HQ!!(IwaOi+Tsukki 2/2)

213 26 0
                                    

Iwaizumi terbangun karena ada sesuatu yang entah menyangkut atau menempel di tangannya. Dengan perlahan, ia duduk di sisi ranjang sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Nii-chan....Nggg....." 

Si surai hitam menoleh. Dilihatnya Kei berkeringat dingin sambil menangis dan merintih pelan. Sontak saja Iwaizumi membangunkan adiknya dengan paksa.

Bukannya bangun, tangisan Kei semakin kencang. "Nii-chan, ittai...." balas Kei sakit. Iwaizumi menyelimuti tubuh Kei dengan selimut dan membawanya keluar rumah.

Duk duk duk!

"Sumimasen! Kita-san, tolong keluarlah!" teriak Iwaizumi.

"Sebentar ya, Kei. Sebentar ya...." bisik Iwaizumi sambil tersenyum. Kei mengerang pelan. Iwaizumi kalut. Ia takut hal yang tak diinginkan akan terjadi."

"Ano, Kita-san sedang tidak ada di rumahnya." ucap seseorang dari samping Iwaizumi. Si surai hitam bergerak tak nyaman. Suhu tubuh Kei semakin menurun dan wajahnya memucat.

Sambil mengucapkan terima kasih, Iwaizumi berlari ke arah istana, mengharapkan bantuan dan belas kasihan dari raja dan ratunya.

Atau mungkin dari Oikawa.

Namun ia dicegat saat di pintu utama. Sebut saja, Daichi dan Kuroo, penjaga yang baru saja mengganti shift tidak membiarkan Iwaizumi lewat.

"Aku mohon panggilkan siapapun yang bisa mengobati adikku....Entah tabib atau siapapun itu. Aku mohon...." pinta Iwaizumi. Sejujurnya, Daichi dan Kuroo tidak tega, namun perintah tetaplah perintah dan memasuki istana untuk urusan yang tidak penting adalah larangan. Iwaizumi bahkan sampai bersujud agar kedua penjaga itu bisa memberikannya kesempatan.

Entah bagaimana, pintu utama terbuka dengan lebar. Oikawa berdiri di hadapannya. "T-Tooru-sama." Daichi dan Kuroo sontak membungkuk sedikit.

Oikawa tidak mengindahkan kedua penjaga itu dan melangkah mendekati kekasihnya itu. "Usir dia." titah Oikawa dengan nada rendah.

Telinga Iwaizumi berdenging.

"Usir dia segera atau kalian akan merasakan akibatnya." titahnya lagi. Kuroo dan Daichi mengiyakan dan langsung melaksanakan perintah Oikawa. Si surai coklat melirik sedikit kemudian berbalik dan meninggalkan tempat.

Daichi dan Kuroo tidak berniat untuk mengusir Iwaizumi. Kasihan, katanya. Daichi menepuk pundak Iwaizumi bermaksud untuk menenangkan pria itu.

Kuroo buka suara, "Maafkan kami, ya. Kami tidak bi-"

"Kei?"

Tangan Iwaizumi mengguncang tubuh kecil Kei yang sedari tadi didekapnya. Tidak bergerak. Kei-nya tidak bergerak. Dadanya yang semula naik turun tak beraturan dan nafasnya yang memburu-buru sudah tidak terdengar lagi.

"Kei, bangun. Lihat? Nii-chan disini...." panggil Iwaizumi lagi. Air mata mulai menumpuk di pelupuk matanya.

Kuroo menggigit bibir bawahnya. "Gomen. Gomennasai." bisiknya pelan. Iwaizumi berusaha keras menahan tangisnya agar tidak pecah. Ia berdiri, mengucapkan maaf dan terima kasih sebanyak-banyaknya, dan pergi dari tempat itu secepatnya.

Sesampainya di rumah, Iwaizumi berlutut dan menangis dalam diam. Ingin sekali ia berteriak, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Ikanaide...." pinta Iwaizumi.

Kali ini, dia benar-benar sendiri. Sendirian dan sebatang kara. Separuh jiwa Iwaizumi ikut mati bersama dengan Kei. Tubuhnya lemas. Ia bahkan tidak bisa berdiri dengan benar.

###

Esoknya, ada empat orang mendatangi Iwaizumi. Kindaichi, Kunimi, Kuroo, dan Daichi. Mereka berempat diutus oleh sang raja dan ratu sendiri setelah mendengar apa yang terjadi kemarin malam dan apa yang telah dilakukan oleh Oikawa.

