Kalo yang kemaren dari sisi Kuroo, sekarang cerita dari sisi nya Tsukki:D
Penuhi kolom komentarku~
Ayo dikomenSelamat membaca:D
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kei mengutuk bos nya. Kenapa? Karena pekerjaan yang diterima Kei tidak kira-kira. Emang wajar sih dapat banyak kerjaan, abisnya Kei kerja di perusahaan besar. Capek sih, tapi gajinya lumayan. Gimana Kei gak tergiur kan.
Tapi Kei sudah biasa membagi-bagi waktu, jadi dia tetap bisa menyelesaikan pekerjaannya sambil menjenguk Tetsurou. Kecuali untuk hari 'itu'.
Hari itu, Kei seakan benar-benar dipaksa untuk tetap berada di dalam rumah. Berkas-berkas yang bertambah, cuaca yang tidak mendukung, serta mood Kei yang sedang swing kayak cewek lagi datang bulan. Dan secara kebetulan, feeling nya mengatakan untuk jangan pergi kemanapun. Tapi chat dari Tetsurou mengubah segalanya.
Kei bingung. Padahal Tetsurou bukan tipe orang yang pemaksa, tapi hari itu Kei dipaksa datang. Kei kesal. Padahal mereka sama-sama di Tokyo, masa di rumah sakit gak hujan. Kan aneh. Kei menjelaskan alasan mengapa dia tidak bisa pergi, dan satu menit kemudian dia berpikir lagi. Akhirnya, Kei memutuskan untuk menemui Tetsurou.
Kei mengintip dari balik gorden. Hujan sudah tidak sederas sebelumnya, hanya saja ada suara petir menggelegar yang menandakan bahwa akan turun hujan yang lebih deras lagi. Kei langsung pergi dari apartemen dengan terburu-buru. Mengabaikan semua pekerjaannya dan melupakan feeling nya.
Pria bersurai pirang itu menyempatkan dirinya pergi ke konbini untuk membeli makanan bila saja Tetsurou merasa lapar. Saat tau langit sudah agak menggelap, Kei cepat-cepat membayar semua belanjaannya dan langsung berlari kecil menyusuri jalanan Tokyo yang ramai.
Driiiitttt.....
"Moshi moshi?"
"Kei kamu dimana? Masih lama?"
"Ini aku lagi otw, Tetsu. Aku mampir sebentar ke konbini buat beliin kamu makanan. Kamu laper kan?"
"Iya. Ati-ati ya, Kei."
"Iya iya. Aku biasanya ati-ati kok. Ada apa?"
"Gak ada apa-apa. Cuma....Firasat buruk...."
"Tenang, Tetsu. Ini sebentar lagi sampe kok. Rumah sakitnya udah keliatan."
"Oke....Ati-ati ya."
"Iya. Aku matiin ya?"Tuuutttt.....
Kei menengadah. Ia semakin mempercepat langkahnya. "Duh, makin gelap lagi. Harus cepet nih."
Tsukishima Kei, orang yang biasanya peka terhadap sekitar, seketika hanya fokus untuk sampai ke rumah sakit secepatnya. Namun naas, ia tidak pernah sampai ke rumah sakit.
Seorang pria tak dikenal berpapasan dengan Kei. Mendorongnya ke lorong gelap dan menghabisi Kei saat itu juga. Darah mengalir dari perut dan punggung Kei. Semuanya dirampas. Dompet, ponsel, dan makanan yang dibeli dari konbini diambil oleh pria tak dikenal itu.
"Tetsu...." panggil Kei lirih. Matanya memburam. Kei mencoba berteriak minta tolong, hanya saja petir tidak membiarkan orang mendengar rintihannya.
Setelah beberapa jam berkutat dengan rasa sakit dan dingin, Kei menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan disinilah Kei. Melayang di udara. Bagian atasnya ada, tetapi kakinya buram. Ia merasa aneh hingga bergidik ngeri. Dia melihat segalanya. Dari awal bagaimana tubuhnya ditemukan, perjalanan ke rumah sakit, hingga reaksi Tetsurou.
Memperhatikan bagaimana Tetsurou terus memanggil-manggil namanya. Tubuh Tetsurou ditahan oleh Kenma, Yaku, dan Lev sehingga pria itu tidak bisa kemana-mana. Toh, Tetsurou juga masih terlalu lemah untuk bisa berjalan.
Betapa sakitnya hati Kei melihat Tetsurou begitu ingin menggapai pintu dan mencari tubuh kekasihnya yang sudah dingin. Kei menahan diri agar tidak menangis. Diam-diam, ia memarahi dirinya sendiri. Memarahi kebodohannya yang tidak bisa membaca situasi.
Menyebalkan. Begitu menyebalkan hingga rasanya Kei ingin mengamuk.
Dan tanpa sadar, sudah 2 tahun lewat bagaikan angin. Ia terus mengikuti Tetsurou kemanapun pria itu melangkah. Keluar masuk ruang psikiater, minum obat setiap saat, mimpi buruk, depresi, dan lainnya. Tidak jarang Tetsurou ingin mengakhiri hidupnya sendiri, syukurlah semua upaya bunuh dirinya gagal karena ketahuan oleh Kenma dan orang tuanya.
Karena tidak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan, Tetsurou akhirnya pindah dan tinggal di rumah orang tuanya. Keseharian Tetsurou hanya melamun, makan, mandi dan terus berulang seperti itu setiap harinya.
Yang paling membuat Kei sedih adalah, Tetsurou tidak pernah mengunjungi makamnya. Sekalipun tidak pernah. Tapi saat itu, tanpa hujan, tanpa badai, Tetsurou berpakaian kemudian berjalan pelan menuju ke tempat pemakaman.
"Kamu kejam, Kei. Padahal hari itu aku udah nyiapin cincin loh..."
Mata Kei melebar. Tangannya mencoba mengusap pipi Tetsurou yang basah karena air mata.
Kei menatap tubuhnya yang semakin menghilang. Akhirnya.
Akhirnya ia bisa tenang.
Weeee kelar juga akhirnya. Abis ini apa ya enaknya?
Aku sih ada rencana pengen buat dari fandom lain, kayak ship SakuAtsu atau Riren. Duh gak tau deh. Bingung:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots Anime dan Lainnya
Fiksi Penggemarisinya ya....Oneshots. Emangnya apalagi:) Lebih sering ngetik angst dan fluff karena aku suka banget angst dan aku gak bisa bikin smut apalagi lemon:v BxB ada GxG otw BxG ada Xreader juga ada uhuyyyy