Ara mengedarkan pandangannya melihat suasana hutan yang memiliki penerangan redup. Cahaya matahari tak mampu menerobos masuk dikarenakan padatnya pepohonan rimbun yang tinggi menjulang. Satu-satunya sumber cahaya berasal dari tumbuhan-tumbuhan yang memiliki cahaya tak terlalu terang. Namun, dengan jumlahnya yang banyak, itu sudah cukup untuk membantu dalam melihat objek di dalam sana.
Sedari tadi, ia terus mengikuti langkah Leartna yang membawanya semakin masuk ke dalam hutan. Entah siapa dan apa yang diinginkan peri penguasa Hutan Cahaya itu, tapi Ara harus selalu waspada. Bisa jadi, jika peri itu menginginkan Ellysha sebagai tumbal untuk ritual terlarang. Atau mungkin ia memiliki dendam kusumat pada Ellysha dan ingin membalasnya. Entahlah, apapun itu, yang jelas Ara harus siap akan kemungkinan terburuk yang akan terjadi nantinya.
"Kita akan tiba sebentar lagi," suara lembut Leartna menyadarkan Ara dari imajinasi liarnya.
"Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku?" tanya Ara yang tak terlalu mengharapkan jawaban. Karena, seperti yang sebelumnya Ara bilang, Leartna hanyalah seorang budak, tak pasti apakah Leartna tahu apa tujuan sebenarnya dari tuannya. Jadi, anggaplah pertanyaan tadi hanyalah basa-basi untuk menghentikan suasana hening yang terjadi.
Leartna menoleh sekilas. Ia pikir Ellysha dengan sifat ketus dan sombongnya tak akan sudi menanyakan hal itu, tapi ternyata ia salah. Leartna memasang senyum misteriusnya. "Kau akan tahu jika melihat langsung wajahnya nanti," ujarnya tak kalah misterius.
Dahi Ara mengerut. 'Tahu jika melihat wajahnya'? Apakah Ellysha mengenal peri itu? Atau justru mereka pernah dekat? Kalau begitu, apa hubungan Ellysha dan peri itu? Kenapa sampai mau repot-repot melakukan barter?
Sial, ini semakin rumit. Ara semakin penasaran. Dan itu menyebalkan.
"Kita sudah sampai!" seru Leartna setelah mereka berada tepat di depan sebuah pohon dengan batang yang besarnya mungkin sudah seluas rumah minimalis milik Ara, sangat besar untuk ukuran batang pohon. Di depan batang itu, terdapat sebuah kursi dengan sandaran tinggi dan dihiasi banyak tumbuhan rambat yang mengeluarkan cahaya putih kekuningan dari bunganya. Seorang perempuan dengan sayap lebar di pundaknya duduk di kursi itu, ia menatap antusias pada Ara.
Saking antusiasnya, perempuan itu sudah berdiri dari duduknya, dan terbang menghampiri Ara yang kini menampakkan wajah heran. Rasanya, wajah itu tak asing untuk Ara. Ara merasa pernah melihat perempuan di depannya, tapi ia tak ingat siapa perempuan itu.
"Miona!" seru perempuan itu yang membuat dahi Ara semakin berkerut. 'Miona'? Siapa itu? Rasanya nama itu juga tak asing untuk Ara. Ara jadi semakin penasaran sekarang. Pertanyaan dibenaknya semakin banyak. Dan misteri tentang Ellyshanya semakin bertambah.
"Astaga, kau semakin cantik saja!" Kedua tangan Velrein terangkat untuk menyentuh wajah Ellysha--yang sebenarnya adalah Ara. "Aku sangat ingat, dulu kau masih setinggi dadaku waktu pertama kali kau menyapaku. Sekarang, kau bahkan sudah hampir setinggi diriku!" Perempuan itu menatap takjub melihat tubuh Ellysha. Kedua tangannya bahkan sudah menangkupkan wajah milik Ellysha.
Ara tak memberikan reaksi apapun, ia masih mencoba mengingat perempuan di depannya dan nama yang perempuan itu lontarkan tadi. karena Ara sangat yakin pernah melihat si perempuan dan mendengar nama itu.
"Miona?" Velrein menatap tanya Ara yang sedari tadi hanya diam. "Kau ... lupa padaku?" tanyanya ragu-ragu, takut jika itu memang benar adanya.
Ara mengerutkan dahi. Ia memang merasa tak asing pada perempuan di depannya itu, tapi Ara sangat yakin jika dia tak pernah mengenalnya. "Memangnya kau siapa sampai aku harus ingat padamu?" tanya Ara meniru sifat ketus Ellysha.
Velrein sedikit terkejut mendengar ucapan Ara barusan. Sebelah tangannya menutup mulutnya yang sedikit terbuka. "Jangan-jangan ... ritual itu membuatmu hilang ingatan?" gumam Velrein yang membuat Ara semakin heran.
