"Kau yakin di sini tempatnya?" Louise menatap tanya Dislee.
Mereka berlima kini tengah berada di pemukiman kumuh. Bau tak sedap tercium di sepanjang jalan yang penuh dengan sampah dan sudah sedikit menghitam karena luapan limbah dari selokan yang memang terbilang dangkal. Suara cicitan tikus sekali terdengar. Begitupula dengan serangga yang menjadi phobia banyak orang, kecoa, beberapa kali muncul, menampakkan diri di sudut-sudut bangunan. Itu adalah tempat dimana seseorang dengan marga Voldes berada.
Luke yang hidupnya penuh dengan kemewahan, sedikit prihatin melihat kondisi tempat itu. Louise merasa sedikit risih. Ara dan Rai hanya menatap dengan wajah acuh tak acuh. Kedua makhluk itu tak ingin peduli dengan hal-hal tak penting, karena bagi mereka berdua, Ellysha adalah yang utama.
Dislee sendiri tak menjawab pertanyaan Louise, ia terus membawa kakinya melangkah. Langkahnya sedikit terburu-buru dengan tatapan waspada yang begitu ketara di wajahnya. Bukan tanpa sebab, itu karena Dislee pernah mengalami hal tak mengenakkan di tempat itu. Dan saat itulah ia bertemu dengan gadis bermarga Voldes.
Gadis dengan wajah lembut yang sebenarnya memiliki pikiran licik. Gadis gila yang berpura-pura lemah. Gadis yang pernah mencuri semua barang berharganya.
Leartna La Voldes.
"Dislee," panggil seseorang dengan suara lemah lembut. Semua orang kompak menoleh ke belakang, melihat seorang gadis anggun dengan penampilan yang teramat sederhana. Mengenakan terusan berwarna coklat yang memiliki beberapa tambalan. Kulitnya sedikit kusam dengan rambut hitam yang diikat setengah.
"Wah, apa kau kemari ingin mengunjungiku?" Gadis itu berjalan menghampiri Dislee yang menatapnya waspada. "Kau bahkan membawa teman-temanmu." Senyum anggun gadis itu semakin lebar.
Dislee terdiam di tempat. "Itu dia," gumamnya yang membuat Luke langsung menampakkan tatapan terkejut.
"Senang bisa-"
"Kau tahu keberadaan pedang itu, kan? Tolong beritahu kami. Kami harus menemukan pedang itu. Dunia Arsga sedang dalam bahaya!" serobot Luke tak sabaran. Ia memegang erat pundak gadis berkulit sawo matang di depannya.
Gadis itu sedikit meringis, membuat Luke sadar jika ia baru saja menyakiti seorang gadis. "Ma-maaf, aku tak bermaksud menyakitimu." Luke menatap bersalah pada gadis di depannya.
Senyum lembut si gadis kulit sawo matang terbit, ia menatap Luke ramah. "Tak apa," ujarnya dengan suara yang terdengar merdu. "Aku tahu, kau pasti sangat ingin menyelamatkan dunia kita."
"Ah, maaf aku melupakan etika Dunia Arsga!" serunya yang masih tampak anggun. Tak berselang lama, gadis itu menunduk hormat di depan Luke. "Hormat saya untuk sang Surya Kerajaan Vampir, semoga kesejahteraan turut menyertai anda. Saya Leartna La Voldes, seorang penyihir dengan elemen angin."
Luke sedikit heran menyadari Leartna mengenali dirinya. Namun, ia tak ingin terlalu larut akan hal itu. Ia hanya mengangguk, menanggapi salam hormat dari Leartna. "Jadi, dimana pedang itu berada?" tanya Luke tak sabaran.
Leartna memasang mimik muka kecewa. "Sayang sekali," ucap gadis itu yang membuat semuanya menampakkan tatapan bingung. "Pedang itu sudah kembali ke dunia Arsga. Baru saja aku menerima kabarnya dari penjaga pedang itu."
"Apa maksudmu? Kau mempermainkan kami?!" Louise menatap murka Leartna yang kini tampak santai dengan senyum lembutnya.
Leartna menggeleng pelan. "Tidak. Peri yang mengambil pedang itu bahkan berpesan, agar kalian menemui dia di Danau Pelangi di Dunia Arsga." Ia menjeda kalimatnya. Sedetik kemudian, senyum licik langsung muncul di bibir indah Leartna. "Dan ... jangan lupa untuk membawa gadis manusia itu, sebagai alat tukar jika ingin mendapatkan Pedang Nogra. Kau tahu kan siapa maksudku? Ellysha Seinna Rajasa."
Ara dan Rai yang semula tak peduli, seketika langsung melayangkan tatapan membunuh pada Leartna. "Apa maksudmu, sialan?!" Ara yang murka langsung menghampiri Leartna, mencekik leher gadis yang lebih tinggi darinya itu.
Rai masih berdiri diam di tempat semula, tapi dengan aura yang semakin menyeramkan. Luke dan Louise menampakkan tatapan terkejut sekaligus heran. Memangnya ada apa dengan Ellysha? Kenapa menginginkan Ellysha sebagai alat tukar untuk mendapatkan Pedang Nogra?
Dislee sendiri masih menampakkan tatapan waspada. Ia tahu jika gadis itu licik, sangat licik malah. Namun, ia merasa ada yang janggal. Tempat ini terlalu tenang untuk ukuran wilayah para makhluk kelaparan yang menghalalkan segala cara demi mengisi perut mereka. Rasanya seperti ....
Wush!
"Awas!" seru Louise yang pertama kali menyadari serangan dari arah belakang, yang dilemparkan oleh makhluk berpakaian serba hitam.
Semuanya langsung siaga. Ara sudah melepaskan tangannya dari leher Leartna. Rai, Luke, dan Louise mulai fokus pada makhluk berpakaian hitam. Mereka tengah bersiap untuk serangan berikutnya yang pasti akan dilemparkan oleh para makhluk berpakaian hitam itu.
Dislee yang sedari awal memang merasakan kejanggalan, kini menoleh dengan tatapan tajam ke arah Leartna yang tengah mengusung senyum manis. "Apa lagi maumu?" tanyanya dengan nada pelan yang penuh penekanan.
Dulu, saat pertemuan pertamanya dengan Leartna, Dislee pikir Leartna akan menjadi penyelamatnya. Itu karena Leartna telah menyelamatkan Dislee dari para preman yang hendak mengambil barang berharganya. Namun, tak disangka, justru Leartna lah yang menjadi pencuri sebenarnya. Pencuri yang bersembunyi dibalik wajah malaikatnya.
Tentu saja, melihat bagaimana tutur kata dan cara bicaranya yang lemah lembut, ditambah dengan wajah cantik bak malaikat itu, memangnya siapa yang akan berpikir jika gadis itu adalah seorang pencuri? Begitu pula dengan Dislee yang waktu itu belum mengenal Leartna. Dislee dengan polosnya mempercayai Leartna. Hingga saat ia lengah, gadis berkulit sawo matang itu dengan mudahnya mengambil semua barang berharga milik Dislee.
"Leartna La Voldes. Namaku. Nama gadis malaikat yang telah menyelamatkanmu."
Kalimat terakhir yang Dislee dengar sebelum Leartna menghilang di tempat. Kalimat yang tak akan Dislee lupakan untuk mengingatkan Dislee bagaimana ia dengan mudahnya ditipu oleh seorang makhluk licik.
Leartna hanya mengedikkan bahu. "Hanya memberi sedikit tes kelayakan," ujar gadis itu santai. "Jika kalian tak berhasil menghadapi para makhluk itu, artinya-" ucapan Leartna terhenti. Gadis itu menatap terkejut para makhluk berpakaian hitam yang kini sudah habis dibantai oleh Ara dan Rai.
Padahal Leartna sangat yakin, jika makhluk berpakaian hitam yang kini sudah terbaring tak bernyawa di tanah adalah makhluk dengan kekuatan tingkat menengah ke atas. Dengan jumlahnya yang lebih dari sepuluh, seharusnya cukup sulit menghadapi para makhluk itu.
Namun anehnya, Ara dan Rai hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk membantai habis semua makhluk berpakaian hitam yang menjadi bawahannya itu. Sekuat itukah mereka?
Mengingat Ellysha yang kini masih belum ditemukan, ditambah dengan makhluk Dunia Arsga yang ikut-ikutan mengincarnya, membuat Ara dan Rai semakin murka. Jadi, jangan heran jika para makhluk itu dapat dengan mudah dikalahkan oleh Rai dan Ara. Itu karena mereka memang sedang membutuhkan tempat untuk menyalurkan semua emosi yang tertahan. Dan para makhluk berpakaian hitam itu adalah sasaran empuk untuk melampiaskan amarah mereka.
Tak ingin larut dalam rasa terkejut, Leartna kembali mengusung senyum anggunnya. "Satu Vampir dengan garis keturunan murni dan satu makhluk campurann dengan tingkat kekuatan tinggi. Tentu saja mereka tak akan mampu menang," ujar gadis itu mencoba untuk terlihat tenang. "Ah, rasanya ini tes yang sia-sia, ya." Senyumnya semakin lebar.
Semua kompak kembali menghadap Leartna, membuat Leartna terkekeh pelan. "Kurasa aku harus pergi. Sampai jumpa di Danau Pelangi!" Gadis itu melambaikan tangannya sebelum menghilang di tempat. Semua yang terkejut dengan hilangnya sosok Leartna, hanya bisa terdiam di tempat.
Pupil Ara melebar begitu menyadari jika ia pernah bertemu dengan Leartna. "Gadis itu!" gumamnya dengan telapak tangan yang terkepal. "Sial, tau begitu saat itu juga kucakar-cakar wajahnya yang menyebalkannya itu, aarrrg!!" Ara menggeram kesal.
Ya, sebelumnya Ara memang pernah bertemu Leartna. Gadis penjual bunga dengan penampilan berantakan yang tak sengaja ia tabrak. Seandainya Ara tau lebih awal bagaimana seorang Leartna, mungkin saat itu Ara tak akan memberikan rasa simpatinya, bahkan kue coklat yang ia beli. Sial, Ara jadi semakin kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Sequel dari cerita TERPILIH. Usai sudah petualangan Ellysha mencari tujuh batu cahaya di dunia Arsga. Namun, tidak dengan misi menyelamatkan dunia Arsga yang diambang kehancuran. Gadis itu kini memiliki petualangan baru, petu...