Setelah Iriana menghilang, Luke membawa Louise dan Dislee ke penginapan untuk membicarakan rencana mereka selanjutnya. Mengingat kejadian barusan, mau tak mau mereka harus menyusun ulang rencana yang akan mereka jalankan.
Bicara tentang kejadian barusan, Luke sangat ingat, Ara sempat mengatakan jika dia akan menyelamatkan Ellysha. Apa maksudnya menyelamatkan Ellysha dari makhluk berjubah hitam yang tadi mengejar gadis itu? Jika benar, apakah itu artinya Ellysha berhasil ditangkap oleh para makhluk berjubah hitam itu? Sepertinya begitu. Luke harap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada teman-temannya dan semoga mereka baik-baik saja.
"Louise!" seru seorang gadis berambut coklat dan bermata hijau membangunkan Luke dari lamunannya.
Luke dan Dislee menatap bingung gadis cantik dengan dua pengawal di sisinya. Gadis itu berjalan penuh antusias ke arah mereka. Ah, tidak, lebih tepatnya ke arah Louise. Sepertinya gadis itu kenalan Louise? Entahlah, Luke dan Dislee hanya bisa menebak.
Berbeda dengan Luke dan Dislee, Louise justru menatap terkejut gadis itu. Itu gadis beraura kuning yang tadi ia ikuti. Bagaimana gadis itu bisa berada di sini?
"Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Louise menatap heran gadis bermata hijau di depannya. Matanya sedikit memicing, curiga jika gadis itu diam-diam mengikutinya.
"Tentu saja ingin menginap di sini. Kau juga begitu, kan? Wah, kebetulan sekali. Sepertinya ini memang takdir!" serunya begitu antusias. Gadis bermata hijau itu menoleh sekilas pada Luke dan Dislee. Dahinya berkerut halus saat menatap Luke. "Putra Mahkota?"
"Oh, kau mengenal pangeran Luke?" Sebelah alis Louise terangkat. Pasalnya, tak banyak yang mengetahui wajah putra mahkota Kerajaan Vampir itu, hanya para petinggi dan orang-orang penting saja yang mengetahuinya. Jadi, cukup mengherankan jika gadis di depannya ini mengenal Luke.
Gadis bermata hijau itu menggeleng. "Tidak, aku hanya pernah melihatnya saat ikut ayahku ke Kerajaan Vampir," jelasnya yang kemudian langsung membungkuk hormat di depan Luke. "Suatu kehormatan dapat bertemu dengan anda, Yang Mulia."
Luke hanya mengangguk, menerima salam hormat yang sebenarnya sedikit telat itu. "Oh ya, siapa namamu? Dan, apa kau mengenal Louise?" tanya Luke dengan wajah penasaran.
"Saya Ivanka Narariu, putri tunggal dari Menteri Kerajaan Penyihir, Yosenio Narariu." Kepala Ivanka sedikit menunduk saat memperkenalkan diri, menunjukkan rasa hormatnya untuk Luke. "Lalu untuk Louise, ya, aku mengenalnya. Karena aku adalah salah satu dari banyaknya penggemar Louise, seorang penyihir muda berbakat yang mampu lulus dari Akademi Cahaya di usia muda!"
"Penggemar?" Louise membeo heran. Pasalnya ia tak tahu menahu akan hal itu. Mengingat semua sikap ketus dan tak acuhnya, Louise tak berpikir jika dirinya akan memiliki penggemar. Namun, gadis di depannya ini tampaknya tak berbohong.
"Ya!" Ivanka mengangguk antusias. "Aku selalu menjadi pendukungmu setiap kali diadakan festival yang melibatkan adu kekuatan, dan yang paling aku sukai adalah turnamen cautar!"
Ah, turnamen itu. Sebuah turnamen dimana setiap kelas tujuh--kelas dua belas untuk dunia manusia--akan melakukan adu serang secara individual untuk mengambil nilai. Ya, daripada turnamen, sebenarnya itu adalah tes akhir bagi kelas tujuh untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang murid.
Namun, karena tesnya yang dilakukan secara terbuka, dan akan menjadi tontonan untuk murid kelas bawah, juga beberapa hadiah kecil untuk para pemenang, jadi tes itu lebih dikenal sebagai turnamen daripada tes pengambilan nilai.
Dan Louise sangat benci jika harus mengingat itu. Bukan karena Louise kalah. Louise bahkan menjadi pemenang di turnamen cautar. Namun, itu yang membuatnya benci.
Saat pertarungan terakhir, pertarungan yang menentukan siapa murid paling hebat dan akan menjadi nomor satu di angkatannya, lawan Louise dengan sengaja mengalah, membiarkan Louise menang dengan mudahnya.
