan itu.

"Hey bisa kita bicara baik-baik? Kami tak berniat mencari masalah. Sungguh," teriak Luke pada seseorang yang tak ia ketahui. Tak ada jawaban, tapi tak ada pula serangan yang muncul tiba-tiba.

Tap!

Tap!

Tap!

Suara langkah kaki seseorang yang berada di dalam lorong gelap, berjalan mendekat ke arah mereka. Leo dan Louise, tanpa mengurangi rasa waspadanya, menatap tajam bayangan di balik lorong gelap yang terus melangkah mendekati mereka.

Hingga ....

Srak!

Pisau kecil berhasil menancap di leher seseorang, membuat darah mengucur deras.

PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang