Saingan

25 8 0
                                    

Fahri duduk. Wajahnya ditekuk. Aldan meliriknya, langsung menyimpulkan ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Kenapa, Ri? Buta bete gitu," kata Aldan, tubuhnya menghadap Fahri.

Fahri menggeleng. "Gak tahu males." Fahri tahu, seharusnya ia tidak boleh menjawab sedatar itu dengan calon kakak iparnya. Tapi, Fahri sedang bergelut dengan dirinya sendiri. Fahri terus mengutuk di dalam hati, mengapa basa-basi Fahri ketika di masjid tadi terdengar sangat memalukan!

Aldan terkekeh dibangkunya. "Kayak yang lagi galau," lanjutnya.

Fahri membuang nafas gusar. "Dan," Fahri menghadap Aldan. "Tipe adik ipar kamu kayak gimana?"

Aldan tidak langsung menjawab. Sejujurnya ia kaget dengan pertanyaan Fahri. Karena selama ini, Aldan sudah memerhatikan temannya itu yang seringkali melirik Sukainah ketika Aldan sedang bersamanya. Aldan berdeham. "Ya... Yang pastinya mah tanggung jawab dan bisa bahagiain lahir batin," jawab Aldan tak main-main. Ia pun meneliti sikap Fahri. "Emang kenapa gitu Ri?"

Fahri terlonjak. "Temen aku ada yang suka sama adik kamu soalnya," refleks Fahri. Ia lalu menyesali mengapa ia berkata seperti itu.

"Siapa?" Tanya Aldan penasaran. Lebih tepatnya, pura-pura penasaran.

Fahri berpikir cepat. Nama yang terlintas dibenaknya adalah Hamzah. "Ada," jawab Fahri singkat, meskipun ia masih tak yakin karena tidak ada bukti pasti Hamzah menyukai Sukainah.

Aldan mengangkat alisnya yang tebal. "Siapa Riiii?" Aldan mencondongkan tubuh kepada Fahri, bermaksud untuk menggodanya. Wajah Fahri memerah.

"Gak usah disebutin atuh Dan," ujar Fahri, tak bisa menahan rasa malunya. Aldan pun duduk tegak dan terkekeh geli menatap temannya terpojok.

Fahri ingin bertanya lagi tentang banyak hal. Fahri sejujurnya tidak tahu banyak tentang Sukainah, selain melalui Instagram gadis itu. Tetapi, semua orang tahu tidak ada info banyak di sana.

Fahri berpikir, ia menatap Aldan yang kini sibuk mencorat-coret sesuatu di buku tulisnya. Fahri tidak terlalu dekat dengan Aldan seperti Hamzah. Ia pun tidak terlalu dekat dengan Sukainah seperti Hamzah.

"Dan," panggil Fahri canggung.

"Apa atuh Ri? Ada yang mau ditanyain atau sampein? Bilang aja," ucap Aldan, masih mencorat-coret bukunya.

Aku suka Sukainah! Adik kamu!

"Enak gak punya adik cewek?" Tanya Fahri akhirnya. Itu pertanyaan standar yang membosankan. Kini Aldan bisa menangkap Fahri ingin sekali membicarakan adik perempuannya.

"Enak, lah! Apalagi jadi abangnya Sakinah. Gak susah diatur. Penurut sama kakaknya. Walau galaknya minta ampun," jelas Aldan. Fahri merasa berhasil karena Aldan mau menjelaskan sifat adiknya itu. Sedikit demi sedikit, Fahri mulai bisa tahu melalui abangnya secara langsung.

Fahri tiba-tiba mengernyitkan dahi. "Sakinah? Bukannya namanya Sukainah?" Tanya Fahri polos.

"Sama aja, Ri. Itu panggilan kesayangan dari orang-orang terdekatnya," jawab Aldan. Darah Fahri seolah berhenti mengalir. Ia ingat Hamzah sempat melambai kepada Sukainah dengan panggilan Sakinah ketika hendak ke perpustakaan. Apakah mereka sedekat itu?

Aldan yang memperhatikan dahi Fahri yang berkerut-kerut mulai sengaja menambah-nambahkan cerita soal Sukainah. "Hati-hati sama adik aku mah. Suka nabok, suka nyubit, suka nampar, suka ngejambak, ah segala!" Lanjut Aldan sembari meneliti ekspresi Fahri ketika mendengar kabar tersebut.

"Ah masa?" Tanya Fahri, hatinya menahan tawa ketika mendengar hal itu. Sejauh ini, Fahri melihat Sukainah adalah wanita yang pendiam. Entahlah, mungkin galak seperti itu hanya kepada abangnya saja.

HABIBTY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang