Hamzah menepuk punggung Fahri. "Ini buku PKN." Tangannya memperlihatkan sebuah buku paket.
"Nemu dimana itu?" Fahri menatap sekeliling, mencari rak yang mungkin saja tempat tumpukan buku yang ia cari berada.
"Di sana! Ujung sebelah kiri," Tunjuk Hamzah ke rak bagian tengah. Fahri mengangguk.
"Ok Zah thank you!" Ucap Fahri, ia pun menghampiri rak yang dimaksud dan mengambil sebuah buku paket PKN. Lalu ia menumpuknya di salah satu meja bersama buku-bukunya yang lain.
"PKWU, Inggris, kimia, biologi..." Gumam Fahri, menghitung buku paket kelas 11 yang hendak ia pinjam. Lantas ia berpikir, sepertinya ada satu buku yang kurang. Tapi apa?
"Zah!" Panggil Fahri. Hamzah tidak langsung menyahut. Fahri pun menghampiri lorong dimana Hamzah tadi menepuk punggungnya. Fahri terkesiap. Rupanya Hamzah sedang berbincang dengan Sukainah, entah sejak kapan.
Hamzah menoleh. "Ya Ri?"
Fahri terdiam cukup lama, menatap Sukainah yang sibuk dengan rak di sebelahnya. Mata Fahri tak lepas dari wajah teduhnya. Gadis itu seolah menyihir Fahri.
"RI!" Ulang Hamzah, menjentikkan jarinya ke depan wajah Fahri. Fahri tersadar.
"Eh? Buku PAI dimana?" Tanya Fahri berusaha terlihat tidak sedang memandang Sukainah.
Hamzah melirik Sukainah sekilas dan berkata, "Aku juga belum nemu."
"Buku PAI di deket lemari ensiklopedia," Sukainah berkata, kepalanya masih menunduk.
Fahri kembali mematung. Ini pertama kalinya Sukainah berbicara kepadanya setelah setahun ia ingin mendengar suara gadis itu lagi. Penantiannya benar-benar tidak terduga.
"Kamu udah dapet?" Tanya Hamzah, kembali membuyarkan lamunan Fahri.
Sukainah mengangguk kecil. "Iya udah."
Melihat Hamzah yang bisa mengajak Sukainah berbicara membuat bibir Fahri menekuk tanpa ia sadari. Ia pun memutuskan untuk tidak berada di sana lebih lama lagi. Ketika berbalik, telinga Fahri dengan jelas mendengar Hamzah bertanya soal perlombaan islam dan sebagainya, dan mereka saling terkekeh. Kakinya kini menyuruhnya untuk pergi dari lorong dan langsung mengambil buku PAI di rak yang Sukainah katakan.
Hamzah sok akrab banget! Gerutunya dalam hati.
Setelah mengambil buku PAI, Fahri langsung membawa setumpuk buku paket kelas 11 dan tidak menggubris Hamzah yang memanggilnya.
Fahri menuruni tangga perpus dan ia hampir saja bertabrakan dengan Wisnu yang sedang bercengkerama bersama Audi, teman sepramukanya.
"Ai sia halig, Wisnu!" Ujar Fahri menyuruh Wisnu untuk menyingkir.
Fahri melirik Wisnu dari atas tumpukan buku yang ia bawa. Wisnu tampak menurunkan tangannya dengan cepat karena Fahri menangkap bahwa ia baru saja membetulkan rambut Audi yang berada di sebelahnya. Fahri mengerutkan dahi, beban buku paket yang ia bawa jadi terasa ringan karena fokusnya teralih kepada Wisnu dan Audi.
"Nu aku ke atas duluan ya," kata Audi tampak malu oleh Fahri. Audi melewati Fahri yang masih terkejut. Wisnu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
Fahri pun membuka mulut, "Jangan sembarangan nyentuh perempuan, Nu." Kata Fahri datar lalu turun dari tangga.
Wisnu tercenung di tempatnya, lalu menaiki tangga dan hampir menabrak Hamzah.
"Tong ngahalangan jalan!" Ingat Hamzah, tapi Wisnu tak membalas. Ia hanya terus naik, kepalanya merekam jelas kalimat yang dilontarkan Fahri tadi. Ia merasa tersambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIBTY [COMPLETED]
Teen FictionIa tidak pernah menyangka bahwa ternyata, jika ia memperbaiki hubungannya dengan Tuhan, itu berarti Tuhan akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia pula. Fahri namanya. Seorang siswa SMA Negeri yang mencari arti dari falsafah kecintaan kep...