"Hajime." panggil Kindaichi. Iwaizumi hanya berdeham. Kepalanya tidak bergerak maupun menoleh sedikitpun.

"Nee...." Iwaizumu buka suara. Ia menoleh perlahan, "Bisa bantu aku mengubur adikku?" Kedua tangannya bergetar hebat. Tanpa sadar, air matanya mengalir.

Kuroo dan Daichi mengepalkan tangan mereka masing-masing, masih merasa amat bersalah dengan kejadian kemarin walaupun itu bukanlah kesalahan mereka.

Kindaichi dan Kunimi menemukan sekop dan cangkul berdebu di bagian belakang rumah sedangkan Kuroo dan Daichi mencari tempat yang sekiranya cocok untuk tempat peristirahatan terakhir Kei. Iwaizumi tidak ingin makam Kei jauh-jauh, maka mereka memutuskan untuk menguburnya di halaman rumah.

Tanah pun dibentuk dan dikosongkan isinya. Iwaizumi tidak memerlukan peti mati. Toh peti mati hanya untuk orang-orang kaya ataupun orang yang mampu membayar, sedangkan Iwaizumi hanyalah prajurit. Dia bukan siapa-siapa.

Setelah siap, Kunimi memanggil Iwaizumi. Dibawanya jasad Kei keluar dari rumah.

"Sayonara, Kei. Nanti kita bertemu lagi ya." dikecupnya seluruh wajah Kei sebelum akhirnya tubuh kecil itu ditutup oleh kain putih dan diturunkan perlahan.

Seluruh tenaga Iwaizumi lenyap seketika. Ia jatuh berlutut ke tanah saat Daichi dan Kuroo mengisi kembali 'tempat' itu dengan tanah. Ia merasa sedih dan marah di saat yang bersamaan. Sedih karena kematian adiknya dan marah karena kekasihnya, Oikawa Tooru.

Iwaizumi pun dipanggil ke istana. Ia agak terkejut saat raja dan ratu yang ia layani, meminta maaf kepadanya secara langsung. Mereka benar-benar menghukum Oikawa dengan keras. Karena ego dan kesalahpahaman nya, dia telah melenyapkan satu nyawa.

Oikawa dikurung di balik sel penjara khusus. Itu untuk mendidik sekaligus menghukum agar lelaki bersurai coklat itu tidak mengulangi hal yang sama pada orang lain.

Dengan penuh kesopanan, Iwaizumi meminta untuk menemui Oikawa. Permintaannya itu dikabulkan dan ia dibimbing oleh satu orang menuju penjara bawah tanah. Iwaizumi dapat melihat Oikawa yang berada di ujung ruangan.

"Iwa-chan?" ucap Oikawa tak menyangka.

Suara yang biasa Iwaizumi sukai, sekarang berubah menjadi suara yang membuat telinganya sakit. Tangannya mengepal kuat. Menahan diri untuk tidak meninju dinding di sebelahnya.

"Jangan 'Iwa-chan' kan aku, Kusokawa...." titah Iwaizumi tajam. "Kenapa harus Kei?Kenapa.....?" tanya Iwaizumi pelan.

Oikawa membuang muka. Enggan menatap si surai hitam. Iwaizumi mulai naik pitam. "JAWAB AKU, SIALAN!" teriaknya lantang.

"Nee, Iwa-chan....Apa aku berharga bagimu?" tanya Oikawa pelan.

Darah Iwaizumi mendidih, "Sebelumnya iya....."

Si surai coklat malah tersenyum sendu. "Apa aku lebih berharga dibandingkan Kei-chan?"

"Sadar diri, sialan. Setelah apa yang kau lakukan, kau tidak lebih dari sampah." selak Iwaizumi tanpa ragu.

Senyum dari lawan bicaranya menghilang. Hening lagi. "Demi Tuhan, Kusokawa. Kei- Kei adikku. Satu-satunya keluargaku yang ada. Dan kali ini kau membuatku benar-benar sendirian."

"Aku masih disini, Iwa-"

"Hentikan semua kekonyolan ini, Tooru-sama. Kau sudah tidak waras. Kita berhenti sampai disini. Selamat tinggal."

Oikawa berlari dari ranjangnya ke jeruji besi. "Iwa-chan, matte!" cegahnya. Sayang, Iwaizumi sudah muak melihat wajahnya. Ditatapnya mata Oikawa dengan dingin lalu kakinya melangkah meninggalkan si surai coklat yang tengah menangis.

Selesai~

Hampir terbengkalai ya:)
Maap ya, emang lagi mager-magernya:))

Oneshots Anime dan LainnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang