Fahri datang ke sekolah tidak terlalu pagi seperti biasanya. Ia sempat melihat Sukainah yang duduk di bangku depan kelasnya, namun Fahri terus menatap kakinya selama melangkah, pura-pura tak sadar akan kehadiran gadis itu. Sedangkan Sukainah, bertanya-tanya.
Aldan menatap mata Fahri yang nampak sedang tak sehat--bengkak, merah dan terus berair.
"Ri kenapa kamu?" Kini giliran Hamzah yang menanyakan kondisi Fahri.
Namun anak yang ditanya hanya menggeleng pelan. "Cape."
Aldan ikut bertanya, "Matanya sembab gitu, Ri. Lagi ada masalah?"
Ada.
Fahri tersenyum tipis. "Akunya aja yang kepikiran ini mah."
"A." Satu huruf terlontar dari bibir Sukainah. Gadis cantik itu memanggil kakaknya dengan bisikan pelan. Tubuhnya bersembunyi di balik pintu.
Aldan pun menghampiri adiknya yang langsung menariknya. Mereka berdua membincangkan sesuatu. Entah apa. Fahri tak mau tahu.
Tak lama Aldan kembali namun berdiri di hadapan Fahri. Fahri mendongak.
"Ini. Cepet sembuh katanya," ucap Aldan sembari memberikan Fahri sebungkus roti.
Fahri tercenung cukup lama. "D-dari siapa?"
Aldan tersenyum. "Masa harus diperjelas?"
Hamzah yang kepanasan diam-diam mengepalkan tangannya di bawah meja.
Perhatian Sukainah membuat hati Fahri menghangat. Perjuangannya selama hampir dua bulan setengah mulai membuahkan hasil.
~~~
"Sakinah, kamu tadi ngasih Fahri roti ya?" Hamzah bertanya kepada Sukainah di sebelahnya. Mereka sedang berada di perpustakaan untuk mencari buku bacaan. Mereka tak sengaja bertemu di sana. Maksudnya, Hamzah sengaja mengikuti Sukainah ke sana.
Sukainah langsung menjawab dengan mantap. "Iya."
"Kenapa?"
Sukainah berhenti melihat-lihat buku dan menghadap Hamzah. "Kenapa? Emangnya kenapa gitu?"
Hamzah mengatupkan bibirnya. "Tumben," katanya. Sukainah tersenyum kecil. Hamzah mulai gugup. "Sakinah..." panggil Hamzah, mencoba menarik perhatian gadis itu lagi.
"Hmm?" jawab Sukainah tak acuh.
"Aku gak ada salah 'kan sama kamu?" Hamzah bertanya dengan hati-hati.
Sukainah mengangkat alis. "Kalau udah tahu jawabannya kenapa nanya."
Sukainah nampak berbeda dari sebelumnya. Ia pun berubah menjadi agak dingin setelah Hamzah mencoba menghindari gadis itu akhir-akhir ini.
"Oh.. Alhamdulillah kalau gak ada salah. Soalnya kamu keliatan jutek sekarang. Gak kayak biasanya," jelas Hamzah tanpa diminta.
Sukainah semakin menarik kedua ujung bibirnya. "Gak ada asap kalau gak ada api."
Sukainah mengambil buku secara asal. Ia pun langsung mencatat peminjaman buku di meja pustakawati dan keluar, menyisakan Hamzah yang dilema di dalam sana.
~~~
Hamzah mengutuk dirinya sendiri. Selama ini, ia adalah orang yang amat berprinsip. Dan sampai sekarang, ia masih memegang prinsip untuk fokus mengejar masa depan tanpa memikirkan hal lain. Tapi di samping itu, ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ia menyukai Sukainah. Gadis itu berhasil mencuri hatinya yang selama ini tertutup rapat untuk perempuan mana pun. Es batu di dalam dirinya mulai luluh oleh segala kelebihan Sukainah, dan kini berhasil mencair karena perilaku Sukainah yang amat baik dimatanya. Selama ini Hamzah berpikir bahwa semua perempuan itu sama. Tapi ternyata, Tuhan masih menyisakan satu makhluk langka seperti Sukainah. Hamzah sempat berpikir bahwa Sukainah memang didatangkan untuknya. Namun Hamzah tak kunjung menggenggamnya. Meraih Sukainah saja, ia masih tarik ulur dan meragu. Sedangkan tanpa Hamzah tahu, selama ini Sukainah menunggu dirinya yang tak kunjung melangkah maju.
Ya Allah.. Hamzah gak maksud mainin perasaan Sukainah. Hamzah tidak bermaksud buat ragu. Selama ini Hamzah udah yakin sama dia. Hamzah pun udah menyampaikan ratusan doa buat dia, dan Engkau Pun Maha Mengetahui harapanku. Tapi... Ya Allah... Kenapa Hamzah semakin yakin bahwa Sukainah bukanlah ditakdirkan untukku? Melainkan, untuk orang yang sedang sujud di sebelahku.