"Ritual?" Ara menggumam dengan dahi yang semakin berkerut. "Apa maksudmu ritual? Memangnya apa yang terjadi padaku? Dan ... siapa itu Miona?" Ara menatap Velrein dengan penuh selidik.
"Astaga, jadi berita itu benar?!" Velrein semakin tercengang. "Anak manusia ini menjadi pemegang raga? Ini benar-benar diluar dugaan!" Ia menggeleng pelan, shock melihat langsung kebenaran akan berita yang sempat ia dengar.
"Hey, apa maksudmu 'anak manusia ini'? Memangnya kau siapa? Dan apa tujuanmu membawaku ke sini?!" tanya Ara yang mulai kesal karena ucapannya diacuhkan oleh Velrein. Rasanya Ara sangat ingin sekali menyerang wajah Velrein, setelah melihat ekspresi berlebihannya itu.
Velrein mencoba menguasai emosi, mulai berusaha untuk tenang. "Jadi kau adalah 'Ellysha'?" tanya Velrein yang membuat Ara semakin keheranan.
Secara teknis, sebenarnya bukan, tapi sekarang Ara sedang melakukan penyamaran. Jadi, mau tak mau Ara menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, memangnya siapa lagi," ujarnya dengan wajah ketus.
Velrein menarik napas panjang. Ia mengusung senyum sendu. "Baiklah, biar kuceritakan tentang masa lalumu, Ellysha," ucap Velrein dengan mata sayu. "Ayo duduk dahulu."
Ara mengikuti Velrein yang terbang kembali menuju singgasananya. Gadis itu mengerutkan dahi, semakin penasaran. Sepertinya ini cukup serius. Dan dari yang Ara lihat, sepertinya Velrein tak memiliki niat jahat pada Ellysha. Malah lebih seperti seseorang yang merindukan teman lamanya.
***
Ara langsung membeku di tempat setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Velrein. Namun, yang paling mengejutkan Ara adalah, fakta bahwa Ellysha merupakan seorang makhluk campuran. Itu benar-benar di luar dugaan.
"Aku tahu ini terdengar tak masuk akal, tapi-" Velrein tak melanjutkan ucapannya. Dahi perempuan itu mulai berkerut halus.
Ara yang masih dalam kondisi terkejut belum menyadari itu. Sebuah ingatan kembali melintas di otaknya. Ingatan dimana ia melihat Ellysha mengeluarkan aura berwarna abu-abu samar. Sangat samar, hingga Ara pun tak yakin dengan penglihatannya itu.
Jika apa yang Ara lihat waktu itu benar adanya, berarti memang Ellysha merupakan seorang makhluk campuran. Dan itu menjadi masuk akal kenapa raja Crifhton sangat menginginkan Ellysha. Karena gadis yang dicintainya ada dalam diri Ellysha. Atau mungkin ... tidak? Entahlah Ara tak tahu pastinya bagaimana, ia hanya bisa mencoba membuat kesimpulan yang sederhana.
Namun, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah, apakah Ellysha mengetahui fakta tersebut? Setelah penculikan yang terjadi, tak menutup kemungkinan jika jawaban adalah 'iya'.
Lalu apa yang terjadi setelah Ellysha tahu akan fakta tersebut? Gadis dengan segala keangkuhan dan kesempurnaan yang dimilikinya, yang ternyata merupakan seorang makhluk campuran, apa yang lebih mengejutkan bagi gadis itu? Rasanya tak ada.
Tak bisa Ara bayangkan bagaimana berantakannya perasaan sahabatnya itu sekarang. Mental Ellysha pasti sangat terguncang sekarang. Apalagi dengan keadaan mereka yang sekarang ini terbilang cukup darurat. Ara benar-benar tak bisa membayangkannya.
"Siapa kau?!" pekik Velrein yang berhasil mengeluarkan Ara yang tenggelam dalam pikirannya. Velrein menatap penuh amarah melihat 'Miona'-nya yang kini mulai berubah menjadi wujud asing yang tak pernah ia temui.
Ara yang baru saja menyadari jika efek dari serbuk iert perlahan mulai menghilang. Kini langsung bersiap untuk memulai sebuah pertarungan. Karena, melihat bagaimana murkanya wajah Velrein sekarang, rasanya melakukan 'negosiasi' bukanlah pilihan yang tepat. Jadi, Ara harus siap akan kemungkinan paling buruk yang mungkin terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Sequel dari cerita TERPILIH. Usai sudah petualangan Ellysha mencari tujuh batu cahaya di dunia Arsga. Namun, tidak dengan misi menyelamatkan dunia Arsga yang diambang kehancuran. Gadis itu kini memiliki petualangan baru, petu...