Kembali ke masa sekarang, saat dimana Ellysha kedapatan sedang menguping pembicaraan Vie dan raja Crifhton. Vie menatap panik gadis itu lalu menariknya menjauh secara diam-diam, tak ingin raja Crifhton mengetahui apa yang telah Ellysha lakukan.
"Kenapa kau bisa berada di sini?" Vie mulai menginterogasi Ellysha. Wajahnya tampak panik.
Ellysha tak menjawab. Tatapan matanya kosong dengan tubuh yang sedikit gemetar. Gadis itu masih sedikit syok dengan fakta-fakta yang baru saja ia ketahui. Meski sebelumnya sudah memiliki dugaan akan hal itu, tapi tetap saja Ellysha tak mampu mengendalikan perasaannya untuk tetap tenang dan bersikap biasa saja seolah tak mengetahui apa-apa.
Vie mengurut dahinya pelan. Rasa bersalah yang sempat tersemat enam belas tahun yang lalu, kini kembali menghantuinya. "Tenanglah. Jika ritual ini berhasil, raja Crifhton tak akan melakukan apa-apa padamu. Aku bisa jamin itu." Vie mencoba menenangkan, walau sebenarnya ia pun tak yakin akan hasil dari ritual tersebut.
Ellysha tak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia kemudian beralih menatap mata Vie untuk beberapa saat. Memikirkan kalimat apa yang cocok ia gunakan untuk membalas ucapan Vie.
"Jika ...," ujar gadis itu pada akhirnya. "Bukankah itu artinya belum pasti?" Meski berucap dengan anda tenang, tapi percayalah, masih ada ketakutan yang tersimpan di setiap kata yang Ellysha ucapkan.
Vie yang mendengar itu jadi terdiam. Ya, masih belum pasti apakah ritual itu akan berhasil atau tidak, tapi jika berhasil, Vie yakin sang raja pasti akan melepaskan gadis itu. Namun jika gagal ... kemungkinan besar raja akan murka kembali. Seperti enam belas tahun yang lalu.
"Apapun hasilnya nanti tak ada yang tahu. Yang jelas kau harus tenang, dan berpura-puralah tak mengetahui semuanya, mengerti?" Vie menatap tajam Ellysha.
Ellysha kali ini benar-benar tak menjawab. Ia terus diam menatap Vie, menunggu kalimat apa yang akan Vie ucapkan selanjutnya.
Vie menghela napas berat. Tanpa banyak bicara, ia kembali menarik Ellysha, membawa gadis itu melewati lorong gelap.
"Kemana kau akan membawaku?" tanya Ellysha setelah sedari tadi hanya diam. Gadis itu sebenarnya sudah pasrah dengan keadaan, meski otaknya terus merancang rencana untuk kabur.
Vie tak menjawab, ia terus menarik Ellysha dalam diam, membuat Ellysha ikut terdiam. "Apa aku bisa melarikan diri dari sini?" batin Ellysha begitu otaknya berhasil menyusun rencana yang sempurna untuk kabur.
"Jangan coba-coba berpikir untuk kabur dari sini, Manusia!" tutur Vie seakan mengetahui apa yang tengah Ellysha pikirkan.
Degub jantung Ellysha tiba-tiba jadi menggila. Napasnya tercekat untuk beberapa saat. Ia menatap ragu-ragu Vie yang berjalan di depannya. Takut jika Vie memiliki kemampuan membaca pikiran. "Aku yakin itu hanya kebetulan." Ellysha mencoba menenangkan diri. Ia tak ingin terlalu cepat berpikiran negatif, meski rasanya sulit mengingat dimana ia berada sekarang ini.
"Ya, aku memang bisa membaca pikiran." Vie berujar sombong tanpa menoleh pada Ellysha.
Ellysha samar-samar menghela napas lega. Ia tersenyum tipis mendengar perkataan Vie barusan. "Sudah kuduga."
"Apa ... semua makhluk dunia Ertiena bisa membaca pikiran?" tanya Ellysha ragu-ragu. Gadis itu menatap penasaran lorong di depan sana yang mulai menampakan cahaya terang.
"Tidak. Hanya makhluk tertentu yang bisa melakukannya." Vie menjelaskan dengan nada bangga, tanpa sedikitpun menyadari jika pertanyaan Ellysha hanyalah sebuah dusta untuk memanipulasinya.
"Begitu," gumam Ellysha yang diam-diam melirik kantong kecil yang menggantung di pinggang Vie. Ia ingat, semua makhluk berjubah hitam yang mengejarnya memiliki setidaknya satu kantong di pinggang mereka. Dan jika tidak salah, sebelum ia berpindah tempat, Vie sempat mengeluarkan sesuatu dari kantong itu, kemudian melemparkannya ke tanah yang berakhir membuat mereka tiba-tiba muncul di tempat asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Sequel dari cerita TERPILIH. Usai sudah petualangan Ellysha mencari tujuh batu cahaya di dunia Arsga. Namun, tidak dengan misi menyelamatkan dunia Arsga yang diambang kehancuran. Gadis itu kini memiliki petualangan baru, petu...