Hamzah sempat melirik sejenak Fahri yang sedang sujud di sebelahnya.
Ya Allah... Tolong tunjukkan pilihan Sukainah itu untuk siapa. Hamzah tahu, Hamzah masih banyak kekurangannya dibanding Fahri yang berani berjuang dan pantang mundur. Hamzah lihat Fahri gigih untuk mendapatkan Sukainah, dan ia gak pernah main-main.
Ya Allah... Hamzah pun sebenarnya ingin berjuang seperti Fahri tanpa bermaksud menyaingi. Tapi Hamzah ingin langsung melamar Sukainah saja ketika nanti Hamzah sudah sukses dan mapan. Untuk saat ini, Hamzah cuman bisa mencintai gadis itu dalam diam. Engkau Maha Mengerti, Ya Allah... Cukuplah doa bagiku untuk menyampaikan rasa ini kepadanya.
Aamiin...
Hamzah mengusap wajahnya, Fahri sedang berdoa di sebelahnya dengan mengangkat kedua tangannya.
Ya Allah, Fahri sedih setelah tahu Kak Hasbi mau mengkhitbah gadis yang Fahri cintai. Aldan sudah cerita semuanya, Ya Allah. Fahri gak tahu ke depannya akan seperti apa. Tolong tunjukkan padaku kuasa-Mu. Apakah aku harus melanjutkan perjuangan ini atau berhenti sampai di sini?
Sukainah di balik tirai pun kini memperlama sujudnya. Batin gadis itu sesak dan ia mulai meneteskan air mata.
Ya Allah.. Sakinah gak tahu harus menjawab apa di hadapan keluarga Kak Hasbi nanti. Sekarang udah gak tahu harus gimana lagi. Kak Hasbi dengan beraninya datang ke rumah bareng orang tuanya. Sakinah malu di depan Abi, Umi sama A Aldan. Mereka mengira Sakinah ada hubungan sama Kak Hasbi. Padahal enggak ada, Ya Rabb! Gak ada!
Sakinah cape mencoba meluluhkan hati Hamzah. Banyak gosip beredar kalau Hamzah suka sama Sakinah. Tapi kenapa ketika orang-orang mulai heboh soal ini, dia malah menjauh? Sakinah udah mencoba buat cari jawaban sendiri. Tapi dia jadi cuek dan gak pernah seramah dulu lagi. Sakinah gak mau sama laki-laki yang gak bertindak tegas. Meskipun A Aldan bilang Hamzah naruh hati Sakinah, tapi Sakinah gak yakin! Apa buktinya? Dibanding Fahri mah gak ada! Sama sekali gak ada!
Ya Allah... Tolong hentikan kebingungan Sakinah secepatnya. Tolong tunjukkan, selama ini hati Hamzah sebenarnya untuk siapa? Dan... Apakah Sakinah harus mulai membuka hati untuk Fahri?
Tolong berikan jawaban kepadaku, Ya Allah... Aamiin Ya Mujibassaailiin...
Sedangkan Wisnu pun baru saja selesai shalat dan permintaannya begitu sederhana.
"Ya Allah, Abi resep ka Humaira. Tapi judesnya minta ampun," kata Wisnu. Matanya terpejam khusyuk sembari mengangkat kedua tangannya. Wisnu sengaja mengeraskan suaranya karena ia tahu Humaira ada di balik tirai.
Hamzah dan Fahri menahan tawa. Dzikir mereka sudah tak fokus lagi.
Wisnu pun berkomat-kamit menyampaikan hajat. Sedangkan, Humaira yang mendengar Wisnu sedang menyebut namanya dalam doa pun kini mengangkat tangannya dan meminta dengan sangat kepada Tuhannya.
Ya Allah, tolong jauhkan si Wisnu dari hidupku Ya Allah.... Playboy dia mah! Humaira gak suka... Jauhkan dia Ya Allah.... Humaira gak mau! Gak mau! Gak mau!
Humaira berdoa sembari menggeleng-gelengkan kepala. Ia tak mau menjalin hubungan apa pun dengan lelaki yang sudah mempermainkan hatinya. Ia tak mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Humaira sangat tahu bahwa Wisnu adalah anak yang baik. Hanya saja, Humaira tidak mau menerima laki-laki yang menaruh perasaan kepada lebih dari satu wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIBTY [COMPLETED]
Teen FictionIa tidak pernah menyangka bahwa ternyata, jika ia memperbaiki hubungannya dengan Tuhan, itu berarti Tuhan akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia pula. Fahri namanya. Seorang siswa SMA Negeri yang mencari arti dari falsafah kecintaan kep...