Pelantikan

38 10 1
                                    

"Fahrii!! Hamzahh!!" Suara Wisnu terdengar nyaring.

Anak MIPA 4 langsung menatap ke arah pintu dimana Wisnu kini masuk ke dalam kelas dan menghampiri meja Fahri dan Hamzah.

"HAYU IKUT!" Wisnu menarik tangan Fahri dan Hamzah bersamaan.

"Ada apa Nu?" Tanya Fahri, namun Wisnu tak menghiraukan dan malah terus menarik mereka untuk ikut dengannya.

Hamzah dan Fahri saling berpandangan dan memilih untuk mengikuti langkah Wisnu.

Mereka bertiga berjalan dengan cepat hingga berhenti di depan mading yang sedang dikerumuni beberapa anak perempuan.

"Pararunten punteeeen!" Wisnu menyerobot kerumunan, menyingkirkan juga beberapa anak laki-laki dengan lengannya dan mereka semua berhasil minggir sambil mengeluh.

"RIWEUH!" Mereka semua saling menggerutu. Kerumunan berhasil bubar, hingga menyisakan mereka bertiga.

"Liat!" Wisnu menunjuk sebuah kertas putih di tengah-tengah mading.

Hamzah dan Fahri mendekat ke kaca dan menyipitkan mata.

'Pelantikan Anggota Ekstrakurikuler'.

Wisnu melompat girang. "Wuhuu! Pelantikan euy!!"

Hamzah membungkuk, menatap tanggal yang tertera di bawahnya.

"Tanggal 19," gumam Hamzah, membaca angka di bawah pengumuman tersebut.

Wisnu berhenti melompat-lompat, senyumnya seketika hilang. "Hah?"

"Itu liat," Hamzah menunjuk tanggal yang ia ucapkan tadi. "Tanggal 19. Bukan 26. Itu baru aja dicoret pake pulpen, Nu."

Wisnu menganga. "Lah kirain Sabtu depan. Ternyata Sabtu ini. Mana belum ngumpulin tugas terakhir, lagi. Pasti nanti pas pulang ditagih," ucap Wisnu, mengingat bahwa hari ini merupakan jadwal ekstrakurikuler.

Wisnu lalu bercerita soal membuat poster yang berhubungan dengan kegiatan Pramuka, dan ia belum mengerjakannya sama sekali.

"Buru-buru beresin atuh," saran Hamzah.

Wisnu mengangguk pelan. "Santai ajalah. Pasti yang lain juga belum pada beres."

"Yee angger," sahut Hamzah, lagi-lagi menggeleng dengan sikap Wisnu yang senang menunda-nunda pekerjaan.

Fahri menatap kedua sahabatnya yang terlihat antusias untuk mengikuti pelantikan ekstrakurikuler mereka. Sedangkan Fahri, lagi-lagi berdebat dengan pikirannya sendiri.

Apakah basket benar-benar jalan yang harus ia tempuh selama dua tahun ke depan?

Entah keraguan darimana yang menghampirinya sekarang. Dari lubuk hati paling dalam, Fahri tentu ingin sekali mengembangkan bakat basketnya sampai menjadi atlet yang berhasil suatu hari nanti. Ia sudah memupuk kemampuan ini selama bertahun-tahun, mana mungkin ia menyia-nyiakan kesempatan ini?

Tetapi, di sisi lain, entah kenapa ia selalu terbayang nuansa masjid yang sejuk dan damai. Ia merasakan kehangatan yang menjalar ketika membayangkan masjid yang menjadi tempat berkumpul anak-anak rohis. Fahri diam-diam sering melirik anak-anak rohis yang duduk rapi di atas sajadah masjid mendengarkan tausyiah pembina mereka. Fahri sering tersenyum sendiri, merasakan kedamaian yang tidak bisa ia jelaskan.

Fahri tiba-tiba saja merasa terlambat untuk memutuskan apakah ia benar-benar harus bertahan di basket atau mengikuti ketukan di hatinya untuk menjadi anak rohis.

Pelantikan akan dilaksanakan Sabtu ini, beberapa hari lagi. Namun Fahri menjadi ragu untuk lanjut masuk basket. Bagaimana ini?

~~~

HABIBTY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang