"Tapi, El, bagaimana dengan sekolah kita?" tanya Ara dengan wajah protes. "Kau hanya meminta izin tiga hari, bukan?"
Ellysha yang sedang memakan omlet buatan Rai, kini menoleh pada Ara. Gadis itu menelan omletnya lalu berkata, "Tenanglah, Ara, kau berkata seakan tak mengenal siapa aku saja. Pak kepsek bahkan tak akan keberatan, jika aku tidak masuk satu tahun sekalipun."
"Lalu bagaimana denganku, El?"
"Semua orang juga tahu kau temanku, Ara. Jadi tenang saja, pasti tak akan ada yang berani menghukum mu, walau kau tak hadir tanpa keterangan sekalipun."
"Lalu pelajaran sekolah? Kita akan ketinggalan banyak, El!"
"Kau lupa? Ketua kelas kita sangat baik, dia pasti akan meng-copy catatannya untuk kita."
"Tapi, El-"
"Baiklah-baiklah, aku akan menyuruh Ny. Siela untuk meminta izin kepada pak kepsek. Puas kau?"
"Sejujurnya belum," keluh Ara dengan tampang lesu. Gadis itu ikut duduk di samping Ellysha yang kembali menikmati omletnya. Ara melirik Ellysha sekilas lalu mengambil ubi rebus yang ada di atas meja makan. Yah, karena hanya ada itu makanan di atas meja.
"Aku baru tahu jika kau bisa menggoreng telur, El," ucap Ara dengan mulut yang dipenuhi ubi ungu.
Tanpa menoleh pada Ara, Ellysha menjawab, "Sebenarnya bukan aku yang membuatnya." Kunyahan gadis itu memelan. Kepalanya mulai dipenuhi dengan ingatan beberapa jam yang lalu, tepat saat ia sedang mencari makanan di dapur kemudian Rai muncul dan menawarkan diri untuk membuatkannya makanan.
Ellysha sendiri tak menyangka jika Rai sangat pandai memasak, bahkan makanan yang dibuat Rai sudah hampir setara dengan makanan yang dibuat oleh koki di rumahnya. "Ra- Leo yang membuatnya."
Ara yang baru saja mendengar ucapan Ellysha langsung terbatuk. Gadis itu secepat kilat menuangkan air dari teko ke cangkir lalu meminumnya.
Ellysha mulai menoleh, dia memperhatikan Ara dalam diam dengan mulut yang terus mengunyah. "Apa ada yang salah dengan kalimatku?" tanyanya begitu selesai menelan omlet di mulutnya. Ellysha menatap Ara dengan tatapan polos.
Ara menoleh dengan tatapan horor. "Kau memakan makanan yang dibuat anak laki-laki?" ujar Ara tak percaya. "Kau tahu? Aku pernah membaca di sebuah artikel, jika hal semacam itu hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri saja."
Wajah Ellysha memerah mendengar kalimat Ara. Menahan tawa. Namun tak lama, setelah itu, Ellysha langsung terbahak. Sebelah tangannya memegang perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa. "Astaga, kau ini polos sekali, ya. Mana ada yang seperti itu," ujar Ellysha dengan wajah geli.
"Aku serius, El. Bukan hanya di artikel, di dunia Arsga pun begitu!" Ara berseru tak mau kalah.
Sebelah alis Ellysha terangkat. "Kau kan dari dunia di balik bayangan, bagaimana mungkin kau tahu tentang dunia Arsga," cibir Ellysha yang mulai menusuk potongan terakhir omletnya.
"Sejujurnya aku pernah tinggal disana, sebelum akhirnya kembali ke dunia asalku."
"Oh ya? Kau tinggal bersama makhluk apa? Tidak dengan para elf, kan? Kuharap tidak, karena mereka sangatlah menyebalkan!" Ellysha berseru heboh. Gadis berkulit pucat itu memasang wajah jijik, begitu otaknya berhasil mengingat tatapan merendahkan dari para makhluk bertelinga runcing yang pernah ia temui.
Ara tertawa pelan, ia tentu saja tahu apa maksud Ellysha. "Aku tinggal di kota Leutrsil. Itu kota yang dihuni berbagai makhluk campuran. Bukan hanya makhluk dunia Arsga, bahkan manusia pun ada disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Sequel dari cerita TERPILIH. Usai sudah petualangan Ellysha mencari tujuh batu cahaya di dunia Arsga. Namun, tidak dengan misi menyelamatkan dunia Arsga yang diambang kehancuran. Gadis itu kini memiliki petualangan baru, petu...