Bab 32 : Baby Grey - nya Ros

190 20 5
                                    

"Terus terang Bapak sangat menyayangkan keputusanmu mengundurkan diri dari event Karya Ilmiah Sekolah, Grey. Padahal Bapak sangat mengharapkan kamu bisa mengharumkan nama SMA Dewantara ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi kamu malah mendaftar ke event Karya Ilmiah yang diadakan pihak lain...,"

Lama Grey hanya termangu mendengar kata - kata penuh kekecewaan Pak Sugandhi, guru pembimbing event  Karya Ilmiah sekolah, yang semula diikuti Grey.

"Bapak mohon  kamu pertimbangkan baik - baik dulu keputusan kamu ini, Grey, " pinta Pak Sugandhi sambil menatap Grey.

Pemuda itu tau gurunya itu dari awal sudah antusias dengan proposal karya ilmiahnya, yang walau berulang kali salah dan selalu tertunda karena Grey sering tidak masuk sekolah  tapi gurunya menyukai proposal terakhir yang diajukannya tempo hari.

Yah mau bagaimana? Sayang banget memang, Grey memandang tumpukan berkas Karya Ilmiah lamanya  yang ada di meja Pak Sugandhi.

Please forgive me, Pak Sugandhi, I know  event Karya Ilmiah from school belom kelar, tapi Papa udah nyuruh ikut event Karya Ilmiah yang lain, Gue takut gak bisa fokus, soalnya Karya Ilmiah yang disuruh Papa adalah hidup  matinya gue...

This is for Rosaline, batin Grey menguatkan hatinya. SMA Dewantara masih punya Sheila untuk mengharumkan nama baik sekolah, gue tau Sheila juga ikut the event, tapi Rosaline hanya punya gue.

"Maafkan saya udah ngecewain Bapak.," kata Grey pelan. "Tapi keputusan saya tidak berubah...,"

*****

"Gue jadi gak enak, Baby Grey. Gara - gara memperjuangin gue, lo jadi ngecewain Pak Sugandhi," kata Rosaline saat Grey menceritakan percakapannya dengan Pak Sugandhi saat di sekolah tadi.

"Lo matahari gue, tanpa cahaya lo gue buta," tukas Grey dari balik kerudung hoodie Bumble Bee yang menutupi hampir sepuruh wajahnya. "Karena itu lo harus gue perjuangin,"

"Ih gak segitunya juga kale,"  pipi Rosaline merona merah mendengar perumpamaan yang disebut Grey, yang dianggapnya terlalu menyanjung dirinya. Disibakkannya kerudung hoodie Grey dengan gemas agar wajah pemuda imut itu terlihat jelas.

"Iya untuk memperjuangin diri gue juga kale, jika gue nurutin Papa, and gue berhasil, mungkin Papa jadi sayang ma gue...," volume suara Grey tiba - tiba merendah.

"Ya itu pasti, Baby Grey," Rosaline  membelai pipi Grey. "Papa lo sekarangpun pasti sayang ama lo, cuma caranya mungkin sedikit keras,"

Grey tersenyum sendu mendengarnya.
Perjuangan mereka untuk bersatu mungkin tidak mudah, tapi keduanya tidak ingin menyerah begitu saja. Rasa cinta dan sayang mereka melebihi rintangan apapun. Mereka percaya kekuatan janji setia mereka, Rosaline -  Grey akan selalu bersama selamanya. Dan yakin Semesta pasti mendukung mereka.

Rosaline membalas senyum Grey dan menggenggam tangan sahabatnya. Saat itu mereka berdua  sedang  berada di sebuah restoran dalam sebuah Mall ternama di Jakarta. Pulang sekolah Grey menjemput Rosaline, mengajak gadis itu pergi makan siang bersamanya. Calon Mama harus makan makanan yang bergizi, begitu alasan Grey saat menjemput Rosaline, membuat Rosaline tak tau harus baper atau miris karena tetap saja calon bayi yang ada dalam perutnya bukan calon bayi Grey, tapi Tristan. Tapi Grey tetap memperlakukan seperti Rosaline sedang mengandung anaknya.

"Eh, boleh gak  gue duduk deket dengan lo?" Pinta Grey tiba - tiba.

"Ddiih bukannya lo emang udah duduk di sebelah gue?" Cetus Rosaline heran mendengar permintaan Grey. "Udah deket juga,"

"Beluum..,"  sahut Grey dengan polos.

"Ya udah, boleh. Mau sedeket gimana sih?" Rosaline mau tak mau nyengir mendengar jawaban polos itu.

Baby Grey ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang