17

3K 570 39
                                    

Entah disebut keberuntungan atau kesialan, begitu melangkah cukup jauh, Luke langsung dipertemukan dengan tiga gadis beraura kuning.

Gadis pertama, adalah seorang penjual bunga keliling. Tampilannya sederhana dengan senyum lembut yang selalu terbit di bibirnya. Gadis itu berambut hitam dengan kulit sawo mateng. Entah sudah berapa lama gadis itu menjajahkan bunganya, keranjang bunga di lengannya masih tampak penuh.

Gadis kedua, merupakan seorang pelajar. Dibuktikan dengan pakaiannya yang masih mengenakan seragam sekolah seperti yang waktu itu Ellysha pakai. Ia sedang berada di cafetaria dengan tangan yang sibuk menulis di buku catatan. Luke dapat melihatnya karena gadis itu duduk di kursi yang berada di samping dinding kaca cafetaria.

Lalu gadis ketiga ... entahlah, Luke tidak bisa menebaknya. Gadis berambut coklat sebahu dengan kulit kuning langsat itu, sedari tadi hanya berdiri diam, menatap rumah makan di depannya.

Mungkin pengemis yang kelaparan? Ah tidak, pakaian gadis itu cukup mewah untuk dicap sebagai pengemis. Entahlah, Luke benar-benar tak bisa menebaknya.

Luke menghela napas berat. Jika sudah begini, apa yang harus ia lakukan? Luke benar-benar bingung sekarang.

Namun, kejadian selanjutnya menentukan langkah mana yang akan Luke ambil.

"Dasar pencuri! Mati saja kau, sialan!!" Seorang wanita tua menarik sadis rambut hitam gadis penjual bunga.

"Le-lepas," rintih si gadis dengan wajah yang tampak kesakitan. Bunga di keranjangnya sudah berjatuhan ke jalan. Kedua tangan gadis itu memegangi rambutnya yang sedang ditarik.

"Kembalikan dulu uangku!" Wanita itu berteriak marah.

Si gadis menggeleng lemah. "Bukan. Bukan aku-"

"Jangan bohong kau!" Si wanita semakin sadis menarik rambut hitam si gadis, membuat gadis itu semakin merintih.

Orang-orang menatap prihatin si gadis, tapi tak sedikitpun berniat menolongnya. Luke yang menyadari itu jadi geram. Dengan wajah kesal, ia berjalan hendak menghampiri gadis itu.

Namun, sebuah tangan menahannya. Luke menoleh. Ia sedikit terkejut, begitu mendapati gadis berambut coklat tengah menatapnya datar. "Jangan," tutur pelan gadis itu. Itu adalah gadis ketiga yang tadi tengah memandangi rumah makan. Entah sejak kapan gadis itu berdiri di belakangnya, Luke tidak tahu.

"Ikut denganku!" titah si gadis yang kemudian menarik tangan Luke untuk ikut dengannya. Luke yang masih dalam kondisi terkejut, hanya bisa pasrah mengikuti langkah si gadis.

"Rumah makan?" Luke bergumam heran. Laki-laki itu mengerutkan dahinya menatap rumah makan yang tadi menjadi sorot utama si gadis berambut coklat. "Kau-" Ucapan Luke terhenti, begitu netranya tak mendapati gadis yang tadi menariknya ke sini.

Luke mengedarkan pandangannya, mencoba menemukan gadis yang tadi membawanya ke sana. Dan ... ketemu!

Gadis itu tengah berbicara dengan seorang pelayan, kemudian menuju salah satu tempat duduk yang kosong dan duduk di sana. Seakan baru menyadari Luke yang tak bersamanya, gadis itu langsung menyorot arah pintu. Tangannya melambai ke atas, begitu mendapati Luke masih berdiri di sana.

Luke yang mengerti isyarat itu langsung melangkahkan kakinya menghampiri si gadis. "Kenapa kau membawaku ke sini?" tanya Luke dengan suara pelan.

Gadis itu diam beberapa saat untuk memperhatikan wajah Luke, lalu menoleh ke tempat dimana tadi sempat terjadi kejadian yang cukup memprihatinkan. "Gadis itu ... pencuri," ujar si gadis yang sudah menoleh pada Luke. "Jangan dekat-dekat."

"Apa ma-"

"Pesanan anda, Nona." Seorang pelayan meletakkan beberapa hidangan di atas meja di depan Luke dan si gadis berambut coklat. "Silahkan dinikmati," tuturnya ramah sebelum berlalu dari sana.

PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang