Hari ini adalah hari Kamis. Itu artinya, ia harus mengumpulkan tugas kimia yang berisi tiga puluh soal dan ia kerjakan selama semalam suntuk.
"Kamu sakit gak Ri?" Tanya Hamzah, Aldan spontan melirik Fahri. Sekarang ini, Aldan menjadi lebih memerhatikan gerak-gerik temannya itu.
"Enggak," jawab Fahri singkat. Sejak acara kemarin, Fahri jadi lebih pendiam. Terutama kepada Hamzah. Entahlah, rasa takut disaingi tidak bisa ditahan oleh Fahri.
"Tapi muka kamu pucet," ujar Hamzah bersimpati.
Fahri menggeleng, "Enggak, Zah. Udah. Diem," kata Fahri. Hamzah sempat terkejut dengan nada Fahri yang seperti sedang marah kepadanya. Namun Hamzah hanya tersenyum dan menganggap mungkin Fahri tidak enak badan. Ketika jam istirahat, Fahri menolak untuk diajak ke kantin. Ia pun melipat kedua tangannya dan menyandarkan kepalanya di atas meja. Belum sampai dua menit Fahri menelungkup, terdengar suara Kak Hasbi yang menggema melalui speaker.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," bukanya.
Anak-anak di kelas langsung bergumam, "Rohis da."
"Kepada seluruh panitia perlombaan Islam, harap berkumpul di masjid sekarang. Sekali lagi, kepada seluruh panitia perlombaan Islam, harap berkumpul di masjid sekarang. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," Kak Hasbi memberikan pengumuman. Fahri menengadahkan kepala. Sebenarnya, ia sedang tidak ingin bertemu siapa pun. Badannya sudah cukup lelah. Fahri tahu penyebab ia lesu. Pada saat perlombaan kemarin, Sukainah izin tidak ikut menjadi panitia perlombaan. Fahri tak tahu alasannya apa. Padahal, lomba kemarin adalah kesempatan Fahri untuk sering berbincang dengan perempuan yang disukainya, karena Sukainah adalah seksi acara. Tapi, apalah daya Tuhan belum mengizinkan. Dan kini, besar harapan Fahri untuk bertemu dengan Sukainah. Ia pun berdiri, merasa semangat. Semoga saja ia datang.
Ketika sampai di masjid, orang pertama yang ia cari adalah Sukainah. Tapi sayangnya, ia tak melihat gadis itu di sudut manapun.
"Fahri sini!" Hamzah, Syaqieb, Thoriq dan yang lainnya melambai kepada Fahri, mereka menepuk-nepuk karpet sajadah yang kosong di sebelah mereka.
"Fahri!" Panggil seseorang. Fahri tahu siapa pemilik suara itu. Fahri berbalik setelah sebelumnya terpaku sejenak. Hamzah memerhatikan dari kejauhan.
Sukainah ada di sana. Fahri tak bisa menahan senyumnya yang kini mengembang. "Iya?" Tanya Fahri selembut mungkin.
"Ini punya kamu, 'kan?" Sukainah menyodorkan sebuah buku catatan bersampul batik.
"Eh? Iya punya aku," jawab Fahri, menerima buku tersebut. Fahri bisa mendengar kegugupannya sendiri. Padahal, tidak ada nama di sampul buku tersebut.
"Kemarin ketinggalan di kelas aku," lanjut Sukainah.
"Kok kamu tahu ini punya aku?" Tanya Fahri geer.
"Ada namanya di halaman belakang," kekeh Sukainah. Senyum Fahri memudar. Halaman belakang?
"Aku duluan," kata Sukainah. Kemudian ia berjalan melewati Fahri, lalu duduk bersama teman-temannya.
Fahri langsung memeriksa halaman belakang. Di ujung kertas, ada nama lengkapnya. Hatinya mencelos ketika membaca nama di sebelahnya.
Fahri Aydan Soleimani ~ SHAQ ♥
"Astaghfirullahaladzim..." Gumam Fahri serak. Entah apa yang ada di benak Sukainah setelah membaca ini.
Dia sadar gak ya itu singkatan namanya? Aduh berabe nih!
Ia pun tersadar dari lamunannya dan menghampiri Hamzah. Hamzah tersenyum simpul ketika Fahri datang. Fahri tahu, Hamzah memerhatikannya sedari tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/249540519-288-k484590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIBTY [COMPLETED]
Teen FictionIa tidak pernah menyangka bahwa ternyata, jika ia memperbaiki hubungannya dengan Tuhan, itu berarti Tuhan akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia pula. Fahri namanya. Seorang siswa SMA Negeri yang mencari arti dari falsafah kecintaan kep...