Meski dilakukan sealami mungkin, para guru dan profesor pasti menyadari tindakan lawannya itu. Itulah yang membuat Louise benci. Benci karena kemenangannya hanyalah kebohongan semata untuk menutupi kemampuan sebenarnya dari seorang Leorenzie Rai Dee Franklin.
Louise berdecak pelan sebelum pergi meninggalkan teman-temannya. Suasana hatinya mulai berantakan karena mengingat hal itu. Louise bahkan tak sempat memberi hormat pada Luke sebelum pergi.
Luke yang kebingungan hanya bisa menatap heran kepergian Louise. Seingatnya Louise selalu menang dalam setiap festival adu kekuatan, bahkan menjadi juara pertama di turnamen cautar. Oh, apa mungkin Louise tak menyukai gadis di depannya ini?
Merasa ditatap oleh Luke, Ivanka langsung menoleh, balas menatap Luke dengan senyum sopan yang ia usung. "Sepertinya Louise membenciku?" ujar gadis itu dengan wajah polosnya sebelum membungkuk hormat dan ikut pergi meninggalkan Luke dan Dislee yang sedari tadi hanya diam mengamati.
***
Suasana begitu hening di dalam kamar dengan nuansa abu. Louise masih dalam suasana hati yang buruk, membuat Luke jadi canggung untuk memulai bicara. Dislee sendiri tengah sibuk dengan dunianya.
Menyadari keadaan itu tercipta karena dirinya, Louise akhirnya menarik napas panjang. Mencoba mengendalikan perasaannya. "Jadi, dimana kita akan menemukan sepupu tuan Voldes?" Louise menatap tanya Dislee.
Dislee yang sedari tadi sibuk memainkan jari-jarinya, langsung menghentikan itu setelah menyadari jika pertanyaan yang Louise ajukan ditujukan padanya. Ia mengangkat kepalanya pelan, lantas menoleh pada Louise. Hanya sekilas, sebelum tatapannya kembali beralih pada jari-jari mungilnya. "Aku tidak yakin apa dia masih di sana. Tapi tak ada salahnya mencoba."
"Di sana?" Sebelah alis Louise terangkat.
"Gang kumuh yang menjadi tempat tinggal para rakyat bawah." Dislee memperjelas kalimatnya. "Itu berada di Utara Kota Astien."
"Baiklah, kalau begitu besok pagi kita akan langsung ke sana. Sekarang sudah terlalu larut. Selain itu, kita juga butuh istirahat." Luke mengambil keputusan yang hanya dibalas anggukan oleh kedua temannya. Luke menghela napas berat. Hari ini terlalu banyak kejadian tak terduga yang terjadi, teman-temannya pasti sangat kelelahan.
"Sepertinya sudah cukup larut. Saya akan kembali ke kamar saya, Pangeran," izin Louise yang kemudian bangkit dari duduknya.
"Oh ya, untuk malam ini, bagaimana jika Dislee tidur bersamamu, Louise?"
Louise yang sudah berada di depan pintu langsung menoleh. Ia menatap Dislee sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju. Melihat itu, senyum Luke mengembang. Ia langsung memberi isyarat pada Dislee agar mengikuti Louise.
Bruk!
Suara benda jatuh membuat gerakan tangan Louise yang hendak memutar knop pintu langsung terhenti. Semua pandangan langsung tertuju pada sumber suara. Ketiganya kompak menatap terkejut orang yang baru saja muncul itu.
"Kalian?!" Luke langsung membantu Ara dan Rai yang baru saja melakukan teleportasi menggunakan buku Sahargaratta.
"Ugh, untung saja aku membawa buku itu," keluh Ara dengan tubuh yang meliuk-liuk, mencoba meregangkan otot-ototnya yang kaku karena baru saja melakukan teleportasi.
"Ck. Salahmu yang sembarangan menggunakan alat teleportasi!"
"Hey, mana kutahu jika alat itu hanya bisa digunakan dua kali!" bantah Ara yang tak terima karena disalahkan. "Lagipula, aku sudah membawa buku itu padamu. Seharusnya kau berterima kasih padaku!"
Rai hanya mendengus. Ia bangkit dari jatuhnya dan berjalan ke arah Luke. "Dimana Ellysha?" tanya laki-laki vampir itu tanpa banyak basa-basi.
Luke yang sedari tadi bingung, kini semakin bingung mendengar pertanyaan dari Rai. "Bukankah kepergian kalian untuk menyelamatkan Ellysha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DUA DUNIA (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Sequel dari cerita TERPILIH. Usai sudah petualangan Ellysha mencari tujuh batu cahaya di dunia Arsga. Namun, tidak dengan misi menyelamatkan dunia Arsga yang diambang kehancuran. Gadis itu kini memiliki petualangan baru, petu...