38

1.8K 281 14
                                    

Masih di rumah sederhana Rai. Dan masih dalam suasana dingin karena hujan yang masih belum juga usai. Ellysha baru saja menghabiskan supnya. Rai masih setia dengan kegiatan memperhatikan Ellyshanya. Keduanya masih diam dengan kegiatan masing-masing, hingga Ellysha yang pertama kali membuka suara.

"Jadi ... apa yang akan kau lakukan?" tanya Ellysha yang kini mendongak menatap Rai. Gadis itu berusaha mengambil teko yang berada cukup jauh darinya.

Rai menggeleng. "Bukan aku, tapi kita," ucapnya seraya ikut mengambil teko--mendahului Ellysha, sebelah tangannya yang lain mengambil gelas kosong, mengisinya lalu menyerahkan gelas itu pada Ellysha.

Ellysha menatap kesal Rai yang menolak ucapannya, sebelum mengambil gelas yang tadi Rai berikan dengan ogah-ogahan. Namun, gadis itu tetap mengucapkan terima kasih dan lanjut meminum air itu hingga tandas. Setelah gelas kosong, Ellysha meletakkan gelas itu ke meja, dengan kedua tangannya yang masih memegang si gelas. Ia kembali menatap Rai. "Baik, jadi apa yang akan kita lakukan?" tanya Ellysha pasrah.

Rai tersenyum kecil. "Bagaimana jika kau istirahat dahulu, El?" tawarnya yang membuat Ellysha menampakkan tatapan tajam.

"Dimana Ara dan yang lainnya?" tanya Ellysha dengan nada dingin.

Rai mengedikkan bahu. "Mana kutahu. Mungkin sedang mencari pedang Nogra?" tebak Rai dengan wajah sok bingung yang Ellysha yakini hanyalah drama semata.

"Dan kau ingin kita bersantai ria sementara yang lain tengah berusaha?" ucap Ellysha dengan tatapan semakin tajam. Ia mulai kesal dengan sikap acuh Rai itu. Melihat teman-temannya yang berusaha mati-matian, seharusnya itu sudah cukup untuk membuat Rai setidaknya perduli. Namun nyatanya, Rai tetaplah Rai, menyebalkan.

Rai tertawa pelan melihat wajah lucu Ellysha yang tengah marah--setidaknya di mata Rai--karena ulahnya. "Baiklah-baiklah, mari kita susun rencana terlebih dahulu." Rai menghentikan tawanya melihat Ellysha yang masih saja menampakkan tatapan tajam. "Pertama, kita temui yang lain dahulu, lalu ...."

***

"Wuah!" seru Luke takjub melihat penampilan Ara yang kini sudah menjadi Ellysha setelah meminum ramuan perubah wujud yang tadi diberi oleh bibi Eyla. Memang cepat sekali ramuan itu bekerja, dan cepat pula hilangnya. Itulah mengapa, mereka juga harus secepatnya mendapatkan pedang itu sebelum efek dari ramuannya menghilang.

Sekarang, keempat sahabat itu kini tengah berada di pinggir Danau Pelangi di sebrang Hutan Cahaya, menanti janji dari seseorang yang akan membawakan mereka pusaka berharga, yakni pedang Nogra.

Ya, itulah rencana Ara dan Rai, mencoba mengelabui si peri pemegang pedang Nogra yang sangat menginginkan Ellysha dengan cara meminum ramuan perubah wujud, Ara akan meminumnya dan menyamar menjadi Ellysha. Kenapa Ara? Pertama, itu karena Ara adalah sahabat Ellysha dan sudah cukup tahu bagaimana seorang Ellysha untuk dapat mengikuti kebiasaannya. Kedua, karena Ara cukup kuat jika nanti akan ada bahaya yang menghampirinya. Ketiga, karena Ara melarang yang lain melakukan peran itu. Ia tak sudi jika ada orang lain yang mencoba menjadi Ellysha dan mengacaukan citra Ellysha yang khas. Dan jadilah, tanpa banyak protes dari teman-temannya yang lain--karena memang tak ada yang mau menyamar menjadi Ellysha--kini Ara terpilih untuk tugas itu, berpura-pura menjadi Ellysha.

Sebenarnya tak mudah menjalankan rencana yang telah ia dan Rai susun itu, apalagi mendapatkan ramuannya, karena Ara harus melakukan sesuatu untuk bibi Eyla nantinya, sebagai balasan karena telah mendapatkan bantuan. Entah apa yang bibi Eyla inginkan darinya, tapi yang pasti itu harus setimpal dengan apa yang Ara dapatkan.

Sementara Ara dan ketiga lainnya mencoba merebut pedang Nogra, Rai bertugas menjaga Ellysha. Dan setelah pedang di dapatkan, barulah tugas mereka yang sebenarnya akan dijalankan, menyelamatkan Dunia Arsga.

PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang