HQ!!(BokuTsuki(?)part 1/2)

235 28 7
                                    

Slight KuroTsuki

Bokuto tidak pernah mau menjadi pembunuh bayaran. Sejak kecil, ia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menjadi mesin pembunuh dan di sewa oleh banyak orang. Bokuto merasa kecewa dengan dirinya sendiri, namun mau bagaimana lagi? Keadaan memaksanya untuk menjadi seorang kriminal.

Pernah saking tidak tahannya, Bokuto pernah sengaja meninggalkan barang bukti di TKP, namun apa yang terjadi? Dia tidak diburu. Terkadang ia merasa bahwa polisi sangat tidak berguna. Sudah ditinggalkan jejak, eh malah tidak bergerak.

Saat itu, ada orang yang menyewa Bokuto untuk ke sekian kalinya. Misi itu cukup berbeda dari misi yang lainnya. Penyewanya adalah seseorang berambut pirang dengan warna hitam di bagian atasnya. Yang Bokuto ingat adalah, pria itu hanya menyebutkan nama belakangnya, 'Kozume' dan memberikannya foto dua orang yang sedang tersenyum lebar di depan ferris wheel.

Setelah Bokuto periksa lebih rinci, ia melihat cincin yang melingkar di jari manis dua orang itu. Mereka telah menikah.

"Habisi yang pirang. Tetapi ingat, kau harus jadi temannya dahulu. Aku ingin semuanya berjalan dengan lancar," ucap 'Kozume', "Aku tidak peduli kau membunuhnya seperti apa, yang jelas, jangan pernah sebut namaku di depan mereka."

Bokuto mengiyakan dan mulai menyusun rencana. 'Kozume' ikut turun tangan walau tidak banyak yang ia lakukan. Dengan uang yang terus mengalir ke rekeningnya, 'Kozume' menyewa kamar apartemen tepat di sebelah 'sasaran' nya.

Waktu yang dimiliki oleh Bokuto cukup banyak, namun 'Kozume' meminta untuk secepatnya, tetapi jangan terburu-buru. Jujur, Bokuto merasa misi yang ia dapatkan benar-benar mudah.

Tapi tidak ada yang tau kan bagaimana kelanjutannya?

###

Ting tong....

Bokuto menekan bel kamar di sebelahnya. Ia menunggu sambil memegang sebuah kotak berisi makanan ringan. Menurut data yang dikirimkan oleh 'Kozume', mereka berdua, Kuroo dan Tsukishima libur.

Atau harus ku bilang Kuroo dan Kuroo?
Hm......

Ceklek.....

"Sia- Oh tetangga baru! Kei, sini sini." seorang pria berambut acak-acakan membuka pintu. Dari arah belakang pria itu, ada pria lain yang menghampiri pintu. Disaat itulah mata Bokuto terbuka lebar. Ia berhadapan dengan Kuroo Tetsurou dan Kuroo Kei.

"Bokuto Koutaro-desu. Saya baru pindah kemarin," ucap Bokuto sambil tersenyum lebar, "Ini mungkin tidak banyak, tapi tolong terimalah."

Bokuto menyerahkan bingkisan yang ia bawa ke tangan Kuroo. "Ahhh sankyu. Masuk dulu sini." ajak Tetsurou ramah, namun Bokuto menolak dengan alasan ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Bokuto pun undur diri. Langkah pertama selesai, tinggal melanjutkan langkah berikutnya.

Hari-hari berikutnya, Bokuto menjalankan rencananya dengan mulus seperti biasanya. Ia mengikuti Kei ke konbini dan berpura-pura seakan mereka bertemu karena kebetulan. Tak disangka, mereka berdua dihadang oleh preman-preman yang sering memalak dan membuat keributan di area sekitar konbini. Insting Bokuto langsung bereaksi dan ia melindungi Kei agar si pirang itu tidak terluka.

Dan tak disangka pula, Tetsurou sangat berterima kasih padanya karena telah menjaga Kei.

"Terima kasih banyak, Bo. Ya Tuhan, untung saja kau disana bersama Kei. Terima kasih, terima kasih...." ucap Tetsurou berulang kali. Rasa bersalah Bokuto semakin dalam. Padahal dialah orang jahatnya, tapi kenapa si rambut ayam ini melihatnya sebagai sosok malaikat pelindung?

Padahal aku ini jahat.....

Padahal aku akan membunuh sumber kebahagiaanmu.....

Hubungan Tetsurou dan Kei denganya tiba-tiba saja menjadi erat. Rencana Bokuto berjalan lebih cepat dari yang ia perkiraan.

"Nee, Tsukki, aku minta gula dong!" seru Bokuto sambil mengetuk pintu. Pintu pun terbuka lebar dan memperlihatkan Kei yang berdiri dengan kantung gula di tangannya.

"Bokuto-san belum belanja lagi?" tanya Kei.
"Iya belum. Aku gak jago kalo soal kebutuhan rumah tanga." jawab Bokuto sambil mengambil kantung gula dari tangan Kei.
"Lain kali Bokuto-san belanja sama aku aja."
"Emangnya gakpapa? Nanti Kurbro malah cemburu...."

Kei terkekeh pelan, "Tetsu gak akan cemburu. Dia percaya sama aku dan juga Bokuto-san."

Jleb.

Bokuto Koutaro, mau sampai kapan kau bersandiwara?

"Kalo Tsukki percaya sama aku gak?" tanya Bokuto iseng.
"Jelas aku percaya. Bokuto-san udah sering nolongin aku dan Tetsu."

Jleb.

Bokuto Koutaro, kau benar-benar penipu yang amat lihai.

Setelah mengobrol sesaat, Bokuto masuk kembali ke dalam kamar apartemennya. Rasa bersalah menyelimuti dirinya dua kali lebih banyak dari pada sebelumnya. Namun Bokuto tidak punya waktu untuk menyesal atau meningalkan misi. Ia tidak ingin berurusan lebih lanjut dengan' Kozume'. Rasanya ada sesuatu yang aneh dalam diri 'Kozume' yang membuat Bokuto waspada kepadanya.

Bokuto mengecilkan suara televisinya saat ia mendengar suara debam pintu dari tembok di sampingnya. Tetsurou, atau Kuroo baru saja pulang dari kantornya. Bokuto mengintip dari balik pintu balkonnya yang terbuka sedikit. Balkon dari satu kamar ke kamar lainnya berdekatan. Bahkan Bokuto pernah mencoba melompat dan berhasil.

Sambil menunduk, Bokuto mendekat di sisi balkon dan menguping pembicaraan pasutri(?) itu.

"Ada apa hari ini?" tanya Kei lembut.
"Aku seneng hari ini. Kenapa ya tiap hari Anniversary kita, aku pasti dapet hoki terus." canda Tetsurou.

"Kamu berlebihan."

Bokuto bisa menebak bahwa Tetsurou sedang mengecup pipi Kei saat ini.

"Happy anniv, sayang." ucap Tetsurou pelan.

"Oh iya, gimana?" tanya Kei.
"Ada satu anak, Kei. Dia mirip sama kamu, tapi warna rambutnya coklat dan dia gak pake kacamata." jawab tetsurou.

Bokuto yang mendengarkan mereka berpikir keras.

Anak? Huh?

"Sekarang kita bisa jadi keluarga yang utuh, Kei."

Mata Bokuto membulat sempurna. Bokuto akan menghancurkan kebahagiaan mereka. Lebih tepatnya, menghancurkan hidup Tetsurou. Dengan terburu-buru, Bokuto masuk kembali ke kamar apartemennya. Bokuto memutuskan untuk meninggalkan misi ini. Keputusannya sudah bulat.

Tringggg....

Entah kebetulan atau apa, nama 'Kozume' tertera di ponselnya. Bokuto berdeham agar suaranya tidak bergetar dan mengangkatnya.

"Moshi-moshi?"
"Aku tidak tau apa yang akan kau lakukan, tapi sebaiknya kau jangan lakukan hal yang bertentangan dengan keinginanku. Aku peringatkan kau."

Bokuto yakin jantungnya sempat berhenti sesaat.

"Tentu saja. Kenapa kau berpikir begitu?"

Hei, Koutaro-san, suara mu hampir bergetar loh.

"Feeling."

Kozume Kenma-san, feeling mu terlalu kuat dan akurat.

"Kapan kau akan mulai bergerak?"
"Waktunya belum tepat. Tunggu sedikit lagi."

Bokuto mendengar suara kekehan.

"Aku berharap banyak darimu, Bokuto Koutaro-san. Jangan kecewakan aku, mengerti?"

Pip.

Tidak bisa.
Ia sudah tidak bisa lari lagi sekarang.
Bokuto harus menanggung pilihan dan resikonya.

Tbc.

Niatnya pengen satu bagian aja, eh gak jadi:v
Fyi, aku nyoba bikin oneshots di Ao3.

Akunku [annoname]

Mampir ya!

Oneshots Anime dan LainnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang